Ares memilih kembali ke ruangan VIP nya sendirian usai kejadian tadi. Ia tak ingin diganggu tapi asisten barunya Park Jin Hyu memang ingin mati. Ia nekat masuk ke ruangan bos nya itu untuk meminta maaf.
"Aku sudah bilang jangan ada yang menggangguku!" ucap Ares dengan wajah tanpa senyum dan sebelah tangan memegang gelas wiski. Jin Hyu tersenyum dan memperbaiki letak kacamatanya.
"Aku ingin meminta maaf, Tuan. Pekerjaan ini sangat baru untukku dan aku belum terbiasa untuk mengusir seorang wanita seperti tadi," jawab Jin Hyu dengan nada polos. Ares jadi tak tega untuk memarahinya dan ia hanya menghela napas akhirnya.
"Lain kali lakukan dengan benar. Kamu adalah asisten pribadiku. Seorang asisten pribadi adalah tangan kanan. Dia bahkan harus membunuh jika perlu!" ujar Ares menakut-nakuti Jin Hyu yang langsung membelalakkan matanya. Kacamata besar yang ia pakai bahkan hampir saja jatuh.
"A-Aku t-tidak pernah membunuh." Jin Hyu sampai terbata-bata mulai ketakutan.
"Aku bisa saja menyuruhmu melakukannya! Apa kamu tahu siapa aku?" tanya Ares kemudian pada Jin Hyu. Jin Hyu terpaku dan mengangguk dengan cepat.
"Aku sudah mencari tahu dengan menanyakan pada beberapa orang."
"Siapa?" pintu tiba-tiba terbuka dan Brema masuk dengan kereta dorong makanan miliknya ke ruangan Ares. Ares sedikit melirik dan Jin Hyu menoleh pada Brema yang masuk.
"Dia ..." Jin Hyu hampir menunjuk pada Brema yang memberitahukannya siapa Ares sebenarnya. Brema tak bicara apa pun selain mulai menghidangkan makanan untuk Ares. Ia tahu jika Ares belum makan.
"Emangnya lo masak di sini?" tanya Ares pada Brema yang sedang menata meja. Brema hanya menaikkan sedikit alisnya dan tak mengangguk.
"Lo perlu makan. Jangan minum terus!" jawab Brema singkat dan acuh. Pandangan Ares lalu beralih pada Jin Hyu.
"Apa dia yang mengatakan padamu jika aku adalah pemimpin Golden Dragon?" Jin Hyu mengangguk dan melirik pada Brema.
"Jangan marahi dia, dia tidak salah!" ujar Brema lagi lalu memberi kode pada pengawal Ares untuk keluar. Mereka pun keluar lalu pintu ditutup.
"Sekarang pulanglah. Besok kita bertemu lagi. Ingat aku tidak ingin ada kejadian seperti ini lagi!" ucap Ares memberi perintah pada Jin Hyu. Jin Hyu mengangguk dengan cepat dan berdiri. Ia bahkan menjatuhkan tablet miliknya dan terpaksa memungutnya.
Brema yang sudah duduk di sebelah Ares mengernyitkan kening melihat tingkah Jin Hyu yang gugup dan buru-buru keluar setelahnya.
"Itu asisten baru lo?" Ares mengangguk.
"Jangan ketawa!" sahut Ares mendelik tapi Brema mengulum senyum dan menggelengkan kepalanya.
"Kasian banget lo!"
"Diem lo!" Ares langsung mengambil piring berisi bacon cheese crepes miliknya dan langsung memotong untuk memakannya.
"Makan yang banyak, lo agak kurusan sekarang," tegur Brema lagi menambahkan beberapa potongan buah pada piring Ares. Ares tersenyum dan mengangguk.
"Lo gak makan?" Brema menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" Brema makin menggeleng dan memilih untuk minum bir. Tubuhnya ia sandarkan pada sofa membuat Ares ikut bersandar.
"Sepertinya lo ada masalah," sambung Ares lagi bertanya. Brema mengangguk tanpa bicara.
"Mau cerita?"
"Gue gak tau harus ngaku ke siapa." Ares mengernyitkan keningnya menoleh pada Brema sambil mengunyah makanannya. Brema menarik lengan T shirtnya dan meremas kepala. Terlihat tato di sepanjang lengan bahkan sampai ke jemari.
"Soal apa?"
"Mila." Kali ini Ares benar-benar berhenti makan. Ares menoleh pada Brema dengan wajah heran.
"Maksud lo?"
"Res ... itu bukan ... itu pasti bayi gue. Gue jatuh cinta sama Mila!" bisik Brema membuka rahasia besar dari hatinya. Ares langsung terperangah dan mengumpat.
"What the fuck, Bro! Lo gila ya!" hardik Ares begitu kesal pada Brema. Pintu kemudian terbuka lagi dan Jupiter yang masuk kini. Ares menoleh ke belakang lalu berpaling lagi pada Brema.
"Kita bicarain ini nanti!" bisik Ares dan Brema mengangguk saja. Jupiter berjalan mendekat bermaksud melihat keadaan adiknya.
"Lu gak apa, Res?" tanya Jupiter dan Ares sedikit menengadah lalu menggelengkan kepalanya.
"Gak, gue baik-baik aja. Makan?" tawar Ares dan Jupiter tersenyum mengangguk. Matanya beralih pada Brema yang tak melihatnya.
"Kemana aja lo? Masih jadi juri masak?" tanya Jupiter memberi fist bump-nya dan Brema pun menyambut dengan tersenyum sambil mengangguk.
12 TAHUN YANG LALU
"Just shoot for the stars, if it feels right. And aim for my heart, if you feel like. And take me away and make it OK. I swear I'll behave. You wanted control. So we waited, I put on a show. Now I make it. You say I'm a kid. My ego is big. I don't give a shit!"
Ares bernyanyi dengan beat yang cepat bersama grup band-nya The Skylar pada acara pentas sekolah. Dan seperti biasanya ia akan menarik banyak perhatian para siswi dengan kemampuan bermain gitar sekaligus menjadi vokalis utama.
Stamina Ares memang cukup besar untuk anak seusianya. Ia bisa tahan beraktivitas seharian meski sudah lelah berlatih hoki. Tak cukup satu tapi dua lagu pun akan dinyanyikan oleh band yang memiliki empat personel paling tampan di sekolah.
"How dare you say that my behaviour's unacceptable. So condescending unnecessarily critical. I have the tendency of getting very physical. So watch your step 'cause if I do you'll need a miracle. You drain me dry and make me wonder why I'm even here. This double vision I was seeing is finally clear. You want to stay but you know very well I want you gone. Not fit to fuckin' tread the ground that I'm walking on!" vokal Ares lalu disambung oleh Andrew yang memegang piano sekaligus mengontrol semua instrumen yang mereka mainkan.
Sedang menyanyikan bagian chorus, mata Ares dengan cepat menangkap Putri yang melintas mencari-cari seseorang. Ia akan terjebak di tengah-tengah banyaknya pelajar yang tengah menonton band tersebut. Ares terus bernyanyi dan ia hampir kehilangan konsentrasinya.
Jupiter langsung menimpali dengan ikut masuk jadi sub vokal meski itu bukan bagiannya karena Ares malah mencari-cari Putri di tengah kerumunan di depannya. Sambil bernyanyi Jupiter memberi kode pada Ares agar kembali bernyanyi. Ares meneruskan kembali tugasnya sampai selesai dan mereka berbalik ke belakang panggung.
"Ada apa?" tanya Jupiter pada Ares.
"Sebentar!" Ares langsung kabur memisahkan diri dari teman-temannya. Pesta sedang mencapai puncaknya dan kerumunan makin padat. Ares takut Putri tersesat dan ia bisa terluka. Jadi Ares mencari Putri meski harus berdesakan. Dan benar saja Putri terdorong sampai cukup jauh.
Ia masih terlihat celingukan dan Ares masih cukup jauh untuk menjangkaunya. Putri mencari seseorang dan ia dengan nekat menerobos masuk ke kerumunan kakak kelas yang sibuk berjoget dengan musik yang diputar oleh DJ. Itu membuat beberapa anak jadi kesal dan mendorong Putri sampai terjatuh lalu mereka tertawa.
Putri jadi meringis kesakitan dengan siku terluka dan menaikkan pandangan dengan wajah seperti akan menangis. Ares yang melihat kejadian itu lalu menerobos dengan cepat dan langsung menghampiri Putri.
"Are you okay?" tanya Ares dengan wajah cemas dan memegang kedua sisi lengan Putri. Putri hanya terperangah karena ia sedang memeriksa apakah itu Ares atau Jupiter. Belum sempat Putri bertanya, mata Ares sudah menangkap luka lecet di siku Putri. Ares langsung berdiri marah dan menarik kerah Kakak kelas yang tadi mendorong Putri.
"Minta maaf atau aku akan menghajarmu!" ancam Ares hendak memberi bogem padanya. Kumpulan anak itu melihat dan sadar siapa Ares dan Jupiter, mereka tak mau ambil risiko babak belur dipukuli si preman sekolah.
"Maaf aku tidak sengaja," ujar si kakak kelas meminta maaf pada Putri. Putri hanya mengangguk saja. Ares pun mendorong keras kakak kelas tersebut lalu hendak menolong Putri yang masih terduduk di lantai. Ia berjongkok dan ingin memegang tapi Putri beringsut ke belakang ketakutan. Ares sempat tertegun beberapa detik sampai entah mengapa ia mengatakan hal itu.
"Jangan takut, aku Jupiter!" barulah Putri bersedia ditolong oleh Ares dan dituntun ke sebuah kursi dan Ares berjongkok di depannya.
"Biar aku obati lukamu?" tawar Ares dengan lembut. Putri mengangguk pelan dan Ares berdiri berlari mencari plester luka. Tak lama ia kembali dan langsung menempelkannya pada siku Putri yang terluka.
"Terima kasih, Kak Jupiter!" ucap Putri tersenyum memanggil Jupiter dengan sebutan Kak. Ares tertegun dan perlahan tersenyum sampai Putri menaikkan pandangan dan melihat orang yang ia cari.
"Kak Rei?" panggil Putri langsung berlari ke arah Rei meninggalkan Ares yang perlahan berdiri berbalik melihat Putri bercengkerama dengan Rei dalam bahasa Indonesia dan mereka terlihat akrab.
"Putri cariin Kakak dari tadi ..." ucap Putri terdengar manja dalam bahasa ibunya dan itu membuat Ares mengatupkan bibirnya.
"Apa aku belajar bahasa Indonesia saja? mungkin aku bisa bicara dengannya," gumamnya masih menatap Putri.