Malam yang cukup tenang di kediaman keluarga Smith kalau saja Cakrawala tidak membuat ulah.
Siapa lagi jika bukan Cakrawala? Si paling heboh dimana pun mereka berada.
Trigonometri baru saja selesai makan malam bersama dengan oma Rita. Awalnya semua berjalan lancar, tapi karena kelakuan Cakrawala akhirnya terjadilah sedikit drama di dalam rumah besar itu.
"Ampun oma!" Teriak Cakrawala yang sudah berlari mengelilingi ruang tamu mereka yang besar.
"Kamu pikir kamu ini siapa, huh?!" Teriak Oma Rita pula sembari membawa gagang sapu mengejar Cakrawala.
"Cakrawala cucunya oma Rita yang paling cantik!" Jawabnya dengan nada menggoda membuat Antariksa tergelak di tempatnya menyaksikan kejadian itu.
"Kamu bukan cucu oma!"
"Jangan gitu dong oma. Entar omanya Cakra yang paling cantik enggak ada lagi." Katanya berpura-pura sedih.
"Kamu ini! Oma enggak mau tahu ya Cakra. Kamu harus tanggung jawab!"
"Udahlah oma. Nanti Anta belikan yang baru." Kata Antariksa yang mulai kasihan pada adiknya itu.
"Kalian ini sama saja. Kenapa enggak Cakra saja yang beli? Kenapa kalau salah satu dari kalian yang berbuat, salah satu yang lainnya lagi yang bertanggung jawab?!" Ketus oma Rita yang sudah mulai tenang.
"Cakra enggak tahu belinya dimana oma. Itu namanya solid!"
"Diam kamu Cakra!" Bentak oma Rita membuat Cakrawala terdiam.
Antariksa tertawa pelan. Ia berjalan menghampiri sang oma, lalu memberikan pelukan hangat untuk menenangkan omanya.
"Oma mau berapa? Biar Anta yang belikan buat oma." Katanya dengan nada tenang, setenang air.
Dari dulu, memang Antariksalah cucu kesayangan oma Rita. Walaupun harusnya penghargaan itu jatuh pada Galaksi yang notabenenya cucu pertamanya.
"Oma mau satu saja." Akhirnya oma Rita mengalah.
"Yaudah Anta jalan dulu." Pamitnya.
Melihat Antariksa yang akan segera pergi, Cakrawala berteriak heboh.
"Anta gue ikut!"
"Cakrawala Tangen Smith!" Panggil oma Rita dengan nada tegas.
Mendengar nama panjangnya disebut Cakrawala pun menghentikan langkahnya. Ia tahu omanya sedang tidak ingin bercanda.
"Iya oma Rita yang paling cantik?"
"Kamu enggak boleh kemana-mana! Pijit kaki oma!" Perintahnya.
"Tapi oma, Cakra harus tanggung jawab." Katanya mencoba melarikan diri.
"Galaksi cucu oma?"
Galaksi yang sedari tadi duduk di sofa tengah menolehkan pandangannya.
"Galaksi enggak mau ikut campur." Tolaknya mentah-mentah.
"Gitu kamu sama oma?"
Galaksi menghelakan napasnya kasar.
"Ada apa?"
Oma Rita tersenyum puas melihat respon baik cucunya itu.
"Give him a punishment. Kayaknya kalau cuman mijit kaki oma dia enggak bakal jera." Kata sang oma dengan senyuman jahatnya.
Galaksi tersenyum senang mendengarnya. Siapa yang tidak ingin memberi hukuman pada adik bontotnya itu? Malam yang indah bagi Galaksi, tapi tidak bagi Cakrawala.
"Loh oma, kok jadi abang Galak yang ekskusi Cakra? Mijit oma aja deh hukumannya. Sampe pagi juga enggak apa." Kata Cakrawala dengan nada memelas.
"Galaksi?"
"Siap oma!"
Galaksi langsung memiting leher Cakrawala, lalu menyeretnya ke kamar Cakrawala. Disana Cakrawala akan di beri hukuman oleh Galaksi sang ketua Trigonometri tanpa ampun.
"Bang ampun bang, ampun!"
"Selamat menikmati."
"Oma tolongin Cakra oma!" Teriak Cakrawala histeris.
Oma Rita menggelengkan kepalanya. "Itu hukuman buat kamu karena udah makan sate kesukaan oma!"
"Huwaa tolong!"
***
Di tempat yang berbeda, Antariksa baru saja memesan sebungkus sate kambing kesukaan omanya. Ia menunggu sambil memainkan ponselnya di depan mobilnya.
"Abang sate!" Teriak seorang gadis dengan hebohnya.
"Eh, ada neng Cara. Mau pesan nih?"
Mendengar nama yang di sebutkan sang tukang sate, Antariksa langsung mengalihkan pandangannya. Benar saja, gadis itu adalah Caramel.
"Iya dong bang. Pesan 3 ya bang!"
"Banyak bener."
"Iya, Cara laper banget soalnya." Kekeh gadis itu.
Antariksa tersenyum tipis mendengarnya. "Katanya diet?" Suara Antariksa ternyata membuat gadis itu terkejut.
"Eh, lo?"
"Gue punya nama."
Caramel menggaruk pipinya yang tiba-tiba gatal. "Ehm, kita udah kenalan?" Tanyanya yang merasa tidak ingat pernah berkenalan dengan cowok di depannya sekarang ini.
Antariksa menggelengkan kepalanya pelan.
"Gue Antariksa."
"Caramel."
"Lo sendirian?" Tanya Antariksa yang dibalas anggukan kepala oleh Caramel.
"Vertur kemana?"
"Dia mageran orangnya. Daripada gue mati kelaparan mending langsung cus, kan?"
Antariksa terkekeh kecil mendengarnya. "Gue rada ingat tadi siang lo katanya mau diet. Enggak jadi? Dietnya besok aja?"
Caramel menundukkan kepalanya sambil memainkan kakinya. Ia sedang malu. "Ehm, jangan bilang Vertur ya?"
"Kenapa?"
"Kalau dia tahu entar dia marah."
"Kok gitu?" Tanya Antariksa lagi yang membuat Caramel mendongakkan kepalanya.
"Ih, kepo!"
"Terserah." Balas Antariksa cepat.
Caramel terkekeh. "Biasa aja kali. Vertur tuh kalau tahu aku lagi diet, tapi ketahuan makan banyak. Dia bakal ngomel. Ngomelnya mengalahkan ibu-ibu kompleks!" Celoteh Caramel mengingat kecerewetan adiknya yang satu itu.
"Kalau ujung-ujungnya makan banyak. Kenapa diet?"
"Namanya juga usaha."
Antariksa menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis di depannya. "Memang ya cewek itu ribet."
"Kalau enggak ribet namanya cowok!"
"Ada loh cowok yang ribet."
Caramel menoleh cepat. "Emang ada?!" Tanyanya antusias.
Antariksa memutar kepala Caramel ke arah pinggiran jalan. Dimana disana terdapat laki-laki separuh wanita yang mengenakan baju dress super ketat.
Caramel tergelak. Ia bahkan sampai memukul dada bidangnya Antariksa. "Gila aja! Itu mah gue tahu."
Seperti penyakit menular. Suara tawa Caramel juga menular pada Antariksa.
"Percayakan?"
"Percayalah! Tapi lo enggak gitu, kan?" Curiga Caramel sambil menyipitkan matanya.
Antariksa langsung menyentil kening Caramel. "Otak lo gesrek." Sarkasnya.
"Aduh kalian berdua ini. Dari tadi saya panggilin loh."
"Eh, iya bang? Kok kita enggak dengar?" Kata Caramel.
"Kalau mau pdktan di tempat yang bagus kali mas. Kasihan tuh neng Caranya berdiri. Kan capek." Kata sang penjual sate sembari memberikan sate pesanan mereka.
"Hahaha, abang ada-ada aja. Sini Cara bilangin!" Penjual sate itu pun mendekat kepada Caramel, sehingga Caramel mampu membisikkan sesuatu padanya.
"Cara tuh ngincar abangnya dia. Ya walaupun enggak seganteng dia, tapi abangnya lebih menggoda bang!" Bisiknya heboh.
Antariksa terkekeh mendengarnya. Percuma berbisik kalau ia masih bisa mendengarnya.
"Jadi bang Galaksi ya?" Batinnya.
"Semangat neng! Saya doain cepat-cepat deh."
"Wah, makasih bang. Kita jalan dulu ya!" Pamit Caramel yang kemudian langsung masuk ke dalam mobil Antariksa.
Antariksa bahkan dibuat terkejut mendapati tingkah laku Caramel ini.
"Lo mau ngapain?" Tanyanya ketika sudah masuk ke dalam mobilnya.
"Mau pulang."
"Kalau minta dianterin bilang. Main masuk aja kayak setan."
"Ingat ya, jadi cowok tuh harus gentle.
Masa gue disuruh jalan lagi sih."
Antariksa menghelakan napasnya kasar. "Setidaknya bilang dulu. Udah sate lo gue juga yang bayarin!" Ketus Antariksa.
"Pelit banget sih! Dimana-mana cowok yang bayarin cewek." Kata Caramel lagi membela diri.
Antariksa menggelengkan kepalanya heran. Heran, masih aja ada perempuan kayak sih Caramel ini. Bukannya perhitungan, tapi perempuan di sebelahnya ini terlalu percaya diri!
"Kalau kayak gini bang Galak mana mau sama dia." Gumam Antariksa yang sudah melajukan mobilnya.
"Apa lo bilang?!"
"Enggak ada."
"Gue denger ya. Lihat aja nanti gue pasti bisa naklukin Galaksi!"
Antariksa tergelak. "Kurang-kurangi khayalan lo itu. Bang Galak seleranya bukan elo."
"Mulut lo ya! Gue bakal buktiin gue bisa." Tekad Caramel sambil menatap tajam Antariksa.
"Terserah. Asal lo enggak ngemis-ngemis ke gue minta bantuan." Sindir Antariksa seperti sudah bisa melihat bagaimana alur ke depannya.
Caramel mendengus tidak suka. Ia lalu menggigit lengan berotot Antariksa.
"Anjir, kok gue digigit!"
"Biarin!"
Sialan nih cewek!
"Gue balas lo!"
"Gue tunggu!" Balas Caramel tak mau kalah.
Lihat saja ketika Caramel sudah bisa menaklukan Galaksi. Orang pertama yang akan ia datangi adalah Antariksa.
Caramel janji!
***