Gadis itu berlari menyusuri jalanan kota yang telah ramai. Asap kendaraan membuatnya terbatuk sambil menutupi hidung, dan mulut menggunakan siku. Langkahnya mulai berhenti di halte bus, melambaikan tangan pada setiap bus kota yang melewatinya. Namun, tak ada yang mau berhenti untuk mengantarnya, padahal sebentar lagi bell sekolahnya akan berbunyi.
Gadis itu menghela panjang, mendaratkan bokongnya pada kursi panjang sambil memperhatikan jalanan. Tanpa menunggu lama, salah satu bus yang tak biasa di tumpangi berhenti di depannya.
Ebi segera beranjak, mendekati sopir yang membukakan pintu, "Ke sekolah bisa?"
"Satu arah gak?" tanya pria paruh baya itu.
"Iya Pak, searah."
"Naik!"
Ebi mengangguk, dan segera masuk ke dalam. Berjalan dengan lamban untuk mencari-cari kursi kosong. Namun, tak ada kursi yang kosong, semuanya sudah di isi, hanya ada kursi bagian belakang. Gadis itu menghela, dan segera duduk di bagian belakang.