Chereads / MELANTHA / Chapter 38 - TANDA YANG TAK DI SADARI

Chapter 38 - TANDA YANG TAK DI SADARI

"Katanya sakit tapi udah sibuk banget sama buku" sindir Greysia yang baru saja bangun.

Gadis dengan muka bantal itu mengambil jus yang ada di dalam kulkas, sepertinya ia tak pulang ke rumah bisa di lihat dari pakaiannya yang masih mengenakan seragam. Jayco hanya menatap sekilas saat Greysia berjalan menghampirinya dan kemudian duduk di atas sofa sampingnya.

Sembari menyedot minumannya ia mengintip tugas rumah yang sedang di kerjakan oleh Jayco. Sebuah soal fisika yang membuat dahinya berkerut melihat jawaban yang di tulis oleh laki-laki itu.

"Salah itu mah" celetuk Greysia menunjuk jawaban Jayco.

"Salah gimana? Udah di hitung kok tadi dan jawabannya ini" bela Jayco.

"Dibilangin ngeyel. Nih gue kasih tau" kata Greysia mulai mengambil lembar belakang buku milik Jayco dan mengambil sebuah pensil yang ada di meja.

"Sumber bunyi memancarkan bunyi dengan frekuensi 500Hz. Saling mendekat dengan pendengar. Kecepatan sumber bunyi 40 m/s dan kecepatan pendengar 50 m/s. Jika kecepatan bunyi di udara adalah 340 m/s, maka bunyi yang di dengar oleh pendengar adalah titik-titik" ucap Greysia membaca soal pada buku LKS.

Lalu ia mulai mengajari Jayco menjawab soalnya, "Berarti yang di ketahui itu Fs because yang mengeluarkan frekuensi bunyi ya ini si Fs 500 Hz"

"Terus saling mendekat, jadi S mendekati P dan P mendekati S. Kecepatan sumber bunyinya itu Vs = 40 m/s. Terus kecepatan pendengar Vp = 50 m/s. Kecepatan bunyi di udaranya V = 340 m/s. Maka Fp sama dengan titik-titik tanda tanya"

"Rumus dulu nih. Fp titik dua buka kurung gede V ± Vp di bagi V ± Vs tutup kurung di kali Fs. Masukin deh, V nya 340 terus Vp"

"Nah di sini biar gue jelasin, kalo Vp tuh artinya si Pendengar mendekati Sumber bunyi berarti tandanya (+). Kebalikannya kalo si Vs berarti S mendekati ke P jadi tandanya (-). Jadi cara kita gunain tanda plus minus ya kek gitu"

"Tadi Vp tandanya (+) jadi di tambah 50 di bagi V nya 340 lagi ini Vs nya 40. Tutup kurung di kali 500 si Fs. 340 + 50 itu 390 di bagi 340 - 40 itu 300, tutup kurung di kali 500. Dan hasilnya 650 Hz, Kak" Greysia meletakkan pensil setelah menyelesaikan soal tadi.

Jayco berseru menggoda sembari bertepuk tangan kagum, "Oh~ Greysia. Kok bisa?" ujarnya heran juga kagum.

Greysia menyeruput kembali minumannya, "Ya berarti gue ngerti, gitu aja di tanyain sih" balasnya.

Kali ini Jayco memutar tubuhnya ke kanan, mendongak menatap Greysia yang duduk di atas. "Katanya di SMK gak ada mapel fisika?"

"Emang"

"Terus ini?"

"Gue belajar juga kalik, lo itu harus tau belajar itu bukan cuma di sekolah. Nah itu gue lakuin, lagipula di rumah ada buku bekas anaknya tante pas doi masih SMA yaudah gue baca sekalian belajar kan"

Jayco mengangguk, "Kalau gitu, ini dong sekalian" ujarnya menunjuk 2 nomor lain yang belum terisi.

"Gak. Enak aja, lu kerjain sendiri orang tugas lu jeh ngapain jadi gua"

"Kan katanya kamu belajar gak cuma di sekolah. Ini bantuin sekalian nambah ilmu juga pahala"

"No. No. No. Bapak Jayco yang terhormat mohon untuk menyelesaikan tugas bapak sendiri ya, terima kasih"

Tok... Tok...

Pintu di ketuk oleh seseorang. Dua remaja itu kompak menoleh ke arah pintu berada yang kemudian saling bertatapan bertanya siapakah yang datang berkunjung. Mereka adu suit, siapa yang kalah dia yang harus membukakan pintu. Seperti anak kecil padahal hanya perkara pintu tapi benar-benar itu yang mereka lakukan.

Greysia bersorak senang, dia menang. Gunting tak bisa mengalahkan batu miliknya. Dengan terpaksa Jayco berdiri sembari mengeluh, langkahnya malas-malasan mengintip ke sebuah lubang kecil yang ada pada pintu untuk melihat tamunya kini. Oh ternyata di luar ada Miko dan Predi, temannya sekolah. Apa mereka ada janji untuk bertemu? Jayco lupa.

Kenop pintu di buka menampakkan sosok dua remaja laki-laki menyapa Jayco dengan senang sembari mencangklong tas pada pundak masing-masing. Jayco melipat kedua tangannya di dada, menginterogasi mereka yang datang tiba-tiba namun malah dirinya yang mendapatkan semburan dari dua temannya itu.

"Lo yang gak baca chat gue" ucap Predi nyolot.

"Emang nge-chat?" balik tanya Jayco.

Miko mendengus, "Ye si kunyuk" umpatnya.

"Yaudah masuk" Jayco mempersilahkan mereka untuk masuk.

Di sofa, Greysia bersandar pada punggung kursi memperhatikan 3 laki-laki yang mulai mendekat ke tempatnya duduk sekarang. Miko dan Predi menyapa gadis itu yang sudah seperti teman sendiri. Bagi mereka teman Jayco = teman mereka.

"Pada ngapain kesini?" tanya Greysia.

"Untuk sekarang sih rencananya mau nugas gatau nanti" jawab Predi mengambil duduk di single sofa sebelah kiri.

Greysia mengangguk paham.

"Mau pada minum apa?" tanya Jayco yang berada di dapur.

"Yang ada aja gapapa" jawab Predi.

"Lo ngapain di sini? Gak pulang? Masih pakai seragam gitu" ujar Miko kepada Greysia.

"Gak bisa liat gue ngapain? Udah jelas duduk masih aja tanya" balas Greysia kelewat santai.

"Ya Alloh nyantai atuh ibu kan nanya doang" sahut Miko.

Lalu Jayco datang dengan 3 minuman dingin di tangannya yang kemudian ia letakkan pada meja untuk di sajikan kepada kedua temannya. Jayco mengambil duduk di sebelah Greysia, sedikit membereskan bukunya yang kini nampak berantakan di atas meja agar nanti jika mereka beneran mengerjakan tugas masih ada tempat kosong yang dapat di gunakan oleh 2 teman-temannya.

"Si Bima napa gak ikut kemari?" tanya Greysia.

"Oh Bima mah ada acara nikahan sodara, jadi kagak bisa ikut" jawab Predi.

Greysia hanyak mengangguk paham. Dia berdiri menghembuskan napas sebelum akhirnya mengambil langkah meninggalkan 3 remaja laki-laki itu.

"Kemana?" tanya Jayco menahan lengan gadis itu.

"Mau ambil tas, balik gue tadi belum pulang" jawabnya lalu berjalan mengambil tasnya.

Tak butuh waktu lama, Greysia kembali dengan tas dan jaket hoodie biru muda milik Jayco di tangannya. Dia meletakkan tas miliknya di sebelah Jayco lalu mengenakan jaket milik laki-laki guna menghindari angin malam yang mungkin saja dapat membawa penyakit meriyang untuk esok hari dan dia tidak mau itu terjadi.

"Mau di anter?" tanya Jayco berdiri mensejajarkan diri dengan gadis tersebut.

Greysia menggeleng, "Bisa sendiri tar pesen gocar aja, ada temen lu di sini gak etis kalo lu tinggal" ucapnya.

"Yang bener? Malem loh ini Grey" balas Predi.

"Kagak ada yang bilang ini tengah hari, Pred" kata Greysia.

"Biar kita anter aja Grey, kalo gak boleh si Jo sendiri yaudah kita rame-rame aja nganter lu kan jadi gak ada yang di rumah" imbuh Miko.

"Ngaco ah" tolak Greysia mengenakan tasnya.

"Pulang ya, nitip si Jo abis tepar tadi sore" ucap Greysia berpesan.

"Lo pingsan, Jo?" tanya Predi.

Jayco mengangguk sekilas dan membahas dengan dehaman.

"Kan apa gue bilang... Lo tuh udah pucet sejak pagi, masih ngeyel aja pake alesan olahraga" ujar Miko.

"Gimana maksudnya?" tanya Greysia.

"Si Jo tuh, Grey. Dari pagi udah pucet, si Miko yang nyadar tapi katanya karena abis olahraga. Olahraga apaan sampe pucet gitu terus balik-balik pingsan" ujar Predi sedikit menggebu-gebu.

Bahu Jayco di pukul pelan, rasa gregetan dapat terlihat dari wajah gadis di sampingnya kini. Sambil berdecak, dia mengomeli, "Lo tuh! Udah tau pucet bukan istirahat. Udah pingsan sampe mimisan juga bukannya tidur kek apa kek malah di sini ngerjain tugas segala" omelnya.

"Aku gapapa, Greysia. Ini tuh udah baikan" elak Jayco.

"Halah baikan apanya. Gue tempeleng juga lu lama-lama, istirahat aja sono ntar makin parah lagi"

Predi dan Miko ikut mengompori, "Omelin aja, Grey, omelin" kata mereka mendapat pelototan tajam dari Jayco.

"Udah aku gapapa beneran. Kan tadi udah istirahat, udah makan juga kok pas bangun. Sekarang aku harus ngerjain itu dulu buat besok, janji deh setelah itu bakal istirahat"

"Awas aja ya gue tandain muke lu"

"Iya janji"

Lalu, Greysia menoleh kearah 2 laki-laki lainnya.

"Ni anak kalo ntar selesai belum juga istirahat. Bilangin ke gue, harus! Ngerti?!" perintahnya pada mereka.

"Siap, mengerti!" jawab Miko dan Predi dengan nada tegas.

"Lu gue aduin ke nyokap lu loh awas aja" ucap Greysia memperingati temannya itu.

Jayco hanya mengangguk-ngangguk saja sembari mendorong keluar tubuh Greysia. Dia melambai saat gadis itu berjalan di lorong apartemen. Bukankah lebih baik jika gadis itu pulang lebih cepat agar tidak terlalu malam daripada berlama-lama di sini hanya untuk mengomelinya.

"Babay" ujarnya melambaikan tangan kearah Greysia yang juga membalasnya.