Tugas selesai tepat pukul 11 malam. Meski tak sepenuhnya mengerjakan, mereka sempat bermain ps selama sejam karena tak mendapatkan jawaban di soal terakhir. Malam itu, mereka bertiga menaiki mobil milik Jayco yang telah lama terparkir manis di basement apartement yang di tinggali laki-laki berdarah campuran tersebut.
Jayco mengendarai, karena hanya dia yang dapat mengontrol roda kemudi. Di sampingnya ada Miko dan Predi duduk sendirian di bangku tengah. Jalan malam kota tak sesepi di desa, lampu kerlap-kerlip menghiasi jalanan. Mereka mencari tempat nongkrong yang tak sepi dan tak pula ramai sembari menunggu keputusan Miko yang bertugas mencari tempat nongkrong mereka.
"Eh depan stasiun ada minimarket kan ya? Mampir bentar dong mau beli rokok" ujar Miko kepada Jayco yang dibalas dengan anggukan kepala.
Setelah beberapa saat, mobil terparkir di parkiran sebuah minimarket. Mereka bertiga turun dan bersama-sama masuk kedalam sana. Sebelum membeli rokok, mereka berjalan terlebih dahulu menuju rak yang berisi jajan dan sebagainya. Predi mengambil coki-coki sedangkan Miko masih bingung dengan dua jajan di kedua tangannya.
Jayco berbeda, dia sedari tadi sibuk membaca setiap nama pada sebuah botol minuman. Laki-laki itu ingin meminum kopi. Tangannya membuka pintu kaca showcase tanpa melihat kanan kiri yang kemudian suara mengaduh terdengar dengan sosok perempuan mengelus dahinya kesakitan. Di punggung gadis itu mencangkup sebuah tas kecil berwarna hitam.
"Eh sorry sorry" ujarnya.
"Iya gapapa gua yang salah gak lihat-lihat jalan" balas perempuan itu sembari mendongak.
Kata -loh- keluar begitu saja saat wajah mereka saling bertatapan. Jari satu sama lain saling menunjuk yang berarti mereka saling mengenal dan tak menyangka akan bertemu di tempat itu.
"Loh temennya Greysia kan?" hardik Jayco.
"Lo juga temennya Grey kan?" balas perempuan itu.
Mereka sama-sama mengangguk.
"Siapa sih nama lo?" tanya Jayco.
"Sarang. Jangan di ketawain lagi!" ucapnya.
"Belum. Lagian nama kok sarang, kek rumahnya burung aja" ejeknya.
Sarang sudah siap untuk menimpuk.
"Jo udah?" tanya Miko dari belakang.
"Eh si eneng" sapa Predi.
"Sarang? Ngapain?" tanya Miko ikut nimbrung.
"Gue abis balik dari stasiun. Ini haus sekalian cari taxi buat pulang" ucap Sarang memberi tahu keadaannya.
Miko dan yang lain mengangguk, "Bareng kita aja, biar di anter. Lu kan temennya si Grey ntar kalo lu kenapa-kenapa di jalan dan si nyai tau kalo kita ketemu tapi gak nganter bisa berabe nih temen gua" ucap Miko.
"Ya gapapa sih, emang boleh?" tanya Sarang.
"Boleh aja, kursi penumpang masih lega kok. Ya kan Jo?" ucap Predi sembari meminta persetujuan dari Jo si pemilik kendaraan.
Jayco mengangguk, "Mumpung rame juga kan ya. Lu mau langsung balik apa ikut kita-kita dulu? Cuma nongkrong doang sih bentar"
Sarang tertarik, "Kemana?" tanyanya.
"Ini masih nyari sih gue, lo ada saran tempat? Tapi gak bisa lama nih cuma sejaman soalnya udah dapet perintah dari atasan nanti kalo bohong ribet urusannya" jawab Miko.
"Ada sih, mau ke tempat biasanya gue main?" tanya Sarang menawari.
"Boleh" begitu jawaban Predi, Miko dan Jo bebarengan.
"Yaudah sini bayar jadi satu aja" kata Predi menyodorkan keranjang belanja yang ia bawa kearah Sarang dan menjadikan satu semua barang mereka.
Sekarang Predi memiliki teman duduk di belakang dan tak lagi sendirian seperti tadi. Mereka tak canggung karena pernah bertemu sebelumnya dan bagi mereka hanya Sarang yang nyambung dan asik saat diajak mengobrol dibandingkan teman-temannya yang lain.
Kendaraan roda 4 itu berhenti di sebuah cafe resto yang biasa Sarang kunjungi. Dari mulai masuk saja bisa di lihat jika gadis itu sangat sering main ke sana. Sarang menyapa seorang barista laki-laki yang sedang berjaga. Senyumnya bahkan merekah melihat sosok Sarang yang berjalan menghampirinya.
"Rame?" ucap Sarang menanyakan keadaan cafe.
Barista itu mengangguk, "Kayak biasa, tapi hari ini agak lebih rame" jawabnya.
"Sekarang pasukan lo banyak banget" kata barista tersebut.
Sarang tertawa, "Iya ketemu di stasiun yaudah gue angkut. Oh gue pesen deh ya biasa" ujar gadis itu kemudian menoleh kearah teman-temannya, "Kalian apa?" tanyanya.
"Manusia, Kak" celetuk Predi membuat Jayco menampar bahunya.
"Apa aja deh kita mah asal enak" sahut Miko dan disetujui yang lain.
"Jadi, gue biasa terus mereka yang rame aja deh biasanya apa. Oke?" kata Sarang.
Barista itu mengacungkan jempol sebagai tanda setuju. Lalu Sarang dan yang lain mencari tempat duduk kosong sembari menunggu pesanan datang.
"Asik juga tempatnya" ujar Miko yang telah menelusuri seluruh area cafe.
"Punya gue nih, sering-sering mampir biar rame hahaha" balas Sarang.
"Punya lo?" tanya Jayco sedikit kaget.
"Iya, meskipun gak semua punya gue sih ada suntik dana juga dari Papa. Tapi yang mengelola gue kok" ucapnya menjelaskan.
"Keren banget ya kamu masih muda udah ada usaha. Boleh deh kalo di jadiin calon masa depan aku" kata Predi.
"Waduh kalau itu tanya dulu sama baginda raja" balas Sarang.
"Kapan pun siap kalau minta izin" balas Predi.
"Eh tidak boleh adik-adik, ingat kakak dulu yang harus memulai" selak Miko.
Saat mereka mengobrol, ponsel Jayco berdering membuat fokus mereka teralihkan ke laki-laki tersebut. Jayco mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kemudian membaca nama My Flower tertera di layar membuat yang lain dapat membacanya dengan jelas.
"Wih siapa tuh my flower? Sweet banget" celetuk si Sarang.
Predi di sebelahnya membalas, "Greysia lah siapa lagi" jawabnya.
"Lagi dimana?" terdengar suara Greysia dari telepon lalu Jayco memutar kameranya menuju teman-temannya yang lain.
"Lah kok ada Sarang?" tanya Greysia.
"Hai, Grey... Tadi gak sengaja ketemu di minimarket, terus ini di tebengin pulang. Gapapa kan?"
"Bagus. Bagus. Aman sama mereka mah, tapi kalo lu di gangguin bilang aja sama gue nanti itu bakal gue yang urus"
"Hahahaha iya deh gampang pokoknya ntar langsung calling lo"
"Mantap"
Jayco izin kemudian untuk keluar sebentar guna menjawab telpon dari gadis tadi. Mereka mengangguk dan membiarkan saja laki-laki itu pergi. Sarang memperhatikan, dia tahu seakrab apa hubungan Greysia dan Jayco, namun dia tak menyangka jika mereka sangat lucu saat berinteraksi meski hanya via telpon.
"Emang biasa ya mereka kek gitu?" tanya Sarang penasaran.
"Bukan apa-apa malah. Padal gak pacaran tapi udah ngalahin orang pacaran aja" balas Predi.
"Ya namanya udah kenal dari kecil, kan gara-gara si Greysia juga Jo balik lagi ke Indo" imbuh Miko.
"Bener juga sih. Tapi mereka lucu banget" kata Sarang.
"Kalau kata si Jo mah, mereka itu saling jaga. Dalam hal apapun, karena Jo rumah buat Greysia dan Greysia pun alasan Jo bertahan. Mungkin kalo aja gak beda keyakinan paling udah jadian dari lama. Orang kalo si Jo sakit yang jagain, ngerawat juga si Grey"
Sarang mengangguk-angguk mencerna itu matang-matang. Tapi apakah mungkin pertemanan antar lelaki dan perempuan tidak ada yang memiliki perasaan secara diam-diam?
"Abis ini balik ya, lo istirahat dulu besok sekolah juga. Kalo nanti misal aja lu mimisan lagi, mau gak mau kita harus cek ke dokter dan kalo lu gak berani gue temenin kok" ucap Greysia.
"Abis nganter Sarang kita balik semua, dan kata mama tadi sore, besok mau dinner suruh ajak kamu. Kamu kosong gak?"
"Besok gak tau ya, gue kabarin deh. Kayaknya sih kosong"
"Yaudah besok kabarin aja gimana, nanti biar aku jemput"
"Tante udah baikkan? Gue belum sempet main kesana lagi sejak kejadian waktu itu"
"Mama udah baik, seenggaknya. Kata Papa untuk sekarang bakal jadi normal kayak biasanya kecuali ada satu hal yang bisa bikin mama kepancing"
"Syukur deh, lo yang kuat ya meski gak mudah tapi gue tetep di samping lo. Masih inget kan kalau capek bilang ke gue?"
"Iya, ini bukan hal berat kok udah biasa. Makasih kamu masih baik ke aku meskipun aku bohongin kamu dengan gunain identitas Jacob biar deket kamu"
"Gue gak egois, JB. Meski gue di bohongin tapi gue gak mau menomorsatukan rasa kecewa gue, kan lo juga udah jelasin dan itu bukan suatu hal yang lo mau juga. Gak ada yang mau kehilangan saudaranya sendiri"
"Love you, thank's for staying by my side"
"Love you more... Nanti hati-hati kalau pulang, anter temen gue selamet tanpa lecet sedikitpun. Tapi lo juga, lo mati gue juga mati"
"Iya, tidur sana"
"Bye, sweetie"
Jayco terkekeh saat setelah panggilan terputus, dimatanya Greysia sangatlah lucu. Ponsel itu ia masukkan kedalam saku celana kemudian kembali lagi ke dalam dan berbincang-bincang sebentar sembari mengincip makanan yang mereka pesan tadi. Tak bisa lama-lama karena hari semakin larut, mereka harus segera mengantar Sarang pulang sebelum tengah malam.
"Yuk, balik"