"Aku duluan ya, Grey" pamit Jayco menepuk puncak kepala gadis tersebut.
Greysia mengangguk, "Hati-hati di jalannya, jangan ngebut loh. Titip salam juga sama tante" balasnya.
Laki-laki itu memberi tanda oke lalu menyalami Glend layaknya teman, "Jagain ya, jangan bawa dia pulang malem-malem" pesannya.
"Iya" jawab Glend masih kikuk.
"Gue duluan" imbuh Jayco lalu mulai menaiki motornya dan pergi.
Setelah Jayco bergabung dengan kendaraan-kendaraan lainnya hingga tak membuatnya terlihat lagi, mereka berdua ikut menyusul jejak Jayco pergi meninggalkan tempat tersebut menuju lokasi lainnya sesuai keinginan dari Glend yang mengendarai motor.
Greysia naik ke jok belakang motor milik laki-laki itu lalu motor mulai berjalan. Sepanjang perjalanan mereka hanya mengobrol beberapa saja menghilangkan kecanggungan. Pemandangan kota di malam hari lebih terlihat cantik dengan kerlap-kerlip cahaya berbagai warna menerangi setiap sudut jalan.
"Kemana Grey?" tanya Glend.
"Cloud Lounge?" jawab gadis itu.
"Boleh"
Hingga sampailah mereka di sebuah salah satu hotel yang dimana letak cafe tersebut berada di lantai atas. Mereka membenahkan pakaian yang agak lecek, sesekali Glend menatap Greysia meski tak sadar jika kelakuannya telah ketahuan oleh gadis itu.
"Kenapa sih? Suka lo liatin gue mulu" celetuk gadis itu.
Glend gelagapan lalu mengelak, "Ngaco. Eh ini gapapa naik motor?"
"Gapapa lah gila, udah nyampe baru bilang gitu. Gak ada larangan bawa motor kesini ya, lagian motor lo udah terparkir dengan manis disini ngapain di tanyain segala"
"Ya gimana ya, Grey. Ini hotel bukan sih? Aneh gue gak pernah main ke hotel sama cewek kek gini"
"Makanya gue ajak. Kenapa pengen nginep sekalian?"
"Gila lo, gak waras"
Greysia terkekeh, padahal dia hanya menjahili namun reaksi laki-laki itu terlalu serius.
"Yuk"
Greysia menggandeng tangan Glend menyeret laki-laki itu yang seakan sungkan membarengi dirinya. Apalagi Glend terus merapihkan pakaiannya membuat Greysia risih melihatnya.
"Ngapain sih dari tadi?"
"Bukan gitu, takut kurang pantes aja bajunya"
"Udah nyantai aja sih. Lo cakep, jangan insecure sama diri lo sendiri. Lucu gitu mana ada jeleknya sampe-sampe bikin gemes terus"
"Ha?"
"Ha ho ha ho. Banyakan Ha nya lo mah"
Tempatnya tidak mengecewakan, mungkin ini adalah cafe terbagus selama hidup yang pernah Glend kunjungi. Karena dia keluar hanya ke warkop dan cafe saja jarang. Dia hanya memperhatikan Greysia saat memesan, sepertinya gadis itu pernah berkunjung ke sini.
"Makasih ya mas" ucap Greysia.
"Lo pernah kesini?" tanya Glend.
Greysia mengangguk, "Beberapa kali sih"
"Sama yang tadi"
"Yoi"
Glend hanya berseru oh tanpa melanjutkan percakapan.
"Bagus gak tempatnya?"
"Bagus, lumayanlah"
"Dulu gue nemu tempat ini saat kabur dari rumah dan nginep di hotel sini, eh ternyata ada cafenya di rooftop"
"Kabur? Kapan?"
"Hm... Sekitar awal semester? kalau gak salah sih"
"Kenapa?"
"Ya ada lah pokoknya, gak bisa di ceritain"
"Grey..."
"Ya?"
"Boleh nanya gak?"
"Nanya aja lagi ngapain nanya dulu boleh enggaknya"
"Cowok...yang tadi siapa lo? Gue beberapa kali liat dia jemput lo di sekolah"
"Oh JiBi, dia apa ya... Sahabat cowok gue? Bestie hehehe"
"Deket?"
"Jangan di tanya lagi. Kalau gak ada dia, gak tahu deh gue masih di hadapan lo sekarang apa enggak bisa aja gue udah tinggal nama dari lama. JiBi bisa dibilang orang yang paling tahu gue kek apa, dia selalu ada saat gue lagi butuh seseorang"
"Spesial banget ya"
"Iya lah. Tapi kalau lo pengen gue spesialin bisa kok lebih dari dia"
"Lo gak bisa dengan gampangnya bilang gitu ke semua cowok, menjanjikan sebuah posisi gak segampang yang lo kira"
"Gue baru sekali ini bilang gitu ke lo"
"Bohong"
"Serius, gue gak pernah gak serius sama lo"
Pesanan mereka pun datang.
"Lo belakangan ini kenapa? Sikap gue keterlaluan ya sampai ada yang buat lo tersinggung?"
"Banyak, mau gue sebutin satu-satu?"
"Maaf, gue cuma niatnya pengen lo berhenti aja gangguin gue"
"Gue udah berhenti tuh kenapa lo malah ngintilin gue mulu?"
"Ya lo aneh. Bukan gitu yang gue pengenin, lo jadi kayak musuhin gue. Gak nyapa, gak ngomong apa-apa, melengos aja enggak, meski bener kata lo kita baru tegur sapa belum lama tapi tetep aja aneh bagi gue"
"Tau gak, Glend? Gue pernah baca di salah satu portal, kalau dia secara terang-terangan tidak menggubris kamu tetapi dia merespon orang lain dengan terbuka berarti dia tidak memberikan tempat untuk kamu. Gue pikir itu bener, selama ini gue yang terlalu memaksakan diri buat deket sama lo sedangkan lo terus nolak keberadaan gue. Disaat gue yang berusaha sekuat tenaga, sedangkan temen gue dengan gampang becanda sama lo bahkan dapat traktiran dari lo dengan cuma-cuma"
"Lucu gak sih? Gue pengen iri sama dia karena lo lebih peduli ke dia, tapi dia temen deket gue sendiri. Gue terus tanya sama diri sendiri, kok gue gak bisa gitu? Kok rasanya gue lebih susah? Kok dia gampang? Gimana kalau gue rebut hidupnya dia? Pertanyaan aneh-aneh terus muncul aja, tapi yaudah lah ya gue emang udah di haruskan mundur aja. Cukup mempermalukan dirinya dan balik ke semula aja sebelum kita kenal"
Glend terdiam tak bisa berkata-kata atas ucapan gadis di hadapannya kini. Semua ujarannya kelewat benar hingga membuat Glend sadar jika dia terlalu memberi batas ke gadis itu. Padahal dia sungguh tak memiliki niat untuk sejauh ini, dia hanya baru merasakan pertama kali seseorang mendekatinya dengan terang-terangan seperti ini.
"Dan, gue gak jauhin lo, Glend. Gak akan bisa"
"Gue jadi gak enak sama lo, padal gue ngacuhin lo terus tapi lo masih mau ngomong sama gue"
"Glend mau gue jujur?"
"Masih ada lagi?"
"Banyak tauk"
"Terus mau jujur yang mana lagi?"
"Gue pengen jadi pacar lo"
Seketika Glend tersedak hingga membuat wajahnya agak memerah.
"Sinting, mana ada cewek tiba-tiba bilang gitu ke seorang cowok"
"Ada ini gue. Glend boleh?"
"Enggak! Ngaco ah lo, jangan-jangan lo minum cocktail jadi ngelantur gini ngomongnya"
"Ini jus squash bego. Gue emang bener di tolak nih sama lo?"
"Iyalah, gak jelas sih lo. Lawak aja"
"Yaudah nanti kalo nembak lagi jangan di tolak, tolong bantu jaga harga diri gue ya hehehe"
Saat itu, Glend pikir perkataan Greysia hanyalah sebuah candaan yang tak serius, namun tak sepenuhnya sama seperti yang ia perkiraan. Siapa yang tahu jika tak lama setelah hari itu, Glend benar-benar menjalin hubungan dengan Greysia.
"Gue males kalo kita abis keluar gini nanti baka jadi problem antara lo sama temen lo tadi"
"Enggak ada lah gila. Jayco gak gitu orangnya, dia punya cara sendiri untuk nge-treat gue kek gimana. Dia tau gue gimana orangnya, asal main sama orang yang gak macem-macem semuanya bakal aman aja"
"Bukan sok tau atau gimana, gue sebagai cowok ngelihat sikap dia ke elo itu sesuatu yang jauh lebih dari kata teman"
Greysia terkekeh, "menurut lo doang kali"
Banyak yang mereka berdua bicarakan hingga jam tak henti-hentinya menggulir angka. Malam itu menjadi momen pertama kali mereka berdua dapat berbicara dengan sangat banyak seperti ini. Mereka tak tahu jika pertemuan itu menjadi awal mula pintu hati saling mengetuk pelan-pelan.
Ponsel pipih milik Greysia yang sedari tadi tergeletak diatas meja kaca, bergetar. Terlihat nomor tak dikenal menelpon gadis itu, Greysia sempat mengkerutkan kening sebelum ia menyadari siapa yang memanggilnya lalu pergi untuk menjawab panggilan tersebut.
"Bentar ya" bisik gadis itu kepada Glend sebelum pergi.
Glend mengangguk.
Cukup lama gadis itu kembali namun dengan garis wajah yang tak setenang tadi. Jelas sekali jika Greysia terlihat sangat kesal, bahkan dia tanpa basa-basi mengambil jaket denimnya dan tas lalu mengajak Glend untuk segera pergi. Glend kebingungan, dia tak tahu harus berbuat seperti apa dan untuk sekarang pilihan terbaik hanya mengikuti Greysia saja.
"Kita pisah di sini. Lo balik, gue juga balik. Thanks buat tadi" ujar Greysia seakan tak memerlukan sebuah penolakan.
"Tapi...lo gimana? Gue anter aja gapapa" ucap Glend.
Greysia berdecak, "Lo budek apa gimana sih? Kita pisah di sini. Udah itu aja gak ada yang lain-lain lagi" kata gadis itu sedikit membentak.
Tentu saja Glend terkejut, bahkan ini masih belum lewat satu jam mereka bercerita banyak hal namun baru saja Greysia membentaknya? Dia bahkan tak tahu menahu atas keresahan akan gadis itu.
Greysia mendesah kesal, dia menyibak rambutnya ke belakang frustasi. "Gue duluan" pamit gadis itu bahkan tak menoleh kebelakang sama sekali juga tak menjelaskan apa yang terjadi.