Chereads / TRIGONOMETRI / Chapter 2 - Prolog

Chapter 2 - Prolog

Tak...Tak...Tak...

Suara jarum jam bergerak detik demi detik menemani ketiga anak kembar yang kini sudah berdiri di ambang anak tangga teratas. Mereka berdiri begitu kokohnya seakan tidak ada yang bisa menjatuhkan mereka. Ketiganya sedang menunggu jarum jam terpanjang akan bergerak menuju angka 6 dan ketika itu terjadi, maka kehebohan di rumah besar yang mereka tempati pun akan membuat siapa saja naik darah melihatnya.

"BERANGKAT!"

Ketiganya langsung berlarian menuju anak tangga di bawah sana. Siapa yang lebih dulu sampai di bawah, orang itu akan mendapat uang jajan tambahan dari kedua orang yang kalah. Itulah rutinitas mereka setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah dan sudah seperti kewajiban untuk dilakukan bagi ketiganya di pagi hari.

Prang...

Suara benda jatuh terdengar begitu nyaring, memenuhi setiap sudut rumah besar itu yang membuat seorang wanita tua langsung berlari menuju ke sumber suara yang memekakkan telinganya di pagi hari yang tadinya menenangkan baginya.

"TRIGONOMETRI!" Teriak seorang wanita tua yang langsung berkacak pinggang melihat tingkah ketiga anak laki-laki yang sudah beranjak remaja.

"Bukan Cakra oma. Abang Antariksa yang buat jatuh oma!" Kata Cakrawala untuk membela dirinya sambil tangan telunjuknya menunjuk Antariksa yang berdiri di hadapannya.

Antariksa yang merasa di tuduh langsung melotot tidak terima. Bukan Antariksa yang melakukannya, Cakrawala lah yang berulah dengan tidak sengaja menyenggol guci kesayangan oma mereka saat ia meluncur di pegangan tangga layaknya sebuah perosotan di taman kanak-kanak.

"Bukan Anta oma, bang Galaksi tuh!"

Galaksi hanya mendesah pelan. Jika sudah begini ia harus menyelamatkan kedua adik kembarnya walaupun bukan ia yang membuat guci kesayangan omanya itu pecah. Mau bagaimana pun Galaksi adalah anak pertama dan ia harus bisa menjadi tameng bagi keduanya, begitulah yang sering Galaksi pelajari dari kehidupannya dari dulu sampai sekarang. Bahwa seorang abang tertua harus bisa menjadi tameng dan sandaran bagi para adik-adiknya.

"Galaksi oma."

Wanita tua itu langsung melayangkan tatapan tajamnya. "Galaksi harus tanggung jawab. Oma enggak mau kasih Galak uang saku tambahan!" Putus wanita tua itu karena guci itu adalah guci kesayangannya.

"Yah, jangan dong oma. Terus yang ngasih aku uang saku tambahan siapa? Kan aku tadi menang." Cakrawala mencoba mencari peruntungan dari rutinitasi mereka setiap pagi dan kebetulan pagi ini Cakrawala yang memenangkannya.

"Itu guci kesayangan oma Cakra!"

Antariksa menjitak jidat Cakrawala kuat yang membuatnya meringis kesakitan.

"Sshh, sakit Anta!"

Antariksa melayangkan tatapan tajamnya kepada Cakrawala, seolah-olah ia sedang berkata ; "Diem deh lo."

"Iya oma kita tahu. Oma Rita tenang aja ya. Nanti abang Galaksi beliin yang baru." Kata Antariksa yang mencoba menenangkan oma Rita.

"Galaksi berangkat." Pamitnya yang langsung beranjak pergi tanpa mencium punggung tangan oma Rita.

Begitulah Galaksi yang dingin dan bahkan sangat irit untuk sekedar mengeluarkan suaranya saja. Ia hanya akan menjadi tameng, tanpa perlu melakukan hal lainnya. Galaksi menjalani hidupnya semau yang ia inginkan. Apa pun itu Galaksi akan mengambil keputusan sendiri untuk hidupnya. Tidak ada yang bisa masuk dan mencoba untuk mendekati Galaksi yang memiliki sifat dingin dan tidak tersentuh.

Oma Rita pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat apa yang cucu pertamanya lakukan.

"Antariksa berangkat ya oma. Oma jangan sedih-sedih." Pamit Antariksa setelahnya mencium punggung tangan omanya.

Cakrawala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Saling lirik-lirikan dengan omanya yang sedang menatapnya penuh selidik.

"Abang tungguin Cakra!" Teriaknya, kemudian langsung pergi tanpa berpamitan.

Oma Rita menggelengkan kepalanya heran. "Dari dulu mereka enggak pernah berubah. Dosa apa sih kamu Bima punya cucu seperti mereka." Gumamnya pelan melihat kepergian ketiga cucu kembarnya yang akan segera berangkat ke sekolahan mereka.

***