Aku ada dimana? Hutan ini tidak asing? Sepertinya aku pernah kemari! Bukankah itu Dewa Bumi & Langit? Ah itu juga ada Dewi Takdir dan Dewi Kejujuran, sedang apa mereka disini? Aku mengikuti mereka pelan-pelan dengan jarak yang cukup jauh agar tidak ketahuan.
Mereka berjalan menyusuri hutan sambil menengok kearah kanan dan kiri disetiap langkahnya. Bahkan menyuruh para Prajurit Langit mencari sesuatu dibalik seluruh semak-semak hutan ini.
"Apakah ada sebuah jejak?" tanya Dewi Kejujuran kepada para Prajurit Langit yang dari tadi mencari sesuatu disemak-semak.
Sebenarnya apa yang mereka cari?
"Tidak ada! Bahkan jejak kaki rubah sedikitpun saja tidak ada disini sungguh aneh."
Rubah?
Siapa yang mereka cari?
Ah aku jadi ingat kata-kata Ji Que, tapi kenapa aku bisa masuk kedalam masa lalu atau tugas orang lain?
"Ini sungguh aneh, ia tidak memiliki takdir kematian dan juga tidak ada ramalan takdir yang membuktikan bahwa ia masih hidup. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Dewi Takdir kepada Dewa Bumi & Langit.
Apa maksud ucapan Dewi Takdir?
"Mungkin ada yang menjebaknya saat bertugas, kita harus menyelidiki sampai keujung hutan."
"Kau yang memimpin perjalanan ini Dewa Bumi & Langit karena kami tidak pernah kemari jadi tidak hapal letak hutan ini."
Mereka berjalan terus menerus menyusuri hutan ini dengan perlahan dan sangat mengamati keadaan disekitar mereka.
"Kenapa ada goa es didalam hutan? Bahkan belum masuk kedalam goa saja sudah sangat menyengat bau roh iblis? Apa sebenarnya yang ada didalam ," ucap Dewa Bumi & Langit sambil berjalan mendekati goa es ini. Ucapannya benar!
Bahkan dengan posisiku yang jauh seperti ini saja, bau roh iblis sudah sangat menyengat dalam hidung!
Saat ia ingin memasuki goa es lebih dalam lagi, ia ditahan oleh Dewi Kejujuran "Jangan mendekati goa es ini. Aku takut ada bahaya didalam ," ucap Dewi Kejujuran.
"Paling hanya ada roh iblis, apa yang kau takuti Dewi Kejujuran."
"Dewa dan Dewi, ada jejak rubah!" teriak seorang Prajurit Langit.
Saat mereka melihatnya, mereka langsung terkejut dan anehnya jejak itu mengarah kedalam goa es ini. Mereka langsung menyusuri goa itu "Berhenti! Mengapa ada darah disini?" ucap Dewi Kejujuran dengan panik lalu ia mengamati darah tersebut.
"Darah ini merupakan darah rubah, tapi telah bercampur dengan darah roh iblis."
Apa maksud ucapan Dewa Bumi & Langit? Tidak mungkin Guru mati karena dibunuh oleh roh iblis, ini sungguh tidak masuk akal!
"Lebih baik kita kembali saja! Sudah jelas bahwa rubah hitam telah mati dibunuh oleh roh iblis hingga jasadnya tidak ditemukan."
"Bagaimana kau sangat cepat menyimpulkan seperti itu? Bukti seperti ini saja tidak kuat Dewi Kejujuran, kita harus mencarinya kedalam."
"Ah aku tidak tahu, masalah ini sungguh rumit. Lebih baik kita melaporkannya dulu kepada Kaisar agar ia sendiri yang mengambil keputusan."
"Baiklah aku setuju atas pendapatmu Dewi Kejujuran, lagi pula hari sudah mau gelap."
Ada yang membekap mulutku dengan tangannya dari belakang dan seseorang ini membawa aku menjauh dari mereka.
Siapa yang membekapku? Kenapa kekuatan spiritual yang ia miliki sangat tidak asing?
"Zhang Li sedang apa kau kemari?" tanya seorang lelaki dengan suara yang cukup familier. Saat aku menoleh kearah lelaki ini, ternyata Guru? Guru masih hidup? Apakah ini sungguhan? Apa hanya mimpi?
"Zhang Li saat ini waktuku tidak banyak. Kau harus mencegah seorang Dewa membangkitkan Raja iblis yang sudah terkurung sejak ribuan tahun lalu, kau harus memberitahukan ini kepada Pangeran pertama karena hanya Pangeran yang dapat mempercayai dirimu untuk saat ini!"
Guru langsung lenyap menjadi serpihan cahaya keemasan "GURU!"
"GURU DIMANA KAU? MENGAPA KAU MENINGGALKAN AKU LAGI? GURU!"
Aku menangis dengan keras.
Terdengar Ada sebuah alunan nada kecapi yang sangat indah terdengar dari arah yang cukup dekat denganku. Mengapa tempat ini memudar menjadi sangat terang?
Apakah aku sudah berada disorga?
Apa yang terjadi? Aku langsung membuka mataku dan langsung terbangun dari kasur lalu terlihat Pangeran pertama sedang memainkan kecapinya "Apakah kau mengalami mimpi buruk?" tanya Pangeran pertama sambil tetap memainkan kecapi.
"Bisa dibilang begitu."
"Makanlah dahulu, kau sudah 18jam tak sadarkan diri. Setelah makan bersiaplah untuk ikut bersamaku."
"Kemana?" tanyaku.
"Bersiaplah saja dahulu. Aku tunggu dihalaman rumah ," ucap Pangeran pertama.
Ia berhenti memainkan kecapi lalu meninggalkan Zhang Li dikamar agar ia bisa bersiap-siap. Pangeran kedua dan Song Lan keluar bersamaan dari dalam rumah, mereka berjalan kearah Pangeran pertama "Kita tidak berangkat ke acara berkabung sekarang?" tanya mereka.
"Tunggu, Zhang Li sedang bersiap."
"Ah dia sudah bangun?" tanya Song Lan dengan nada senang bercampur legah.
"Apakah baik mengajaknya ke acara berkabung Paman Ji Dan? Apa lagi emosinya masih belum stabil."
"Tenang saja karena aku sendiri yang akan menjaganya agar tidak membuat keributan dialtar suci dan bagaimanapun juga Zhang Li harus menghadiri acara berkabung Gurunya agar lebih tenang."
Semoga saja ia bisa bersikap dewasa!
Saat aku berjalan kehalaman rumah, mereka memakai baju hanfu putih dikombinasi dengan warna biru awan.
Apakah ini seragam lembah langit?
"Itu Zhang Li, ayo kita berangkat sekarang."
Pangeran pertama langsung menggandeng tanganku. Dalam sekejap kami berada dipintu masuk altar suci, tapi saat ini altar suci sungguh aneh! Disetiap sudut ruangan banyak dihiasi kain putih lalu setiap Dewa dan Dewi yang hadir disini, mereka memakai pakaian yang sama dengan kami.
"Zhang Li duduklah bersama Song Lan, kami tidak bisa menemanimu duduk disana. Bersikaplah dewasa, Mengerti?" tanya Pangeran pertama sambil berjalan kedalam ruangan altar suci.
"Baiklah, aku mengerti."
Pangeran pertama, kedua, dan ketiga seperti biasa duduk dikursi tahta dekat Kaisar. Saat aku dan Song Lan duduk ditempat yang sudah diberi tahu Pangeran pertama, aku hanya melihat para Dewa & Dewi yang sedang sibuk berbincang dengan sesamanya "Zhang Li? Apakah kau baik-baik saja? Kau mau?" tanya Song Lan sambil menawarkan sebuah jeruk yang telah ia kupas.
"Tentu saja aku baik, terimakasih."
Saat Permaisuri Kaisar dan Kaisar sudah hadir, acara ini akhirnya dimulai lalu Kaisar mempersilahkan Dewa Bumi & Langit, Dewi Takdir, dan Dewi Kejujuran menjelaskan tentang apa yang mereka dapat selama mencari Guruku. Jadi ini acara berkabung? Pantas saja kami semua memakai baju yang sama lalu disetiap meja terdapat bunga Lily putih yang sangat segar.
Awalnya penjelasan mereka masih sangat bisa diterima karena sesuai dengan apa yang aku lihat dimimpi, tapi setelah Dewi Kejujuran yang berbicara! Rasanya sangat tidak sesuai "... Saat itu kami menemukan banyak bercak darah menuju goa es didalam hutan tersebut, tapi setelah kami menelusuri seluruh goa es tersebut. Kami tidak menemukan apapun!" Ucap Dewi Kejujuran sambil terisak tangis.
Apakah aku harus menahan ketidak adilan Guruku demi menuruti perintah Pangeran pertama? Tapi semua ini tidak adil.
Aku langsung berbicara dengan nada sedikit berteriak dari arahku duduk saat ini "Bukankah kau takut memasuki goa itu? Bahkan kau menghalangi Dewa Bumi & Langit menyusuri goa es tersebut! Hahaha sungguh konyol kau tidak mengungkapkan itu didepan para Dewa."
"Aku tahu kau sedih, tapi kau tidak boleh berkata demikian. Semua itu sama saja dengan fitnah!" Ujar Dewi Kejujuran sambil menyeka air matanya. Ntah ia menangis sungguhan atau hanya berpura-pura!
"Ah fitnah ya? Aku rasa memfitnah dirimu lebih baik dari pada kau berkata tidak sesuai fakta!" Ucapku dengan menatap tajam Dewi Kejujuran lalu terlihat Pangeran pertama seperti memperingatkanku.
'Maaf aku tidak bisa menahannya Pangeran Pertama' mungkin saja ia mendengar ucapan yang aku ucapkan didalam hati.
Aku sungguh tidak suka Guruku tidak mendapatkan keadilan "Zhang Li apa yang kau ketahui tentang masalah pencarian Gurumu ini?" tanya Kaisar.
"Maaf Kaisar atas kelancanganku, tapi aku tidak suka Guruku tidak mendapatkan keadilan. Aku melihat sendiri dari awal mereka memasuki hutan belantara memang tidak menemukan jejak apapun, tapi saat mereka menemukan jejak rubah dan darah. Mereka malah tidak menyelidikinya..."
"Zhang Li, dalam ramalan..." Aku langsung memotong ucapan Dewi Takdir "Ya! Aku tahu bahwa kau tidak bisa meramalkan antara hidup dan mati Guruku, tapi apakah kau tidak bisa berkata jujur kepada mereka semua? Bahwa Guruku ntah hidup ataupun mati! Kenapa malah membuat berita bohong seperti ini?" Tanyaku sambil menahan airmataku. Sedih, amarah, kecewa, kesal rasanya benar-benar berkecamuk didalam hatiku menjadi satu.
Aku sungguh tidak bisa menahan tangisku, karena saat itulah aku terakhir kali melihat Guru dan ia memberikan aku tugas terakhir.
Aku tidak boleh menangis!
"Kau gadis kecil tahu apa tentang tugas kami? Nyawa kami lebih penting dari pada mencari seseorang yang tidak jelas antara mati dan hidupnya! Kami semua akan mati konyol didalam goa es itu, jika dilanjutkan."
"Ah rupanya kau takut mati? Apa bedanya kau dengan manusia? Jika kau takut mati dalam tugasmu hahaha, apakah kau sedang membuat lelucon Dewi Kejujuran? Meskipun guruku tidak jelas mati dan hidupnya, KAU TIDAK BOLEH BERBOHONG!"
Baru kali ini aku sangat merasakan emosiku sungguh tidak stabil dan susah dikendalikan. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu! Sabar Zhang Li!
"Apakah kau sungguh melihatnya sendiri Zhang Li?" tanya Kaisar.
"Aku tidak pernah berbohong Kaisar, aku sungguh melihat setiap detail pergerakan mereka, bahkan para prajurit juga."
"Bagaimana pendapatmu Dewa Bumi & Langit? Apakah kau tidak menyangkalnya?" tanya Kaisar kepada Dewa Bumi & Langit yang sedang duduk dikursi khusus penasihat Kaisar.
"Zhang Li? Kemarilah sebentar ada yang ingin aku lihat ," ucap Dewa Bumi & Langit.
Melihat apa lagi? Aku berjalan kearah Dewa Bumi & Langit. Saat sudah sampai didekatnya, ia menyuruhku mengulurkan tanganku dan memejamkan matanya.
"Sejak kapan kau memiliki mata Dewa?" tanyanya dan jujur saja aku bingung, waktu itu Pangeran kedua bilang tersegel. Sekarang aku telah memilikinya? Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku?
"Tidak tahu."
"Mata Dewamu sangat familiar."
"Sudahlah kita lanjutkan acara ini ," ucap Dewi Kejujuran.
"Apakah kau akan tetap melanjutkan omong kosongmu itu?" tanyaku setelah itu aku mendengus kesal dengan sengaja.
"Kau sungguh tidak sopan!"
"Dewi Kejujuran, bagaimana kau menjelaskan tentang kebohonganmu?" tanya Kaisar.
"Aku Dewi Kejujuran tidak pernah berbohong selama hidupku. Gadis itulah yang bohong!"
"Apakah Alam langit pernah mencatat sejarah tentang Dewi Kejujuran menggunakan pedang Kejujuran untuk menguji dirinya sendiri?" tanyaku.
"Lancang! Kau harus dihukum!" Sentak Permaisuri Kaisar Langit kepadaku.
Ia menyuruh Dewa Halilintar menghukum aku, tapi Kaisar menghentikannya lalu Dewi Kejujuran mengeluarkan pedangnya dan berjalan kearah Kaisar. Bertanya saja dihukum?
Apa yang salah dari pertanyaanku? Sungguh peraturan yang menjengkelkan!