Chapter 26 - Parenting

10 TAHUN YANG LALU

Usai insiden penembakan yang membuat semuanya berubah, Jupiter tak pernah berkesempatan untuk memberikan kado yang sudah ia persiapkan untuk Venus Harristian. Setelah hari itu, Jupiter jadi jarang bertemu Venus. Venus sudah masuk SMA sedangkan Jupiter masih di sekolah menengah. Tapi rasa sukanya pada Venus tak pernah pudar.

Kali ini Jupiter mencoba sekali lagi ingin mengungkapkan rasa sukanya pada Venus dan ingin jadi kekasihnya. Jadi ia mencoba cara yang berbeda. Jupiter ingin memberikan sebuah surat pada Venus saat malam prom nanti.

Oleh karena sekolah mereka tak berjauhan, beberapa senior di SMA Jersey Rey New York ikut diundang ke acara prom atau malam perpisahan di sekolah SMP Wollington.

Duduk semalaman di meja belajarnya, Jupiter tersenyum saat menulis surat cinta pertamanya untuk Venus. Ia tak memilih media sosial atau hal yang lebih canggih, baginya surat adalah hal yang romantis.

"Aku akan memberikan ini padanya besok malam!" gumam Jupiter kemudian. Setelah melihat jam meja yang menunjukkan pukul 1 pagi, Jupiter segera menyimpan suratnya dan melompat ke atas tempat tidur. Malam ini tidur sendirian karena Ares memilih tidur di tempat Andrew.

Ia harus menyelesaikan sebuah makalah sebagai sebuah hukuman karena telah berkelahi di sekolah. Tak lama kemudian Jupiter pun terlelap karena kelelahan dan hati yang bahagia.

Keesokan harinya Ares baru pulang ke rumahnya sebelum jam makan malam. Ia harus menyelesaikan tugas hukumannya sampai sore dan baru bisa pulang setelahnya, padahal malam harinya ada pesta di sekolah. Ares sudah malas pergi dan ia malah bergelayutan pada sang Ayah di ruang tengah.

"Daddy sudah bilang berkali-kali kan? Kamu selalu mencari masalah setiap saat. Jadi kamu harus merasakan hukumannya!" ujar Mars sambil mengacak acak rambut pirang kecoklatan milik Ares yang tengah bergelayutan memeluk dirinya.

Vanylla datang dan menggelengkan kepala melihat tingkah anak dan ayah itu. Ia menyajikan segelas teh untuk Mars sewaktu bersantai di sore hari.

"Kenapa kamu belum mandi? Ayo bersihkan dirimu, kamu sudah tidak mandi seharian, Ares!" tegur Vanylla pada Ares yang malah tiduran di paha Ayahnya dan makin tak mau bangun.

"Aku capek, Mom!" rengek Ares makin manja. Mars terkekeh kecil melihat tingkah Ares yang kadang-kadang seperti balita.

"Apa Daddy masih harus memandikanmu juga seperti saat kamu masih balita? Atau kamu mau pengasuhmu yang memandikanmu?" tanya Mars dengan nada sarkas. Ares memajukan bibirnya dan tak peduli. Pengasuhnya datang tak lama kemudian setelah dipanggil oleh Vanylla agar membawa Ares membersihkan diri di kamarnya. Ares langsung protes dengan memekik kesal.

"Aku sudah besar!"

"Kalau begitu mandi sendiri. Badanmu bau, Nak! Ayo bangun!" tukas Mars lagi sedikit memarahi Ares. Pengasuh Ares makin mendekat dan mulai menarik tangannya perlahan agar ia bangun.

"Bangunlah, Tuan Muda. Aku sudah siapkan air hangat untukmu dengan boombath esential oil yang kamu sukai!" ujar pengasuh Ares tersenyum membujuknya agar mau berdiri dari Mars. Ares tak punya pilihan selain bangun.

Mars lalu merangkul dan mencium sisi kepala Ares sebelum ia sepenuhnya bangun ditarik oleh pengasuhnya. Vanylla hanya diam dan tersenyum melihat putranya berjalan gontai menyeret tas ranselnya ke kamar. Jupiter lantas baru turun dan langsung semringah melihat Ares baru pulang.

"Bagaimana PR mu?" tanya Jupiter dengan senyuman lebar di bibirnya. Ares langsung manyun dan tak mau menjawab.

"Kenapa aku ditinggal seperti itu?" sahut Jupiter mengambek.

"Pit, aku capek!" rengek Ares makin kesal.

"Aku tidak peduli. Malam ini adalah malam prom ... " Jupiter lantas mendekat dan seperti tengah membaui Ares lalu mundur dan mengibaskan tangan di depan hidungnya.

"Sudah berapa hari kamu tidak mandi?" ejek Jupiter dan Ares dengan kesal mengibaskan tas ranselnya yang berat ke punggung Jupiter. Jupiter malah tergelak dan berjalan ke arah ruang tengah sementara Ares langsung berjalan ke tangga diikuti oleh pengasuhnya.

"Dad, nanti malam aku dan Ares akan datang ke pesta Prom jadi kamu tidak perlu menungguku!" ujar Jupiter tanpa basa basi pada ayahnya dan duduk di sebelahnya.

"Daddy tahu!" jawab Mars singkat sambil terus menonton televisi dan merangkul kan sebelah lengannya pada Vanylla. Awalnya Jupiter ikut duduk saja sampai ia iseng bertanya.

"Dad, apa aku boleh punya pacar?" sontak Mars dan Vanylla langsung menoleh pada Jupiter yang menyengir dengan polos. Mars lalu menoleh pada istrinya dengan kening mengernyit lalu kembali pada Jupiter.

"Kamu sudah punya pacar? Kapan?" tanya Mars masih kaget.

"Belum, tapi aku naksir seseorang," jawabnya yakin.

"Siapa?" Jupiter masih semringah dan tak menjawab nama.

"Yang jelas dia gadis yang luar biasa. Apa aku boleh memacarinya?" tanya Jupiter lagi membuat Mars jadi melepaskan rangkulan pada Vanylla dan lengannya yang lain berbalik merangkul Jupiter.

"Daddy rasa kamu masih terlalu muda untuk pacaran." Vanylla sempat mengernyit pada Mars tapi ia mengangguk setuju pada Jupiter.

"Mommy rasa juga begitu." Jupiter jadi mengerucutkan bibirnya.

"Umurku hampir 14 tahun. Sebentar lagi aku akan SMA, apa kalian masih menganggapku anak kecil?" tanya Jupiter lagi. Mars jadi serba salah dan melihat pada istrinya.

"Bukan begitu, tapi pacaran itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Jika hanya berteman aku rasa tak masalah," sahut Mars lagi. Jupiter makin mengernyitkan keningnya.

"Tapi aku jatuh cinta!" Mars jadi makin kaget dan mengelus dadanya.

"Sayang, kamu tidak tahu apa yang kamu katakan. Yang kamu rasakan itu adalah perasaan suka pada lawan jenis dan itu normal untuk anak seusiamu. Tapi itu bukan jatuh cinta, Sayang," ucap Vanylla dengan cepat memberikan penjelasan. Jupiter makin kecewa.

"Tidak, Mom. Aku sudah memimpikannya sejak lama. Sejak aku masih kelas 1. Apa aku tidak boleh pacaran dengannya?" jawab Jupiter bersikeras.

"Apa dia juga menyukaimu?" tanya Mars lagi. Sekarang diskusi jadi mulai serius di antara mereka. Jupiter menggelengkan kepalanya.

"Dia belum tahu. Tapi aku akan memberitahukannya malam ini, bolehkan?" tanya Jupiter lagi makin mendesak. Mars jadi menggaruk bagian belakang kepalanya. Anak-anaknya sedang tumbuh menjadi remaja. Vanylla dan Mars harus siap dengan berbagai kejutan seiring dengan tumbuh kembang anaknya.

"Ya, kalau hanya berteman dekat aku rasa tak masalah," jawab Mars akhirnya sambil tersenyum tipis.

"Pacaran ... bukan berteman!" tegas Jupiter lagu masih memaksa dengan wajah cemberut. Mars menghela napas berat dan menoleh pada Vanylla. Vanylla pun tersenyum dan menjulurkan sebelah tangannya pada Jupiter agar ia mendekat.

"Kemarilah Sayang!" Jupiter meraih tangan ibunya dan duduk sebelahnya.

"Kamu sudah besar dan akan segera dewasa. Bisakah Mommy memintamu untuk bertanggung jawab atas segala keputusan yang akan kamu ambil? Pikirkan semuanya sebelum melakukan apa pun. Mommy dan Daddy pun pernah memiliki masa sepertimu, jatuh cinta dan membuat kesalahan, Mommy hanya tidak ingin kamu juga mengalaminya. Kamu mengerti kan maksud Mommy?" ujar Vanylla sambil mengelus kepala Jupiter. Jupiter diam dan melirik pada ayahnya yang juga ikut tersenyum.

"Kami tidak keberatan kamu dekat dengan seorang gadis, tapi jika kamu belum sanggup untuk bertanggung jawab atas apa pun yang hendak kalian lakukan sebaiknya jangan memulai dulu," sambung Vanylla lagi. Jupiter menghela napas perlahan dan ikut berpikir.

"Apa itu artinya aku juga tidak boleh ciuman?" tanya Jupiter lagi dengan polos.

"Apa kamu sudah mendapatkan ciuman pertamamu?" tanya Mars kemudian. Jupiter menggelengkan kepalanya dan menunduk sedangkan ayahnya malah tersenyum.

"Jangan terburu-buru, Nak. Nikmati masa remajamu. Bermain basket, menjadi bassist atau mengikuti pertandingan bela diri, itu hal-hal yang menyenangkan juga," sambung Mars lagi. Jupiter hanya bisa menghela napas.

"Aku penasaran ..." ujar Jupiter lagi. Mars masih menolehkan kepalanya pada Jupiter.

"Kapan Daddy pertama kali jatuh cinta? Apa kalian langsung berciuman? Atau Mommy bukan cinta pertama Daddy?"

Mars langsung menaikkan kedua alisnya bersamaan dan terkekeh aneh menoleh pada istrinya Vanylla yang sama terkejut. Vanylla langsung salah tingkah dan membuang muka ke arah lain menahan tawa.

Oh, ini akan jadi sore yang menyenangkan bagi Mars harus menjelaskan banyak hal pada putranya Jupiter.