Januari 2007
Tak mudah mengasuh putra kembar seperti yang ia alami sekarang. Saat sang kakak yang paling hiperaktif dan adik yang harus sebisa mungkin menjaga tenaganya agar tak terlalu lelah. Bisa dibilang banyak alasan kenapa sang adik begitu disayangi oleh orang tua mereka. Alasan utamanya karena Jacob telah di vonis kanker otak beberapa waktu yang lalu oleh dokter sehingga mama lebih menyayangi Jacob daripada kakaknya. Alasan lainnya adalah Jacob lebih penurut, pintar, dan tak nakal seperti sang kakak.
Jika kalian berpikir kalau anak kecil tak menyadari akan hal seperti itu maka kalian salah. Jayco amat sadar dan dia banyak mengalah hanya demi sang adik. Apapun akan ia berikan jika itu untuk Jacob, bahkan jiak adiknya menginginkan mainan robot kesayangannya maka ia akan memberikannya saat itu juga. Bukan hanya orang tuannya yang sayang dengan Jacob, ia lebih sayang adiknya dibanding mama dan papa.
Dia pikir akan berjalan seperti itu namun ia salah. Mau bagaimanapun ia tetaplah anak-anak yang akan merasakan iri. Ia tak suka jika hanya Jacob yang selalu diperhatikan oleh mama. Apapun kemauan adiknya akan dituruti lalu ia harus mengalah dan mengikuti saja yang sudah ada.
Seperti ketika kita harus mengisi ulang kebutuhan bulanan, keluarganya akan berbelanja di supermarket yang ada di kota. Meski kembar, mereka tak satu selera. Jacob suka susu coklat dibandingkan susu full cream tapi Jayco sebaliknya. Ia memiliki alergi pada susu coklat. Ralat ia alergi semua yang memiliki perisa coklat.
"Aku maunya susu coklat!" teriak Jacob sembari menyodorkan kotak susu coklat.
Tak mau kalah Jayco pun ikut mengambil kotak susu full cream namun dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan milik adiknya.
"GAK! POKOKNYA SUSU FULL CREAM!" balasnya.
Kedua orang tua mereka pusing melihatnya apalagi sekarang dua bocah itu sudah menjadi tontonan orang-orang yang sedang berbelanja juga. Akhirnya Lionel mencoba menengahi kedua putranya agar berhenti dan taka da yang merasa kecewa karena hanya membela satu pihak saja.
"Sudah ambil dua-duanya saja. Coklat untuk Jacob dan Full Cream untuk Jayco, okey?"
"Jangan, nanti kebanyakan kalau beli dua rasa, satu abis terus satunya enggak malah kebuang. Kita beli yang coklat aja ya kan lebih enak coklat daripada yang full cream gak ada rasanya" ucap Celine.
Kan, tak peduli apa kata dokter dulu jika Jayco tak bisa dengan makanan/minuman yang berbahan coklat namun mamanya tak ingat akan hal itu. Bagi mama hanya pilihan Jacob yang diutamakan dan kakak harus mengalah dengan adiknya. Protes pun tak ada gunanya karena bagi mama anak kesayangannya adalah Jacob.
"Jo, 1 liter kuat buat habisin sendiri kan?" ucap Lionel ketika memasukkan sekotak besar susu full cream kedalam keranjang belanja yang ia bawa tanpa pengetahuan sang istri membuat bocah laki-laki itu tersenyum senang.
Meski mama selalu menolak keinginannya setidaknya ia tak merasa dibedakan karena ia memiliki papa yang selalu menuruti kemauannya dengan cara papa sendiri
———
Ini tahun keduanya mereka pindah ke Kanada dan kemarin baru saja si kembar mendapatkan hasil nilai satu semester kemarin. Kacau, entah bagaimana bisa nilai Jayco sangat jauh sekali dengan milik Jacob bahkan untuk mencapai setengahnya saja tidak. Entah keberapa kali Celine mengesah lelah sembari menatap kedua putranya yang sedang duduk di pinggiran kasur tak berani untuk menatapnya hanya tertunduk seakan ada sebuah uang terjatuh diantara kedua kaki mereka.
"Mama sudah ngajarin kamu loh, masa masih tidak bisa? Cobe saja bisa kok Jo tidak?" omel Celine di tangannya ada sebuah buku raport milik Jayco.
Jayco semakin menunduk takut, "Maaf, Ma" ujarnya sangat pelan.
"Bahkan bukan hanya satu, ini hampir di semua mata pelajar memiliki nilai C? Kamu tidak bercanda kan sayang?" omel wanita itu lagi, "Ya Tuhan Yesus dosa apa aku sampai seperti ini… Kita sudah masuk tahun kedua di sini Jo harusnya kamu sudah lebih mahir berbahasa Inggris sama seperti adikmu bahkan waktu di Indonesia pun papa sering kan mengajari kalian Bahasa Inggris tapi kenapa kamu masih seperti ini? Jo, disini tidak sama seperti waktu kita di Indonesia jadi mama minta tolong dengan sangat supaya kamu mau berubah"
Celine meletakkan raport tadi ke atas meja lalu wanita itu berjongkok di hadapan jayco dan menggenggam kedua tangan kecil putranya, "Dengerin mama. Mama tidak akan ngomong seperti tadi kalau kamu mampu, mau sebanyak apapun mama ngomel kalau kamu tidak mau berubah nanti juga akan merugikan kamu sendiri sayang. Anggap saja mama galak karena terlalu berlebihan meski kalian masih kecil, tapi bagi mama mau seumur berapapun pendidikan sangat penting. Jadi kalau Jacob bisa, kamu juga harus bisa entah gimanapun kamu bekerja keras untuk mengejar adik kamu. Paham?" ucapnya membuat Jayco mau tak mau harus mengangguk.
———
30 Mei 2007
Kemarin lusa mama dan papa berjanji akan merayakan hari ulang tahun si kembar di rumah. Mama pun juga berkata akan membuatkan kue ulang tahun khusus untuk kedua anaknya sesuai selera dan permintaan masing-masing. Malam ini pesta dirayakan, beberapa teman pun ikut hadir merayakannya. Saat sebelum puncak acara yaitu tiup lilin, papa diminta mama untuk menutup kedua mata si kembar
Kudua tangan Lionel digandeng oleh dua putranya, dia menuntun mereka sampai di tengah ruangan dengan kue ulang tahun sebagai makanan utama yang terhidang di meja berukuran sedang berbentuk lingkaran. Dalam hitungan ketiga kain yang menutup mata akan dibuka, sorak ceria yang terdengar ramai dominan suara anak-anak itu menggiring Jayco dan Jacob untuk membuka penutup di hitungan yang tepat.
Senyum bibir mungil yang masih tampak merah alami nan indah itu hilang begitu matanya terbuka. Air mukanya tampak kecewa bahkan tanpa seizin dirinya sebuah air mata menetes dari pelupuk. Jayco melempar topi ulang tahun yang ia pakai sebelumnya hingga suasanya menjadi hening karena kemarahannya.
"Jo, kenapa sayang?" tanya Celine yang hendak mengampiri anak itu.
"AKU BENCI MAMA! AKU JUGA ULANG TAHUN BUKAN CUMA DIA AJA!" teriaknya sembari menunjuk adiknya dengan tatapan kesal kemudian lari meninggalkan semuanya.
"Jayco...!" panggil wanita itu.
Lionel menggeleng kecewa, pria itu menahan pergelangan tangan istrinya yang hendak mengejar Jayco yang entah lari kemana. "Lihat, aku sudah bilang kan kalau pilihanmu bakal buat dia kecewa? Biar aku saja yang kejar, kamu di sini saja" ujarnya lalu pergi.
Sedangkan Jacob mengikis jarak dengan ibunya, "Mommy, Jo kenapa?" tanyanya.
Celine menggeleng sembari mengelus puncak kepala putranya, "Enggak papa nanti kakak balik lagi kok" ucapnya.
Tidak adil, memangnya yang sedang merayakan ulang tahun hanya Jacob saja. Mereka kembar dan harusnya seimbang antara dia dan Jacob. Mau seberapa sering ia bilang kalau tak suka coklat namun mama tetap saja memberikan coklat hanya dengan alasan karena Jacob menyukainya. Tadi saja kue serba coklat dengan toping oreo dan segala antek-anteknya. Jayco tidak suka. Dia ingin diutamakan juga seperti adiknya. Dia seperti dikucilkan dan dia tak suka.
Kaki kecil yang terbalut sepatu kets terus berlari tanpa melihat kemana ia akan pergi. Pandangannya terganggu karena ia terus-menerus mengelap matanya yang tak kunjung berhenti menangis. Tanpa bocah itu sadari dia semakin mendekati jalan raya yang entah kapan saja kendaraan yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya itu akan datang dan siap menghantam jika ia lalai tak berhati-hati.
Meski jalanan tak seramai di pusat kota namun dapat di lihat beberapa mobil melintas. Satu hal yang bocah itu lupakan bahwa jarak tinggi trotoar dan aspal berjarak beberapa centi yang bagi siapapun tak memperhatikan saat melangkah akan terjatuh meski tingginya hanya semata kaki orang dewasa.
Benar saja, Jayco terjatuh dan tersungkur di aspal jalanan yang kotor. Lutut dan telapak tangannya lecet hingga meninggalkan luka terbuka meski tak parah. Namun sepertinya tahun ini bukan tahun yang bagus untuk bocah itu, tanpa dia sadari jika dari utara sebuah mobil box meluncur ke arahnya.
Sang supir tentu saja kaget, beliau segera mungkin menarik tuas rem agar mobil itu berhenti. Usahanya sepertinya lumayan berhasil namun pelannya roda mobil berputar karena paksaan rem, tubuh kecil itu tetap terpental karena tertabrak meski hanya beberapa meter namun cukup membuat darah mengucur keluar.
Sopir itu segera turun, mengecek keadaan Jayco yang tak sadarkan diri. Kemudian seorang pria yang sepertinya ayah dari bocah itu berlari mendekat. Membopong putranya seakan merasa bersalah atas apa yang terjadi. Mereka bingung saat Jayco tak menyahut ketika Lionel panggil namanya.
"Bangun, nak, maafkan papa" kata Lionel hampir menangis.
"Sir, I— I'm really sorry for this incident, I didn't mean to, sir, I swear" sesal sang supir sembari menyatukan kedua tangannya merasa bersalah.
"I am willing to take responsibility, I will not run away" imbuhnya.
Lionel tak perduli, pertama-tama putranya harus segera mendapatkan tindakan pertama dan untuk masalah tanggung jawab bisa di urus nanti saja ketika Jayco telah mendapat penanganan dari medis.
"Please take us to the hospital" seru Lionel dengan wajah yang terlihat frustasi.
Supir mengangguk cepat, membukakan pintu mobilnya dan segera mengendarai mobil tersebut menuju rumah sakit terdekat.