Chereads / MELANTHA / Chapter 33 - BISA KITA BICARA?

Chapter 33 - BISA KITA BICARA?

Setelah beberapa kali tak mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan gadis itu atau lebih jelasnya Greysia-lah yang seakan menghindar dan tak memberi waktu sebentar saja untuk Glend berbicara. Lalu siang ini, dia akan mencari kesempatan sebaik mungkin. Dia akan memaksa bagaimanapun caranya agar gadis itu menyisihkan waktunya sebentar saja.

Meski mereka satu kelas, tetap saja tak ada percakapan sama sekali. Jujur, Glend tidak seberani itu untuk mendekati Greysia di depan teman-temannya. Nyalinya tak sebanyak gadis tersebut. Makanya dia susah untuk mengobrol dengan Greysia, karena dirinya ini yang tak berani.

Glend berlari mengejar Greysia saat gadis itu keluar dari Lab Komputer entah menuju kemana. Dia menarik lengan gadis itu membuat sang empu menoleh kaget. Namun kemudian Greysia menarik lengannya kembali seakan menghindari kontak fisik dengan laki-laki itu.

"Grey, gue mau ngomong bentar" pinta Glend.

"Nanti ya Glend, gue ada urusan bentar" balas Greysia berbalik.

"Bentar aja, Grey" cegah Glend tak menyerah.

Greysia tetap menggeleng, "Nanti, gue ada yang di urus duluan. Nanti aja kita ngobrolnya" katanya.

Dia menoleh ke depan saat seseorang muncul dari sebuah kelas. Dengan cekatan Greysia menghampiri dan menghentikan pemuda tadi, meninggalkan Glend yang tak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri. Dia hanya menyaksikan dengan bungkam saat Greysia lebih menghawatirkan pemuda yang satu tingkat di bawahnya.

"Kok lo udah sekolah aja sih? Masih sakit? Mau kemana gue anter ya" ucap Greysia.

Pemuda itu adalah Erik. Dia kembali ke sekolah meski terkadang masih merasakan perih di pinggangnya. Sesekali memegangi pinggangnya saat berjalan. Erik tersenyum dan menggeleng.

"Gue gapapa kok kak. Ini mau ke kantin bentar beli minum, pengen minum obat rada nyeri soalnya takut nambah sakitnya" ujar Erik.

"Ya udah gue beliin aja lo balik ke kelas, tungguin"

"Eh enggak usah, nanti ngerepotin"

"Udah balik aja, tunggu di kelas. Jam siapa sih?" cetus Greysia lalu mengintip ke dalam kelas, "Oh Pak Beta. Lo balik aja ya duduk manis di bangku, abis ini gue beliin air minum di kantin" imbuhnya lalu mendorong pelan Erik kembali masuk ke kelasnya.

Greysia menyapa Pak Beta yang balik menyapanya, "Siang, Pak. Anaknya tak kembalikan ya, masih sakit soalnya. Jangan biarin banyak gerak Pak, kalo gerak lempar penghapus aja gapapa" candanya.

"Beneran loh ya? Tadi memang sudah saya larang tapi ngeyel. Ya bagus deh kalau kamu mau bantu dia"

"Bakal di bantu kok, Pak, selalu malah"

"Jos!! Kamu pelajarannya siapa? Kosong tah?"

"Enggak, ini tadi mau ke TU ambil surat, kalau gitu duluan ya, Pak, maaf mengganggu waktu bapak mengajar"

"Iya gapapa bukan apa-apa kok. Kalau beli air, sekalian saya juga ya nitip hehehe"

"Siappp Pak Beta. Mari, Pak" pamit Greysia.

Erik menoleh, "Kak, nanti ngobrol ya"

"Iya pulang sekolah gue samperin, tunggu di kelas aja jangan kemana-mana"

"Makasih kak"

Greysia mengangguk, sekali lagi ia menunduk memberi salam kepada Pak Beta. Asiknya jadi seorang Greysia di sekolah adalah dia dikenal oleh semua guru mulai dari jurusan TKR, TOT, LAS, AKUNTANSI, TKJ, MULTIMEDIA, DKV, hingga ANIMASI. Mereka mengenal baik sosok murid bernama Greysia ini.

Greysia bukan ketua OSIS atau orang yang memiliki kedudukan penting dalam sebuah organisasi. Dia hanya anak yang aktif dalam belajar, kreatif, dan tentu saja selalu menjadi contoh teman-temannya saat melakukan tugas. Awalnya hanya guru kejuruan saja yang membanggakan gadis itu, namun lama-kelamaan mereka mulai membahas tentang Greysia.

Balik lagi ke sebelumnya, Glend mencegat kembali Greysia yang hendak melewatinya. Ini memang ada sebuah kesalahan yang ia telah perbuat kepada gadis tersebut hingga harus menghindarinya seperti ini. Tapi apa? Ia tak tahu akan salahnya.

"Greysia, lo ngehindarin gue kan? Gue minta maaf beneran" pintanya.

"Salah lo apa?" balas Greysia.

Glend bungkam. Greysia berdecak, "Lo aja gak tahu salah lo apaan jadi ngapain minta maaf? Gue gak ada apa-apa ke elo, lo aja kalik yang ngerasa gue jauhin lo. Gue emang sibuk banget belakang ini, dan menurut gue, kita emang gak ada yang harus di bicarain Glend" ucapnya.

"Ada. Lo yang gak mau bahas itu. Sikap lo udah kelihatan jelas kalau lo ngehindarin gue, Grey. Ibaratnya, seminggu yang lalu lo rewel banget tiba-tiba besoknya diem dan gak ada ngomong apa-apa, terus salah kalau gue mikir lo jauhin gue?"

"Salah. Karena gue gak merasakan apa yang lo rasain itu"

"Tapi sikap lo waktu itu beda banget sama belakang ini"

"Sikap gue yang gimana sih maksud lo? Bukannya gue dari dulu emang gini ya? Gue aja belum lama tahu kalau kita juga sekelas waktu kelas satu. Kalau yang lo maksud 'waktu itu' biar gue jelasin, gue cuma bersikap friendly ke orang yang menghargai keberadaan gue. Sampai sini paham?"

"Gue mau beliin air minum dulu, terus ke TU. Lo balik ke Lab aja. Ngapain juga ngintilin gue. Duluan Glend, oh bilangin juga anak-anak suruh selesaiin tugasnya, sepuluh menit lagi Pak Nash balik. Oh lagi, suruh sembunyiin barang-barang nyeleneh yang di bawa, nanti ada razia. Thanks Glend"

Dan Greysia benar-benar pergi. Glend hanya bisa menghela napas kecewa lalu melangkahkan kaki dengan berat kembali ke Lab Komputer. Memang tak ada yang bisa di harapkan dari dirinya. Tidak ada sama sekali. Dia saja tak ingat apa yang telah ia lakukan ke pada Greysia hingga membuat gadis itu menjauhi dirinya.

——

Pukul 8 malam, Glend baru saja selesai mandi. Dia tertidur saat setelah pulang sekolah tadi dan beberapa jam kemudian terbangun karena merasa sukar belum sempat membersihkan diri. Handuk putihnya bertengger indah di lehernya. Rambut hitam legam itu masih basah tak jarang air menetes dari ujung-ujungnya.

Glend memeriksa ponselnya barangkali ada hal penting yang belum sempat ia baca. Terlihat sebanyak 10 lebih panggilan tak terjawab sejak satu jam yang lalu dan Greysialah orang itu. Glend bingung lantas menelpon balik nomor gadis tersebut guna menanyakan ada keperluan apa sampai menelponnya berkali-kali.

"Greysia?" sebutnya pertama.

Dari seberang sana menjawab, "Lama banget astaga dari tadi kemana aja?!" omel Greysia.

"Tadi ketiduran selepas sekolah. Jadi kenapa nelpon?"

"Gue tadi di depan rumah lo, kata siang tadi pen ngobrol sama gue di samper malah gak ada jawaban. Jadi gak ngomongnya?"

"Tadi kesini? Maaf banget gak tahu soalnya, ini lo dimana biar gantian gue samper aja"

"Gue lagi jalan sama temen, kita ketemuan aja biar gue sharelock gimana?"

"Boleh deh"

"Sip, see you~"

Glend bersiap setelah membaca lokasi yang di berikan oleh Greysia yang terletak agak dekat dengan rumahnya mungkin hanya memerlukan sekitar 15 menit perjalanan. Dia merapihkan baju yang ia pakai di badannya sekarang, menyemprotkan berkali-kali parfume ke seluruh tubuh bahkan ia terbatuk karena ulahnya sendiri.

Tak ada siapa-siapa di rumah, orang tuanya berjaga di resto yang ada di seberang rumah mereka. Sedangkan kakaknya berkuliah di Bandung yang kadang pulang kadang tidak suka-suka hatinya saja. Glend mengendarai motornya dengan cepat dan hati-hati karena keselamatan adalah nomor satu.

Tak sampai 15 menit nyatanya motor yang ia tumpangi sudah terparkir di depan sebuah cafe lumayan sepi untuk modelan yang cukup mengindahkan mata. Glend berjalan masuk dan matanya langsung mendapati sosok Greysia dengan mudah. Hendak ia ingin menyapa namun ia urungkan saat melihat gadis itu tertawa terbahak bersama sosok laki-laki yang pernah ia lihat menjemput Greysia saat pulang sekolah.

"Glend lama banget, gue telpon dulu deh" ujar Greysia menempelkan ponsel pada daun telinganya.

Jayco meminum minumannya lalu menoleh ke pintu masuk dimana Glend hanya berdiri menatap lurus kearah mereka. Jayco pun memberitahu Greysia jika Glend sudah berada di sini.

"Glend sini" panggil Greysia dan Glend pun tersadar lalu menghampiri.