Chereads / MELANTHA / Chapter 35 - TANGGUNG JAWAB

Chapter 35 - TANGGUNG JAWAB

"Yakin gapapa?" tanya Jayco memastikan untuk terakhir kalinya.

Pagi ini dia mengantar Greysia ke sekolah terlebih dahulu barulah setelah itu ia akan berangkat ke sekolahnya. Gadis itu semalam mengabarinya jika hari ini akan menjadi hari yang panjang untuk Greysia, mungkin.

Sekali lagi Greysia mengangguk meski raut wajahnya menunjukkan kekesalan. Jayco mengerti dan dia pun pamit kepada gadis tersebut. Melihat Jayco yang telah bergabung dengan gerombolan kendaraan pagi hari, Greysia pun melangkahkan kakinya masuk ke area sekolah.

Hari ini dia tidak ingin memberikan keringanan pada para biang kerok. Yang biasanya ia membalas sapaan orang-orang, kini untuk sementara ia terpaksa mengacuhkan. Jujur saja ia ingin segera menampar terlebih dahulu mereka sebelum para guru memanggil nama-nama orang itu dan namanya yang tak tahu menahu atas perbuatan para cecunguk tersebut.

Greysia melengos saja langsung masuk kedalam ruang kelas, Glend yang saat itu kebetulan berpapasan depan kelas dan hendak menyapa segera ia urungkan saat melihat mimik wajah gadis itu. Pintu kelas yang tadinya tertutup langsung di geser ke kiri dengan amat keras. Di belakang sana Ikhsan, Angga, dan juga Septian sedang duduk berkumpul seakan tak ada hal apa-apa yang terjadi.

Tas merah hitam meluncur bebas mengenai wajah Ikhsan membuat mereka bertiga kaget, bahkan Angga hampir terjatuh dari kursinya. Tak hanya itu, Greysia masih sempat mengambil sebuah buku paket di salah satu meja temannya.

"BANGSAT" umpat Greysia setelah melemparkan buku tersebut.

Seisi kelas pun terkaget juga terdiam. Mereka semua membeku melihat amukan sang ketua kelas.

"Otak lo pada taroh di mana, anjing?! Mikir dong kalo mau nakal pinter dikit, jangan ngasal aja kayak bocah goblok yang tololnya kebangetan!"

Septian berdiri, berusaha menengahi. "Sabar, ini masih pagi jangan ngotot dulu" lerainya.

"Mana bisa sabar gue kalo sama bajingan-bajingan gini. Lo pikir kalo mereka kena masalah, gue gak kesabet juga?! Jangan mentang-mentang lo temenan ama mereka bisa belain mereka ya!" balas Greysia.

Kali ini dia menatap tajam kedua pelaku, "Lo berdua sekolah ngapain aja sih ha? Otaknya di pake gak? Bisa mikir gak?"

"Udah lah Greysia gue males bahasnya" sela Angga.

Greysia makin terpancing, gadis itu melangkah lebih maju menggebrak meja yang ada di depan dua laki-laki itu.

"Males lo bilang?! Males?" kata Greysia.

"Gue juga males ya bangsat ngurusin tingkah laku kalian berdua yang kek setan gini" imbuhnya.

Ikhsan berdiri menatap lurus kearah Greysia, "Grey, ini masih pagi loh udahlah ini urusan gue sama Angga, lo gak usah ngamuk-ngamuk gini" ucapnya.

"Jadi ini salah gue kalo gue ngamuk? Ya coba aja lo mikir setan, pikir aturan sekolah tuh kek gimana. Ketua kelas harus tanggung jawab setiap anak kelasnya bikin masalah. Kalo aja cuma si pelaku yang kena hukumannya, ini gue ya kecipratan ya bangsat. Gue yang gak tahu menahu harus ikut kena imbasnya"

"Lo harusnya mikir dong San belum lama lo berantem sama adek kelas dan gue.. Gue udah di peringatin sama guru BK dan lo bertingkah lagi? Bego sama tololnya jangan di barengin"

"Grey..." lerai Septian.

Semakin ramai anak kelasnya mulai berdatangan dan hanya berani ikut berkumpul dengan yang lain, hanya menonton dan tak berani untuk ikut campur dengan apa yang terjadi. Teman-teman Greysia lain yang baru saja datang tadinya sempat menyapa Glend yang terpaku di daun pintu. Mereka ikut kaget saat melihat suasana tak enak dari belakang kelas.

Melihat Greysia yang di tahan oleh tangan Septian, mereka bisa menbaca keadaan jika sebuah masalah baru saja terjadi. Mereka segera berlari menghampiri Greysia setidaknya untuk menenangkan sebentar sebelum segala sumpah serapah keluar dari mulut si gadis cantik tersebut.

"Grey udah... Tenang dulu" ujar Sarang menarik lengan Greysia.

"Kenapa sih? ada apa?" tanya mereka.

Septian membisik ke Lusi, "Semalem Ikhsan sama Angga kegep mabok sama Pak Angga" ucapnya memberitahu.

"Anjing" cetus mereka bebarengan.

"Si bego bisa-bisanya gada kapok sama sekali" celetuk Rinda.

Seseorang berteriak dari pintu, menanggil nama Ikhsan dan Angga untuk segera ke ruang BK beserta Greysia yang tak lupa untuk menggiring mereka berdua. Tatapan tajam Greysia masih tak luput menatap mereka berdua yang tak berani membalas tatapan gadis tersebut.

Greysia, Angga dan Ikhsan pun berjalan menuju ke ruang BK. Saat keluar kelas tadi Glend dan Greysia sempat bertatapan namun hanya sekilas, gadis itu segera memutuskan pandangan dan kembali menatap lurus.

Sesampainya di ruang BK, Greysia sempat mempersilahkan dua laki-laki itu untuk masuk terlebih dahulu namun mereka menolak terpaksa Greysia lah yang harus pertama kali menyapa guru BK sekolahnya tersebut.

" Pagi, Bu" sapa gadis itu setelah membuka pintu.

"Oh kalian sudah datang. Masuk, duduk sini" suruh beliau.

Mereka bertiga pun menurut perintah guru itu.

"Sebelum saya bicara apa ada yang kalian ingin beritahu saya terlebih dahulu?" tanya beliau namun tak ada satupun yang membuka mulu mereka.

"Diam? Baik, sekarang saya ingin tanya ketua kelasnya dulu" ujarnya menatap lurus ke manis mata gadis tersebut.

"Dimana tanggung jawab kamu sebagai pemimpin kelas? Apa aturan yang ada telah kamu lupakan sampai-sampai tidak bisa menjaga teman-teman kelasnya hingga terjadi kejadian seperti ini?"

"Maaf, Bu" ucap Greysia menunduk.

"Belum lama loh kamu ibu peringatkan untuk lebih waspada, dan sekarang kembali ke ruangan saya dengan masalah yang lebih parah dari yang lalu? Apa kamu cuma main-main di sekolah ini? Tanggung jawab seorang ketua kelas di sekolah ini tidak sama seperti sekolah biasa. Peraturan sudah tertulis jelas jika seorang siswa melanggar aturan, ketua kelas ikut bertanggung jawab!"

Angga menoleh, "tapi Bu ini bukan salahnya Greysia. Dia gak ada sangkut pautnya di sini. Si pelanggar lah yang harus tanggung jawab" bantahnya.

"Nah kamu tahu jika Greysia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini harusnya kalian tahu resiko yang akan di dapat jika seseorang melanggar aturan sekolah"

"Bu, saya dan Angga yang bersalah di sini. Peraturan sekolah gak masuk akal jika mengikutsertakan ketua kelas untuk menjalani hukuman. Seperti kata Angga, si pelanggar lah yang harus bertanggung jawab. Kita berdua siap di hukum apa saja asal Greysia di bebaskan dari hukuman"

"Aturan sekolah memang tidak masuk akal, namun dengan itu semua kita para guru ingin mendidik muridnya lebih dari sekolah biasa. Kalian yang masuk dan menjadi siswa di sekolah ini mau tidak mau harus menaati aturan. Aturan yang telah di tetapkan selama puluhan tahun lebih dan tanpa pengecualian "

"Kalian sebagai pelajar harus paham dan mengerti apa hal perlu dan tidak perlu di lakukan. Apakah pantas seorang pelajar mabuk-mabukan dengan menggunakan seragam sekolah meskipun di luar sekolah? Usia kalian masih belum legal, mau jadi apa kalian kalau di usia seperti sekarang sudah menjajal barang yang seharusnya tidak diperbolehkan?"

"Lalu siapa yang rugi? Saya? Tidak, justru kalian sendiri yang akan rugi nantinya. Keluarga, masa depan, bahkan bisa saja teman. Pandangan mereka terhadap pemuda seperti ini yang tadinya sangat berharap dan berdoa akan hal-hal baik langsung berubah 180 derajat. Segala pandangan negatif menyerang hanya karena satu kali kesalahan yang didasari rasa ingin mencoba"

"Sekali ini aja Bu... Tolong kecualikan Greysia"

Greysia berdecak, "Udahlah jangan ngemis gitu" ujarnya kepada mereka berdua.

"Saya terima hukuman seperti yang seharusnya. Peraturan tetap peraturan dan saya bertanggung jawab atas mereka berdua" ucapnya tegas.

Guru tadi mengangguk, "Baik. Kalian berdua skot jump 100 kali dan kamu Grey 50 kali. Setelah ini kalian bisa memutari lapangan sebanyak 50 kali dan Greysia setengahnya saja"

Greysia mengangguk, gadis itu terlebih dahulu mengambil aba-aba ketimbang dua temannya. Mereka mengaduh dan merasa tak enak hati dengan gadis itu, bagaimanapun Greysia di hukum gara-gara mereka.

"Ayo buru jangan nambahin kesel deh lo berdua" amuknya.