14 TAHUN YANG LALU
Berada di tingkat kelas yang lebih tinggi harusnya menjadikan Ares sebagai senior yang mengayomi juniornya. Tapi Ares memang usil dan terkenal bandel. Tak terhitung sudah berapa banyak ia mengerjai anak-anak tingkat lebih rendah atau bahkan lebih tinggi.
Sekedar mencopot kacamata salah satu siswa lalu menyembunyikannya di balik loker mungkin adalah salah satu keusilan Ares yang cukup mencemaskan. Atau mencampurkan susu dengan cuka apel dengan cara menyuntikkannya pada kotak susu yang masih tersegel. Tak jarang, ia juga kerap berkelahi dan Jupiter malah membantunya. Namun tetap saja, Ares yang dikenal sebagai predikat siswa paling bandel di SD Wollington.
Keusilan itu membawa predikat buruk bagi Ares di mata Putri Alexander. Dari semua anak-anak Bryan Alexander, hanya Putri yang sangat takut jika melihat Ares mendekat, ia akan langsung bersembunyi.
Seperti saat Ares memberikan es krim melalui Jupiter dan Putri menerimanya, Ares mengira jika Putri akan mau berteman dengannya. Jadi hari ini, Ares datang ke kelas Putri berniat ingin mengajaknya pulang bersama seperti anak-anak anggota The Seven Wolves lainnya selama ini.
Ares sudah semringah saat beberapa anak di kelas Putri melewatinya. Dengan sedikit delikan dan berkacak pinggang, anak-anak tingkat satu yang mengerubunginya langsung pergi. Sampai tiba saat Putri keluar dan Ares langsung menghampiri.
"Hai, Putri. A-Ayo kita pulang, mobilnya sudah menunggu!" ujar Ares dengan senyuman semanis mungkin. Putri yang tahu ia dihampiri oleh Ares sontak membesarkan mata dan langsung berlari kabur ke arah yang berlawanan. Ares otomatis panik sekaligus bingung.
"A ... T-Tunggu!" Ares pun mengejar Putri yang berlari ke arah hall gymnastic lalu bersembunyi di dalam sana. Ares ikut mengejar dan masuk ke dalam hall yang besar lalu seketika bingung. Putri tak terlihat dimana pun.
"Ke mana dia?" tanya Ares pada dirinya. Ada beberapa anak tim basket yang tengah berlatih termasuk Jupiter yang kemudian melihat Ares celingukan. Ia keluar dari barisannya dan menghampiri saudara kembarnya.
"Kamu mencariku ya?" tanya Jupiter dan Ares sedikit kaget membesarkan matanya.
"Uhm ... ya, ya ... aku mencarimu!" jawab Ares dengan gugup.
"Untuk apa?" tanya Jupiter lagi karena seingatnya ia sudah memberitahukan jadwalnya pada Han Kazuya yang bertugas menjemput mereka. Tapi mata Ares terus melihat ke sekeliling hall dan tak terlihat ada Putri, namun Ares yakin jika Putri masuk ke sana.
"Kamu cari apa?" tegur Jupiter lagi melihat sikap Ares yang aneh.
"Tidak ada. Pergilah berlatih!" tunjuk Ares makin membuat Jupiter melihatnya heran. Ares tak mau membangun kecurigaan Jupiter tentangnya mendekati Putri, jadi ia langsung berbalik dan pergi dari hall itu setelah mencoba menyisir sekali lagi.
"Aneh, kenapa dia bersikap seperti itu? Apa yang ia cari?" gumam Jupiter lalu ikut melihat ke seluruh hall. Sampai akhirnya ia dipanggil oleh pelatih untuk berkumpul. Jupiter dan timnya akan mengikuti pertandingan basket antar sekolah beberapa hari lagi. Tak hanya Jupiter, Ares juga akan ikut kompetisi hoki di minggu berbeda.
Usai diberi kesempatan untuk pulang, Jupiter lantas mengambil tasnya di salah satu kursi tribun dan keningnya sedikit mengernyit. Ada seseorang yang tengah bersembunyi di balik tangga tribun dan itu membuat Jupiter penasaran. Jadi ia mengendap perlahan dan kedua alisnya naik saat tahu, Putri tengah duduk memeluk lututnya untuk bersembunyi.
"Putri?" Putri lalu menoleh dan membesarkan matanya. Ia mengira jika Ares menemukan tempat persembunyiannya. Jadi ia mundur perlahan dan hendak lari, tapi Jupiter dengan cepat menangkap tangannya.
"Kamu kenapa?"
"Tolong jangan kerjai aku!" ucap Putri dengan suara kecilnya yang ketakutan. Jupiter langsung mengira jika Ares mungkin sudah mengusili Putri sehingga ia lari ke dalam hall.
"Aku Jupiter, aku tidak akan menyakitimu," ujar Jupiter sambil tersenyum dan Putri perlahan jauh lebih tenang.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Putri?" tanya Jupiter dengan lembut dan mulai melepaskan tangan Putri.
"Aku ..."
"Kamu lari dari Ares ya?" Putri menundukkan pandangan dan meremas tangannya sendiri. Jupiter tersenyum pada tingkah polos Putri.
"Jangan takut padaku. Apa kamu mau pulang?" Putri mengangguk.
"Daddy akan menjemput ..."
"Pulang bersamaku saja ya, tenang saja aku tidak bersama Ares. Dia sudah pulang dengan yang lainnya." Putri sedikit tertegun sebelum mengangguk. Dengan senyuman ramah, Jupiter mengambil tasnya dan mengajak Putri untuk ikut bersamanya. Mobil limosin yang menjemput anak-anak The Seven Wolves sudah lama pergi. Oleh karena Jupiter tinggal untuk berlatih basket, ia disediakan mobil lainnya yang menunggu.
"Itu mobilnya!" tunjuk Jupiter ke pelataran parkir di tengah hujan musim gugur. Putri menoleh pada Jupiter saat melihat ternyata di luar tengah hujan. Dengan sigap, Jupiter membuka jaketnya lalu memayungi Putri bersama melewati hujan.
"Ayo, tidak apa-apa. Pegang saja aku jadi kamu tidak akan terpeleset. Kita akan sedikit berlari, oke?" Putri menurut dengan mengangguk. Dengan cepat, Jupiter memayungi Putri dari hujan dan mereka berlari ke arah parkiran mobil dan Jupiter membukakan pintunya untuk Putri. Jupiter masuk setelahnya dalam keadaan sedikit basah sementara Putri cukup kering dan terlindungi.
"Terima kasih," ucap Putri sambil tersenyum di dalam mobil. Jupiter ikut tersenyum dan mengangguk. Perjalanan dalam hujan itu menjadi salah satu kenangan manis Putri akan ingatan baiknya tentang Jupiter dan tak akan pernah berubah.
Beberapa hari setelahnya sebelum pertandingan Hoki babak penyisihan, Ares menemukan kesempatan untuk menemui Putri ketika ia tengah berada di loker mengambil buku. Ares akan memberikan stik coklat kesukaan Putri yang kebetulan juga sangat ia sukai, tapi begitu ia akan menghampiri, terlihat Putri memanggil Jupiter dan memberikan sekotak stik coklat.
Senyuman di wajah Ares seketika hilang dan ia sedikit mundur serta sempat menguping.
"Terima kasih ya, Kak, sudah mengantarkanku kemarin," ujar Putri tersenyum sambil memberikan kotak stik coklat untuk Jupiter. Jupiter ikut tersenyum tapi mengernyitkan kening.
"Kak?" tanya Jupiter yang tak mengetahui panggilan kekerabatan dalam bahasa Indonesia. Putri tersenyum dan mengangguk.
"Itu sebutan untuk Brother atau Sister dalam bahasa Indonesia, atau untuk orang yang lebih kita hormati dan sayangi." Jupiter membulatkan mulutnya dan mengangguk mengerti. Ia lalu mengambil stik coklat itu dan berterima kasih.
"Terima kasih untuk stik coklatnya!" Putri mengangguk lalu ia dihampiri oleh Venus yang mengajaknya pergi. Seketika Jupiter mematung saat melihat Venus yang tersenyum manis padanya.
"Hai, Jupiter!" sapa Venus ramah sebelum mengajak Putri bersamanya.
"H-Hai ... "
"Aku pinjam Putri ya, kami harus latihan vokal." Jupiter mengangguk seperti tak sadar dan terus tertegun. Matanya tak pindah dari Venus sama sekali. Gadis itu seperti seorang bidadari. Venus sempat melihat kotak stik coklat yang diberikan Putri untuk Jupiter dan itu membuatnya tersenyum sambil menaikkan kedua alis. Jupiter yang menyadari langsung menyembunyikan kotak stik itu dengan perasaan tak karuan.
"Sampai jumpa, Jupiter!" tambah Venus dengan senyuman sedikit menggoda Putri dan Jupiter. Sedangkan Putri hanya malu-malu saja menundukkan kepalanya.
"Sampai jumpa ... Venus," gumam Jupiter seperti orang bodoh.
Setelah Venus pergi, Jupiter memandangi kotak stik coklat yang ia pegang dan mendengus kesal. Sekarang Venus pasti mengira dirinya dan Putri memiliki sesuatu di antara mereka. Dan saat Jupiter yang sedikit kesal berbalik terlihat Ares berjalan membelakanginya. Jupiter sedikit mengernyitkan kening dan berpikir kapan Ares melewatinya dan ia tak tahu.
Ares lalu dirangkul Andrew yang datang dari salah satu koridor dan mereka pergi bersama.