Ada yang aneh dari tingkah Greysia dan Glend menyadari akan perubahan itu. Hampir satu bulan gadis itu terus merecokinya, entah bertukar bangku dengan Wijaya atau mengajaknya ngobrol dan sering memberikan minuman kepadanya meski tak pernah ia teguk sedikitpun juga sangat sering menghubunginya lewat chat.
Namun seminggu belakangan ini berbeda, dia seakan di jauhi oleh gadis tersebut. Greysia tak lagi menyapanya, tak lagi pindah ke samping tempat duduknya, dan tak lagi memberikan minuman kepadanya. Glend ingin bertanya, dia akan meminta maaf jika ia tak sengaja melukai perasaan Greysia. Tapi dia sering melukai perasaan gadis itu.
Glend mencuri pandang ke depan, menatap Greysia yang diam-diam memasang sebuah earphone bluetooth dari kolong meja sembari mengawasi guru agar tak ketahuan. Sedikit garis lengkung terbit di bibirnya menertawakan tingkah gadis itu. Wijaya yang mendengar tawa kecil temannya tersebut menoleh.
"Kenapa?" tanyanya.
Glend terlonjak kaget kemudian menggeleng, "kaget anjing" umpatnya.
"Ya lo ketawa-ketawa sendiri kek orang gila" balas Wijaya.
"Mulut-mulut gue" balas Glend lagi.
Tak ingi semakin di curigai, Glend mulai mencatat semua yang tertulis di papan. Dia akan menanyai Greysia nanti saat pulang sekolah. Gadis itu pasti mau berbicara sebentar dengannya. Setidaknya ia akan tahu apa kesalahan yang telah ia lakukan kepada gadis tersebut.
Beralih setelah bell pulang sekolah di bunyikan, Glend lupa jika ia ada piket hari ini. Teman-temannya sudah stand by memalang pintu agar petugas hari ini tak ada yang melarikan diri. Laki-laki itu berdecak kesal, dia membujuk teman-temannya untuk meloloskan dia hari ini saja. Dia berjanji jika akan piket besok pagi dan membiarkan mereka menyisakan beberapa tugas untuknya.
Tapi mereka tak percaya begitu saja. Dari kasus-kasus sebelumnya mereka belajar jika tak mempercayai omongan orang yang ingin lolos tugas piket dengan berbagai alasan. Glend terus memohon meski teman-temannya terus menolak. Saat ia benar-benar berjanji untuk mengerjakan besok dan menyerahkan jam tangannya sebagai jaminan, mereka menyetujui.
Glend lolos, laki-laki itu bergegas mengejar Greysia yang sudah lebih dulu pergi. Meski kecil kemungkinan Greysia masih berada di lingkungan sekolah, tapi tak ada salahnya mencoba mencari terlebih dahulu. Dapat. Greysia baru saja keluar dari gerbang dan berdiri seorang diri sembari melambai seseorang.
Glend mempercepat langkahnya, saat jarak mereka tak terpantau jauh kakinya terpaku. Tak dapat melangkah lagi. Padangannya menatap lurus Greysia yang di jemput seorang laki-laki mengenakan seragam putih abu. Gadis itu tertawa dan Glend tak suka melihatnya. Mereka tampak akrab. Dia tidak ingin menyaksikan lebih lama lagi, pelan-pelan dia mengambil langkah mundur dan berbalik menunju kelas dengan rasa kecewa.
"JB.." panggil Greysia kepada Jayco yang sudah menunggunya.
Jayco membalas lambaian gadis itu, dia mengegas motornya menghampiri Greysia.
"Udah lama?" tanya Greysia.
Jayco menggeleng sembari menyerah helm kepada gadis tersebut, "Belum ada lima menit aku nyampe sini. Kebetulan aja sih tadi temen-temen aku ngajak nongkrong di deket sini"
"Nongkrong? Ha? Lo gak sekolah? Bolos?"
"Pulang cepet! Enak aja bolos, tadi tuh ruang OSIS kebakaran, jadi muridnya di pulangin cepet"
"Wah serius? Kok bisa?"
"Gak tahu juga sih, tapi kata temen aku, ada guru yang buang putung rokok tapi gak masuk ke tong sampah gitu. Katanya doang sih gak tau bener enggaknya"
"Hmm parah sih, tapi asik dong lo jadi libur"
"Sehari doang. Kamu udah makan?"
"Mau geprek, cari geprek yuk"
"Iya, naik"
Greysia berseru senang, dia memegangi pundak Jayco saat ingin naik ke motor laki-laki itu dan kemudian motor merah tersebut mulai ditancap gas oleh sang pemilik. Tak lupa Greysia berpegangan pada pinggang Jayco agar tak terpelanting ke belakang.
Di lain sisi, Glend kembali ke kelas dengan suasana hati tak senang. Pemuda itu melempar tasnya pada meja dan menyahut sapu yang tengah di gunakan oleh Milsa dan meneruskan pekerjaan yang telah gadis tersebut lakukan. Temannya yang lain menegur perlakuannya namun ia hanya menjawab iya, iya dan sorry.
"Ngapain balik lagi ngamuk-ngamuk?" tegur Riko menjejeri laki-laki itu.
"Banyak nanya lo!"sarkasnya.
"Baru juga nanya tolol. Sensi amat kek dapet aja, dasar betina" balas Riko tak kalah kesal.
Glend mengacungkan sapunya, "Ngomong sekali lagi gue colok pantat lo pake sapu" ancamnya.
"Udah bukannya piket malah berantem" tegur Mega.
"Ya temen lo tuh gak jelazz" sewot Riko menjauh dari Glend.
Glend berdecak, dia memberikan lagi sapu yang telah ia rebut kembali ke pemiliknya semula. Dia menyahut tasnya yang tergeletak mengenaskan di atas meja dan berjalan pergi meski teman-temannya terus meneriaki namanya. Bahkan ada pula yang memaki dengan entengnya.
Glend berjalan menyusuri lorong sekolah yang telah sepi, tangannya merogoh saku mengambil kunci motor yang terparkir di parkiran sekolah. Saat ia duduk di atas motor, ia pun tersadar atas tingkah lakunya barusan. Sikap kesal dan mengamuk ke orang lain tanpa alasan yang membuatnya bingung sendiri.
Dia terlihat menggelengkan kepala kemudian menepuk kedua pipinya beberapa kali. Dia seakan tak percaya telah melakukan hal kekanak-kanakan di umur yang tak bisa lagi di sebuat anak-anak. Dia sudah besar, ada apa dengan dirinya?
"Gila, lo ngapain sih tadi? Gue pasti gila!!" umpatnya pada diri sendiri.
Wijaya datang mengetuk helm hitam temannya yang masih belum sempat di pakai. Menyadarkan laki-laki tersebut yang masih asik sibuk dengan dunia makiannya. Wijaya menatap aneh saat Glend terlihat kaget dan gagap tanpa alasan.
"Sambet lo? Ngoceh sendiri deket pohon gede lagi" celotehnya.
"Hah?" cengo Glend sejenak, "Baru keluar?" tanyanya mengalihkan topik.
Wijaya mengangguk, dia mengenakan jaket yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas. "Hm.. Oh denger-denger bulan depan kita KI loh"
(KI/Kunjungan Industri : jenis kegiatan pembelajaran diluar lingkungan sekolah untuk menambah wawasan siswa dan serta untuk melihat langsung bagaimana suasana/kondisi industri yang sesuai dengan program keahlian masing-masing. Terlebih untuk sekolah kejuran.)
"Kalau udah KI berarti bakal study tour juga gak sih?" tanya Glend.
"Iya lah, palingan abis KI langsung ke pelabuhan. Itu kalau pada vote ke Bali sih"
"Gue pengen ke Jogja"
"Sama"
"Ngikut aja lo Bambang"
"Yee kunyuk, dahlah cabut gue, mak udah masak tar nangis gada yang makan"
"Eh warnet gak?"
"Males, gak level, komputer di rumah gue spek kenceng"
"Sialan. Yaudah sono, ntar gue nyusul abis lo keluar"
"Sinting. Duluan bro" pamit Wijaya kemudian mulai menancap gas meninggalkan area sekolah itu.
Setelah Wijaya melewati gerbang sekolah, barulah Glend menyusulnya. Laki-laki dengan motor N-Max Hitam yang bahkan masih agak berjinjit saat menyangga motor besar itu. Glend sejenak menatap langit yang agak terlihat mendung, curah hujan bulan Januari tidak bisa di ragukan lagi. Jika tidak cepat-cepat pulang saat langit masih cerah, maka siap-siaplah terjebak hujan dan basah kuyup di jalan.
"Ck, hujan lagi kayakny" cibirnya lalu melesat pergi.