PESTA PROM
Jupiter dan Ares King tiba di sekolah mereka untuk pesta prom tepat jam 6.30 malam diantarkan oleh salah seorang pengawal ayahnya, Mars. Mobil akan menjemput mereka kembali sekitar pukul 12 malam ketika pesta usai. Banyak anak-anak remaja yang berjalan masuk ke dalam sekolah dengan pakaian pesta yang meriah. Mereka berdandan secantik mungkin untuk menarik perhatian. Sementara si kembar King hanya perlu memakai kemeja dan jas untuk membuat para siswi jadi makin mengidolakan mereka.
"Apa kita sudah boleh pacaran sekarang?" tanya Ares berbisik pada Jupiter di sebelahnya ketika mereka masuk ke hall utama tempat pesta dan musik yang meriah tengah berlangsung.
"Aku rasa begitu," jawab Jupiter singkat. Ares sempat memperhatikan beberapa gadis seusianya lalu lalang dan ia sempat mengedipkan mata pada mereka. Sampai ia ikut melihat Putri Alexander yang datang bersama Chloe Harristian. Pandangan Ares rasanya tak bisa pindah ke arah lain.
Sementara Jupiter tengah mencari gadis yang ia sukai di antara kerumunan. Tangannya lantas menepuk Ares kemudian.
"Kita bertemu di sini nanti!" Jupiter langsung pergi meninggalkan Ares yang hanya meliriknya sekilas, matanya masih menatap Putri yang tengah tertawa lepas bersama Chloe.
Rei Harristian yang ternyata juga ikut pesta itu kemudian datang menghampiri Ares dan menariknya.
"Kenapa diam? Ayo!" ajaknya membuat Ares kemudian tersenyum menutupi pandangannya.
Di sisi lain, Jupiter mencari Venus yang ia yakini akan datang. Venus mengatakan pada Aldrich jika ia akan datang ke pesta itu. Jupiter harus bisa bertemu dengannya dan menyerahkan surat cintanya. Atau akan lebih baik jika Jupiter bisa mendapatkan ciuman pertama darinya.
Jupiter sudah semringah jika memikirkan hal tersebut. Namun sejauh ia mencari, tak ada yang melihat Venus.
"Hai, Jupiter!" sapa seorang siswi yang berdiri di koridor bersama dua orang temannya. Jupiter menoleh dan tersenyum.
"Hai."
"Kamu cari siapa?" tanya siswi cantik itu. Jupiter melihat ke sekelilingnya.
"Oh, bukan siapa-siapa." Siswi itu lantas mendekat dan langsung menjulurkan tangannya.
"Apa kamu ingat aku? Aku Amanda Evans, pemimpin cheerleaders tim basket Wollington!" ujar si gadis memperkenalkan dirinya. Jupiter tersenyum lalu mengangguk dan ikut menjulurkan tangannya.
"Oke, aku Jupiter King. Kamu mungkin sudah kenal." Amanda terkekeh kecil dan menoleh pada dua orang temannya yang ia beri kode untuk pergi meninggalkan mereka.
"Mau mengobrol denganku?" ajak Amanda pada Jupiter yang masih celingukan seperti mencari seseorang. Jupiter sedikit tertegun dan tersenyum. Ia tak bisa menolak jadi hanya mengiyakan saja. Dengan berani, Amanda menarik tangan Jupiter dan mengajaknya masuk ke dalam.
Amanda adalah gadis yang menyenangkan. Ia bisa membuat Jupiter jadi lupa sejenak pada tujuannya untuk mencari Venus. Mereka mengobrol sambil makan lalu tertawa layaknya sahabat dekat. Tak lupa Amanda mengabadikan foto kebersamaan mereka dari kamera ponsel miliknya.
Setelah puas mengobrol, Jupiter bahkan mengajak Amanda untuk berdansa dengannya. Diiringi musik RnB dengan beat yang riang, Jupiter membawa pasangannya itu berdansa.
Di sisi ruangan lain, Rei Harristian tengah mengajak Ares King untuk bertaruh untuk mendapatkan ciuman seorang gadis malam ini.
"Kamu pikir aku takut berciuman ya?" tanya Ares dengan sikap menantang. Rei tertawa dan mengangguk.
"Ares, kamu itu tidak cocok jadi seorang playboy. Coba lihat Jupiter!" tunjuk Rei pada Ares. Ares berbalik dan memicingkan matanya tak percaya. Kakaknya bahkan sudah mendapatkan pasangan di lantai dansa.
"Ah, dia mendahuluiku!" Rei makin tertawa keras mengolok Ares. Ares jadi makin kesal dan tertantang. Ia sampai melipat kedua lengan di dadanya.
"Begini saja, bagaimana kalau kita lanjutkan taruhan ini saat kamu berusia 15 tahun saja? aku rasa saat itu semuanya sudah aman bukan?" sindir Rei makin membuat Ares kesal.
"Kamu senang sekali mengejekku ya?"
"Tidak teman, aku bukan orang jahat seperti itu. Kamu kan sahabatku!" Rei makin tertawa karena berhasil membuat Ares jadi geregetan. Ares pun membuang pandangan ke arah lain. Sekarang ia masih bisa melihat Putri yang tengah berkumpul dengan dua kakak kembarnya Mila dan Izzy.
Rei pun ikut melihat ke arah Ares memandang lalu tersenyum. Ia menyentuh pundak Ares yang kemudian menoleh padanya.
"Bagaimana dengan pelajaran Bahasa Indonesiamu?" tanya Rei masih tersenyum. Ia lalu melirik pada Mila sebagai tanda.
"Ah, bahasamu terlalu sulit untuk dipelajari. Aku kadang masih belum bisa membedakan bunyinya!" keluh Ares melirik pada Jupiter lagi lalu kembali pada Ares.
"Mau mencoba apa yang sudah kamu pelajari?" tanya Rei lagi.
"Maksudmu?" Rei membalikkan tubuh Ares agar menghadap ke arah Mila yang tengah bicara dengan Putri lalu menunjuknya.
"Jika kamu bisa mengajak Mila berdansa dalam bahasa Indonesia, aku akan mengakui jika kamu memang hebat!" Ares menoleh pada Rei dan mengernyit.
"Kenapa Mila?"
"Bukankah dia menyukaimu?" Ares melihat lagi pada Mila yang tak menyadari sedang diperhatikan oleh Ares. Tapi matanya terus melirik pada Putri daripada Mila.
"Aku tidak tahu jika dia menyukaiku," gumam Ares kemudian.
"Ah kamu memang tidak peka." Rei mengambil minumannya dan menghabiskannya. Tiba-tiba terlintas sebuah pikiran pada Ares untuk membuktikan dirinya.
"Kita taruhan saja, bagaimana?" tanya Ares. Rei mengernyitkan kening padanya.
"Taruhan apa?"
"Jika aku bisa mencium Mila malam ini, kamu akan memberikan seluruh uang jajanmu selama satu minggu padaku, bagaimana?" Rei tampak berpikir dan akhirnya mengangguk.
"Deal!" Ares menyeringai dan mulai berjalan ke arah Mila.
Sedang asyik bicara sambil berdansa dengan Amanda, Jupiter akhirnya melihat Venus melintas bersama teman-temannya. Ia pun tersenyum pada Amanda untuk meminta ijin sebentar.
"Aku harus ke toilet sebentar!" Amanda tersenyum mengangguk dan membiarkan Jupiter pergi. Ia menyusup di antara para siswa di lantai dansa lalu mengikuti Venus yang berjalan ke arah sebuah koridor. Jupiter tersenyum dan berpikir ini adalah saat yang tepat untuknya.
Maka ia berhenti sejenak dan mengeluarkan surat cintanya sebelum kemudian berjalan lagi menghampiri Venus. Tapi langkahnya kemudian terhenti dan senyumannya memudar saat melihat Venus sedikit bersandar di dinding dan seorang teman prianya lantas perlahan mendekat dan mencium bibirnya. Venus tersenyum dalam ciuman manis itu. Sementara hati Jupiter terasa begitu sakit saat melihat kenyataan itu. Tangannya meremas surat yang hendak ia berikan untuk Venus.
Jupiter tak tahan dan berbalik lalu berjalan cepat dan berlari keluar dari gedung sekolah. Ia memilih untuk duduk di tribun lapangan football dan sepak bola sendirian dengan surat yang sudah diremas dan air mata.
Ares berhasil membawa Mila bersamanya keluar dari sekolah dan mereka kini berjalan di dekat lapangan football dan sepak bola. Sedangkan Rei mengawasi dari kejauhan.
"Kamu mau bilang apa, Ares?" tanya Mila dengan bahasa Indonesia pada Ares yang mengajaknya menggunakan bahasa yang sama. Ares lalu berhenti dan berbalik pada Mila sambil tersenyum.
"Aku dengar kamu suka sama aku ya?" sontak pipi Mila memerah meski tak terlihat jelas karena remangnya cahaya lampu di sekitar lapangan. Ares tersenyum manis dan memegang tangannya.
"Apa ... kamu mau jadi pacarku?" tanya Ares lagi makin merayu. Rasanya jantung Mila mungkin sudah copot tapi ia menahannya. Ares makin tersenyum dan mendekat. Mila makin melebarkan matanya. Ares adalah teman laki-laki yang diidamkan oleh Mila untuk menjadi pacar pertamanya dan rasanya semua seperti mimpi hari ini. Ia mengangguk tanpa menjawab.
Ares tersenyum dan langsung mendekat tapi Mila awalnya sedikit menghindar. Ia malu untuk melakukan itu.
"Kenapa? Apa kamu gak mau ciuman sama aku?" tanya Ares separuh berbisik.
"Aku belum pernah ciuman, Mila," tambah Ares lagi membuat Mila jadi luluh.
"Aku mau jadi ciuman pertama kamu," jawab Mila pelan membuat senyuman Ares makin mengembang. Keduanya pun makin mendekat dan akhirnya berciuman dengan lembut.
Di atas tribun, Jupiter yang tengah sendiri dihampiri oleh Amanda Evans yang mencarinya. Ia naik dan duduk di sebelah Jupiter yang baru saja menyeka air matanya.
"Kenapa kamu menangis?" tanya Amanda dengan lembut pada Jupiter. Jupiter menoleh dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak apa-apa," jawab Jupiter kemudian. Amanda memberanikan diri mendekat dan memegang lengan Jupiter lalu tersenyum padanya.
"Aku mau mendengar ceritamu jika kamu mau," tawar Amanda dengan senyuman tulus. Jupiter ikut tersenyum dan mengangguk. Keduanya lantas saling berpandangan lekat. Hati Jupiter yang tengah terluka lantas mendapat penawarnya dari Amanda. Gadis itu mendekat perlahan dan Jupiter menyambutnya dengan memberikannya ciuman lembut padanya. Ciuman pertama Jupiter diberikannya pada seorang gadis bernama Amanda.
"Maukah kamu menjadi pacarku?"