9 Januari 2017
Tap.
Sebuah cup berisi minuman segar penuh menggoda itu baru saja di letakkan tepat di sudut meja milik laki-laki berkulit sawo matang yang sedang sibuk memainkan sebuah game mobile favoritnya bersama teman-temannya. Fokusnya teralih sebentar melirik minuman itu dan kembali lagi pada permainan.
Greysia kesal ia tak di gubris sama sekali, tangannya dengan jail menggeser-geser layar ponsel laki-laki itu membuat sang empu mengecap kesal. Tangannya terlipat kemudian ia mengambil ponselnya membuka sebuah kamera dan memotret laki-laki itu tanpa meminta izin sama sekali.
"Diminum ya gue belinya pake uang" ucapnya lalu pergi keluar kelas bergabung dengan teman-temannya yang lain.
Glend menatap punggung Greysia hingga menghilang dari balik pintu kemudian ia beralih menatap minuman di hadapannya lalu menoleh pada Angga yang ada di bangku belakang dan memberikan minuman tersebut kepada laki-laki itu.
"Nih, gue gak suka" ujarnya singkat.
Angga termenung heran, "Gapapa nih?" tanyanya namun tak mendapatkan jawaban dari Glend.
——
12 Januari 2017
Lagi, kali ini sebotol minuman sari jeruk dengan pinggiran yang basah di goyang-goyang di depan muka Glend yang sedang sibuk menorehkan pulpen pada buku mencatat tugas temannya. Greysia menggeser buku dan pulpen laki-laki itu menaruh botol minuman yang ia bawa tepat di hadapan Glend.
"Ini di minum lagi. Kalau gak suka balikin aja jangan di kasih orang lain. Gue belinya pake uang, gue bilangin lo lagi" katanya.
Namun Glend segera menggeser, mengembalikan minuman itu kepada Greysia. "Bawa balik aja" ucapnya dingin dan beranjak pergi dari bangkunya.
Tapi laki-laki itu balik kembali mengambil satu buku yang masih terbuka dan membawanya pergi. Terlihat dia mengembalikan buku tersebut kepada Maul yang berada di bangku depan deretannya. Greysia menatap kesal, dia membuka segel minuman dan meminumnya sendiri hingga hampir menyisakan setengah botol tersisa.
"Oke lihat aja nanti kalo lo sampe bucin banget ke gue" cibirnya menyipitkan mata.
Angga yang dari tadi duduk lesehan di lantai belakang kelas pun berdiri menghampiri Greysia dan menyahut minuman tadi lalu meneguknya
"Gak di ambil lagi?" tanyanya, "Eh minta ya" lalu mulai meneguk separuh sisa.
Greysia merebut botol itu hingga isinya muncrat karena di ambil paksa. Angga tersedak hingga terbatuk-batuk.
"Asal minum aja si anjir" cerca Greysia.
"Kan udah izin tadi"
"Lo lebih cepet ngambil dari izinnya bego" balas Greysia tak mau kalah.
——
16 Januari 2017
Sudah semestinya di setiap sekolah jika Hari Senin selalu mengadakan upacara. Upacara bukan hal asing lagi di Indonesia, durasi terlama di hari biasa mungkin kurang dari 3 jam namun akan beda cerita jika sedang memperingati hari penting. Disarankan untuk mempersiapkan kaki dan tubuh untuk berdiri di waktu yang lebih lama.
Pagi ini seluruh siswa-siswi SMK AKSARA BANGSA dikumpulkan pada sebuah lapangan upacara dan berbaris rapih sesuai tingkat kelas serta jurusan. Di barisan depan berisi para murid yang memiliki badan yang pendek lalu disusul yang lain yang memiliki tubuh yang lebih tinggi.
Kebanyakan tinggi badan 11 Multimedia 1 itu tinggi, rata-rata untuk anak perempuan ialah 163 cm dan laki-laki 174 cm. Di kelas mereka hanya 4 anak perempuan yang memiliki tinggi dibawah 160. Sedangkan laki-laki hanya ada 2 orang yang tak mencapai 165 dan salah satu dari dua anak itu ialah Glend.
Glend memiliki tinggi sekitar 163,4 cm, berbeda 3 cm di bawah Greysia. Satu alasan kenapa Greysia ingin menjadikan Glend sebagai kekasihnya karena laki-laki itu terlihat lucu dimatanya. Jika kebanyakan teman-temannya terkadang meledeki laki-laki itu dengan kata candaan hingga dia sendiri terbiasa bahkan selalu membalas balik malah berakhir ledakan tawa satu sama lain.
Kali ini Greysia mengambil tempat tepat di belakang Glend. Sejujurnya ia tak disana, lebih tepatnya dua baris di belakang laki-laki tersebut, namun ia mengambil antrian apalagi tinggi badannya tak terlalu beda dengan dua orang di sebalah kirinya. Glend hanya mendiamkan gadis itu apalagi saat dia meniup-niup tengkuknya atau mencoleki lengannya. Glend tak peduli sama sekali hanya terkadang ia menjauhkan badannya untuk menghindar.
Tak selesai dengan begitu saja, kebetulan yang sangat tidak di harapkan bagi semua siswa di Indonesia jika mendapatkan jadwal olahraga di Hari Senin. Sungguh itu adalah hari paling mengerikan selain empat hari lainnya. Sangat repot saat harus segera mengganti pakaian mula seragam menjadi kaos dengan waktu yang tak banyak. Mereka di kejar waktu.
Saat berbaris di lapangan, Greysia yang memimpin pemanasan. Biasanya si pemimpin harus berdiri di depan tepatnya di tengah dan menghadap teman-temannya. Kala itu sesuai yang di rencanakan, Glend terpaksa berada di tengah barisan paling depan. Ini semua akal-akalan Greysia kepada teman-temannya agar mereka tak memberikan tempat lain selain disana.
Greysia sering memandang Glend yang tak balik memandangnya. Terkadang ia tersenyum melihat tingkah Glend yang tidak serius dalam mengambil posisi. Apalagi saat laki-laki itu menyeka keringat yang menetes di pelipisnya semakin membuat senyum Greysia kian melengking. Seruan kagum lolos begitu saja sampai ia mendapat teguran dari pak guru juga tawaan dari teman-temannya.
"Fokus-fokus!" tegur Pak Angga. Nama yang sama dengan Angga satu kelasnya.
Pemanasan selesai, anak-anak pun beralih ke pinggir lapangan dan duduk di sana, mendengarkan arahan dari guru tersebut saat menjelaskan materi apa yang akan mereka lakukan untuk hari ini.
"Hari ini masuk semua?" tanya beliau.
Satu kelas kompak menjawab, "Iya pak~".
"Yasudah. Jadi larinya sudah selesai minggu kemarin, sekarang kita akan berlatih passing bola volly tapi di tempat saja. Saya akan berikan latihan selama dua puluh menit lalu mulai mengambil nilai. Kalau nanti waktunya tidak cukup, kita lanjutkan minggu depan" kata Pak Angga.
"Semua tahu kan caranya passing? Lihat, tangan menggenggam lalu di luruskan. Saat bola memantul rileks aja jangan ngotot banget nanti malah lari kemana-mana. Usahakan satu meter di atas kepala. Nah bolanya usahakan harus stabil mendarat di pergelangan tangan, di lengan juga bisa tapi resiko panas lebih banyak" ujarnya mempraktikkan posisi yang baik.
"Minimal berapa poin pak?" tanya Leli.
"Untuk perempuan lima puluh sedangkan laki-laki enam puluh lima ya" jawab Pak Angga.
"Banyak banget pak" keluh mereka satu persatu yang rata-rata suara berasal dari murid perempuan.
"Udah standart. Tanggal berapa sekarang?"
"Enam belas pak"
"Oke, absen enam belas tolong ambil bola vollynya. Semua aja gapapa tapi nanti juga di pilih kalau ada yang kempes jangan di bawa. Oh absen satu juga sekalian bantuin"
Beberapa saat kemudian mereka berdua pun datang dengan membawa beberapa bola dalam keranjang. Sebagian murid mengambil bola untuk latihan sedangkan yang lain hanya menunggu giliran mereka. Dari latihan saja sudah bisa terlihat seberapa banyak siswa-siswi yang susah dalam mengontrol pantulan bola.
Kebanyakan dari mereka harus berlarian mengejar bola yang memantulkan kesembarang arah. Pak Angga sempak menggeleng-geleng dan anak-anak yang sedang menunggu saat melihat tingkah kewalahannya beliau pun tertawa lucu.
30 menit terlalu, peluit pun di tiup menandakan akan melakukan pengambilan poin. Satu per satu mulai maju berdasarkan absen hingga saat sebuah bell kelas usai tepat bertepatan dengan absen Glend dengan empat lainnya menjadi akhir pertemuan minggu ini. Setelah di bariskan dan membubarkan kelas, mereka menuju kantin guna menghilangkan dahaga selepas olahraga.
"Glend lo sarapan gak?" tanya Greysia mendekati Glend.
Laki-laki itu tak menghiraukan sibuk memilih minuman sachet untuk ia pesan kepada ibu penjual. Sarang dan teman-temannya yang lain menyusul, Rinda berdiri di samping Glend, menanyai laki-laki itu dan meminta sesuatu untuk di belikan.
"Beli apa Glend?" tanya Rinda, "Gue beliin seblak dong satu" imbuhnya.
Greysia menatap mereka dengan intens.
"Yaudah pesen aja nih uangnya sekalian sama es gue" kata Glend menyetujui dan memberikan selembar uang hijau kepada gadis tersebut.
Rinda bersorak senang tak menyadari jika Greysia sedari tadi memandanginya tak suka meski tidak terlalu ketara. Greysia menepuk bahu Lusi dan berkata.
"Gue ke kelas dulu" ujarnya.
Mega menyahut, "Lah lo gak beli?" tanyanya.
"Kok ke kelas sih" tambah Lusi.
"Yah Grey, nanti aja gantinya bareng yang lain" sahut Rinda.
Gadis itu menggeleng, "Gak ganti kok, cuma balik aja" jawabnya, "duluan ya..." pamitnya.
Melihat kepergian teman mereka dengan wajah masam, Sarang pun ikut menyusul namun sebelumnya dia terlebih dahulu membeli sebotol air mineral dingin lalu pergi. Sedangkan Glend, laki-laki itu melihat kepergian Greysia dengan tangan kosong dan wajah yang di tekuk. Namun dia hanya melihat kemudian mengobrol kembali dengan teman-temannya yang lain.