Chereads / TRIGONOMETRI / Chapter 4 - Part 2

Chapter 4 - Part 2

Kabar kedekatan antara Vertur dan Caramel dengan Trigomometri langsung menyebar ke seantero sekolah.

Vertur dan Caramel yang kabarnya sepasang kekasih menjalin hubungan persahabatan dengan Trigonometri dan kelima murid populer itu juga memiliki pengaruh besar di sekolahan. Selain karena kepintaran mereka, materi juga mempengaruhi kehidupan sekolah mereka.

"Galaksi?!" Panggil Caramel ketika Galaksi melewati mejanya begitu saja.

Ya, dirinya dan Galaksi berada di kelas yang sama.

Galaksi menghentikan langkahnya. Tidak berniat untuk memutar tubuhnya, karena tanpa ia tebak pun ia sudah tahu siapa yang memanggilnya.

"Lo mau ke kantin ya? Gue bareng ya?" Pinta Caramel sedikit ragu.

"Enggak."

"Eh, kok gitu? Gue juga mau ke kantin, laper."

Galaksi menarik napasnya dalam-dalam. "Gue enggak ke kantin." Putusnya.

Ketika ia akan kembali melangkah, tangan mungil Caramel menarik baju seragamnya di bagian belakang.

"Please, gue laper." Mohonnya.

"Disini banyak orang dan lo harus ke gue banget?" Sarkas Galaksi.

Caramel menundukkan kepalanya takut. Bagaimana pun ia tidak terlalu kenal dengan Galaksi, tapi mengingat adiknya Vertur akrab dengannya jadi membuatnya sedikit lebih aman.

"Gue cuman kenal lo."

Galaksi mencoba bersabar. Membuang napasnya kasar, lalu membalikkan badannya. "Kantin, kan?" Tanyanya meyakinkan.

Caramel menganggukkan kepalanya pelan.

"Yaudah." Pasrah Galaksi, kemudian berjalan lebih dulu.

Melihat itu, Caramel langsung mengikuti langkah lebar Galaksi.

"Boleh tanya?" Tanya Caramel.

Galaksi hanya membalasnya dengan deheman pelan.

Caramel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Melihat tingkah aneh Caramel dan karena gadis itu tidak kunjung mengeluarkan suaranya, Galaksi memberanikan diri menoleh pada gadis itu.

"Mau tanya apa?" Tanya Galaksi yang merasa tidak enak karena mungkin bisa saja Caramel merasa takut untuk bertanya.

Bukannya menjawab Caramel malah menunjukkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Galaksi mengernyitkan dahinya heran.

"Kenapa lo?"

"Gue enggak tahu mau tanya apa." Jawabnya polos.

Mendengar itu Galaksi langsung memperlebar langkahnya lebih cepat, meninggalkan gadis itu di belakang sana.

Bodoh amat, Galaksi terlalu kesal.

"Galaksi tunggu!"

Sesampainya mereka di kantin, Caramel berdecak kagum. Bagaimana tidak, kantin sekolahnya terlihat sangat luas dan besar. Bahkan padatnya murid tidak membuat kantin mereka terasa sesak, benar-benar sangat nyaman.

"Gue bakalan suka nih sekolah!" Celetuk Caramel, kemudian kembali mengikuti langkah Galaksi yang berjalan menuju ke arah belakang kantin.

"Eh, lo mau kemana?!" Panggil Caramel di tengah-tengah kebisingan warga kantin.

Lagi, Caramel kembali dibuat berdecak kagum. Tepatnya di belakang kantin sekolah mereka, ia melihat sebuah taman hijau yang di tengah-tengahnya terdapat air pancur mini. Bahkan disana terdapat banyak bunga warna-warni dan di pinggir tamannya terdapat sebuah meja bundar dengan sofa panjang yang empuk.

"Crazy!" Pekiknya tidak sadar.

"Eh, ada Caramel!" Teriakan Cakrawala membuyarkan lamunan Caramel.

"Cakra ya?" Tanya Caramel tak yakin.

Ia tidak mudah menghapal nama orang dengan cepat.

Cakrawala tersenyum penuh. "Panggil sayang aja." Godanya yang mendapat jitakan dari Galaksi.

"Wah, ada something nih." Celetuknya.

"Gue males bermasalah sama tuh bocah." Galaksi menunjuk Vertur yang baru saja datang.

"Lo apain Cara?" Selidik Vertur ketika melihat ekspresi keterkejutan Cakrawala.

"Enggak kok. Enggak diapa-apain."

"Lo kok disini?" Tanya Caramel.

"Di undang gue."

"Siapa yang ngundang lo?" Tanya Antariksa heran.

Galaksi mendengus. "Siapa lagi kalau bukan sih bontot."

"Gue Cakra woi bukan bontot!" Kata Cakrawala tak suka dipanggil dengan sebutan bontot.

"Terus Caramel?"

"Dia ngintilin gue." Jawab Galaksi santai.

"Bener itu? Bukan karena dipaksa?" Tanya Vertur pada Caramel.

"Iya, gue yang mau. Laper."

"Mau makan apa?" Tanya Antariksa yang baru saja selesai makan.

"Batagor ada?"

"Ad--"

"Ingat diet." Sambar Vertur mengingatkan.

Caramel menepuk dahinya, ia baru ingat akan rencana dietnya.

"Yaudah salad buah aja." Putus Caramel akhirnya.

"Mbak, sini!" Panggil Antariksa pada seorang wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri di ambang pintu antara kantin dan taman.

"Iya, den Antariksa mau pesan apa?"

"Salad buah satu."

"Sama jus alpukat mbak."

"Lo enggak makan?" Tanya Antariksa pada Vertur.

"Batagor aja."

"Enggak boleh!"

"Gue enggak diet."

"Pokoknya enggak! Kalau Cara enggak makan Vertur juga!" Putus Caramel.

Vertur mendesah kasar. Percuma, ia tidak akan bisa menang dari Caramel. Mengalah adalah jalan terbaik.

"Samain aja mbak."

"Gila nurut banget sama majikan!" Celetuk Cakrawala yang membuat Trigonometri tertawa, kecuali Galaksi.

Pria galak itu hanya tersenyum tipis.

"Lo belum rasain bro. Kalau lo punya satu aja nih kayak kakak gue, habis lo!" Kata Vertur kesal.

"Jangan sampe." Kata Galaksi tidak sadar.

Caramel yang mendengarnya menghelakan napasnya kasar, merasa sedikit kesal.

"Jodoh di tangan Tuhan. Lo enggak bisa milih." Kata Caramel membuat ke empat cowok itu terdiam.

"Hayo lo bang Lak. Kayaknya bentar lagi ada bau-bau jadian nih." Kekeh Cakrawala.

"Kayak Caramelnya mau aja." Sambar Antariksa yang juga ikutan tertawa, sedangkan Galaksi mendengus kesal.

"Lo mau?" Tanya Galaksi pada Caramel.

Caramel yang mendapat pertanyaan seperti itu langsung salah tingkah. Bahkan jantungnya sudah berdegup kencang.

"Enggak ada ya! Lo mau mati?!" Sarkas Vertur langsung tidak terima.

"Jangan galak-galak Vertur!" Ancam Caramel.

Ia tidak suka dengan sifat posesifnya Vertur. Hal itu membuatnya susah mendapat pacar.

"Lampu hijau! Gas terus bang Lak!" Heboh Cakrawala.

"Jangan kasih kendor!" Sambung Antariksa pula.

Galaksi hanya tersenyum tipis. "Jangan baper." Katanya, lalu beranjak pergi.

"Eh, mau kemana lo?!"

"Udahlah Tur. Bang Galaksi enggak bakal berani macam-macam." Kata Antariksa memberi pengertian.

"Iya, walaupun namanya Galak, tapi hatinya tuh selembut kain sutra!" Kata Cakrawala yang membuat mereka semua tertawa.

Cakrawala memang memiliki humor yang tinggi. Sehingga bagaimana pun keadaannya, suasana akan selalu ramai kalau ada Cakrawala.

"Permisi, pesanan datang."

"Yeay makan!"

"Yang makan gue sama Cara bego!"

Cakrawala tergelak. "Yaudah gue liatin lo makan aja."

"Kalian berdua enggak makan?" Tanya Caramel.

"Kita-kita mah udah makan tadi." Jawab Antariksa yang mendapat jawaban anggukan kepala dari Cakrawala.

"Bagus. Kalau gitu jangan minta-minta."

"Pelit banget. Entar gue pakein topeng kolor lagi lo, mau?!" Ancam Cakrawala.

"Gila aja. Disini mah enggak ada kolor."

"Lupa kalau gue lagi make? Nih gue buka dulu." Cakrawala membuka tali pinggangnya dengan cepat dan sontak hal itu membuat Caramel membulatkan matanya tidak percaya.

"Woi ada kakak gue!"

"Jangan kumat sekarang Cakra! Ada anak gadis orang!" Panik Antariksa mengingat Cakrawala yang terlihat nekad.

Melihat kepanikan semua orang, Cakrawala malah tertawa dengan kerasnya. Bahkan ia sampai berguling-guling di rerumputan nan hijau itu.

"Adek lo kesurupan kayaknya."

"Bukan adek gue itu."

"Cakra ada kodok!" Teriakan histeris Caramel membuat wajah Cakrawala langsung pucat pasi saat itu juga.

Cakrawala bahkan langsung melompat berdiri.

"Mana kodok mana?!" Tanyanya panik.

Caramel tergelak. "Disitu." Tunjuknya pada rambut Cakrawala.

"Huwaa kodok. Oma tolong!" Teriaknya yang langsung keluar taman.

Antariksa tertawa dengan kerasnya. "Bisa ngelawak juga ya lo." Katanya pada Caramel.

"Habisnya dia ngeselin."

Vertur mengacak rambut Caramel gemas. "Bagus, harus sering-sering gitu sama dia."

"Pasti!"

***