Usai makan malam, Jayden dan Mars masih saja mengobrol. Kali ini bahkan Brema ikut mengobrol dengan mereka. Ares menyelesaikan pembayaran untuk makan malam mereka sampai ia kembali untuk pamit.
"Ares, apa Om bisa minta bantuan kamu untuk mengantar Putri pulang? Ada hal yang harus Om bicarakan dengan ayahmu," ujar Jayden di depan Putri dan Ares yang baru berdiri. Ares sedikit menoleh pada Putri dan Putri yang ikut menoleh lantas berusaha menolak Jayden.
"Tidak usah, Om. Aku bisa pulang sendiri!" jawab Putri menolak. Mars pun langsung menimpali.
"Biar Ares yang mengantarmu. Uncle yakin Jupiter mungkin masih sibuk. Kamu tidak boleh menunggu lama bukan?" sahut Mars kemudian. Putri jadi bingung untuk menolak lagi. Ia tak tahu harus bicara apa terlebih Ares juga diam saja.
Jayden pun tersenyum dan mengajak dua keponakannya keluar beserta Mars setelah pamit pada Brema.
"Sampaikan salamku pada Daddymu, Brema! Katakan padanya untuk segera pulang ke New York!" ucap Mars dan diberi cekikan kecil oleh Brema yang ikut mengangguk.
"Ntar gue telepon!" ujar Ares separuh berbisik pada Brema.
"Ya, hati-hati!"
Brema mengantarkan seluruh tamunya ke depan restoran dan mereka pun berpisah satu sama lain. Mobil Mars adalah yang pertama tiba lalu diberikan oleh petugas parkir valet. Jayden memesan lagi pada Ares untuk menjaga Putri.
"Jangan lupa pastikan dia masuk ke rumahnya!" Ares tersenyum dan mengangguk. Jayden lalu memeluk dan mencium kening Putri sebelum ia berbalik hendak masuk. Mars ikut menghampiri dan separuh berbisik pada Ares.
"Besok buat janji dengan Mommy-mu. Dia ingin bicara soal Elliot!" Ares menghela napas kesal dan memalingkan wajah. Sedangkan Putri yang ikut mendengar hanya tersenyum saat dihampiri oleh Mars yang pamit dan memeluknya.
"Hati-hati, Sayang!" ucap Mars pada Putri sambil tersenyum lalu berbalik masuk ke mobilnya. Setelah mobil Mars berlalu, giliran mobil Ares yang datang. Dengan gugup, Ares mendehem dan mengajak Putri bersamanya.
"Ayo, biar Kak Ares antar kamu pulang," ujar Ares menawarkan pada Putri.
"Putri bisa pulang sendiri kok, Kak. Putri bisa pesan taksi dari sini!" balas Putri mencoba membantah. Ares berbalik menghadap Putri dan memandangnya sedikit tajam.
"Mobilnya uda nunggu, Kakak yang akan antar kamu pulang, bukan taksi. Kakak gak akan pernah biarin kamu pulang sendirian apa lagi naik taksi!" balas Ares dengan kalimat cukup panjang menasihati Putri.
Putri sontak mengerucutkan bibirnya dengan raut wajah menggemaskan yang membuat desir darah Ares jadi naik turun tak karuan. Ia lalu berbalik dan berjalan ke arah mobil sport mewah milik Ares. Ares menghela napas yang tak sadar ia tahan dan ikut berbalik berjalan masuk. Petugas valet membuka pintu bagi keduanya dan mereka masuk nyaris bersamaan.
Sekali lagi Ares menahan gejolak di hatinya kini saat ia berkesempatan mengantarkan Putri pulang untuk pertama kalinya. Dan keheningan itu terjadi lagi. Baik Putri atau pun Ares sama-sama fokus ke arah lain dan tak saling menoleh apalagi bicara. Sampai entah mengapa hati Ares terus menyuruh mulutnya untuk bicara. Tapi bicara apa? Ares berpikir keras tentang topik yang harus ia ucapkan.
'Oh Tuhan, gue lebih senang mukulin orang kalo gini caranya!' gerutu Ares dalam hatinya. Tangannya sedikit menarik dasi agar lehernya lebih lega tapi rasa panas itu malah makin menjalar. Ia mencoba menarik napas dan melepaskan perlahan sekali. Jika terlalu sering Ares melakukan itu, ia pasti akan kekurangan oksigen. Sementara Putri memilih untuk melihat ke arah luar.
Hati Ares makin berteriak senang saat mereka terjebak sedikit kemacetan. Durasi yang dibutuhkan untuk pulang menjadi semakin panjang.
'Saatnya bicara, Ares. Jangan jadi pengecut lo!' umpat Ares pada dirinya sendiri.
"Ehem, coba tebak ini kalo kamu bisa ..." Putri menoleh seketika.
"Hewan apa yang sangat patuh kepada peraturan lalu lintas?" sambung Ares masih menyetir dan tetap melihat ke depan. Putri mengernyitkan keningnya tapi beberapa detik kemudian ia berpikir keras untuk menjawab.
"Gak tau!" jawabnya polos lalu menoleh pada Ares.
"Unta. Unta-makan keselamatan di jalan raya!" jawab Ares dan sontak membuat Putri tertawa lalu menutup mulutnya. Ares ikut menahan tawa dengan mengulum senyum. Bahunya lebih relaks sekarang karena tawa Putri.
"Masih ada lagi. Kenapa di keyboard komputer ada tulisan 'Enter' ?" tanya Ares lagi dan sekali lagi Putri mencoba berpikir. Ia jadi bersemangat dan melihat ke segala arah jika saja jawaban bisa muncul tiba-tiba.
"Itu ... itu ... karena di keyboardnya memang diciptain begitu dari pabriknya!" jawab Putri dengan semangat. Ares langsung mencibir dan menggeleng.
"Kamu serius banget jawabnya. Ini kan tebak-tebakan lucu!" Putri membulatkan sekaligus memajukan bibirnya.
"Jadi apa jawabannya?" tanya Putri penasaran. Ia sudah sepenuhnya menghadap Ares yang masih menyetir.
"Karena kalo tulisannya 'Entar', programnya enggak jalan-jalan!" jawab Ares asal. Putri mengikik lagi dan Ares ikut menyengir kemenangan. Ia benar-benar mencetak gol yang bagus hari ini dan berhasil membuat Putri tertawa lepas.
"Lagi Kak!" pinta Putri membuat Ares menoleh sambil menaikkan alisnya.
"Lagi?"
"Iya, lagi ..." Ares menarik napas dan mencoba mengingat lagi. Brema paling sering memberikannya tebakan lucu dalam bahasa Indonesia dan Ares mencoba mengingat beberapa.
"Ehm, kenapa zombie kalau nyerang musti bareng-bareng?" Putri berpikir keras lagi. Kali ini sepertinya agak lebih sulit. Setelah melewati tiga menit dan Ares masih sabar menunggu akhirnya ia menyerah.
"Gak tau," jawab Putri menggelengkan kepalanya dan menoleh pada Ares.
"Karena kalau sendiri namanya zomblo!" Putri spontan tertawa dan mengangguk. Ares pun jadi ikut tertawa. Tidak sia-sia ia belajar merayu gadis dengan cara memberikan tebakan lucu dari Brema. Putri sampai hampir meneteskan air mata karena tertawa.
"Ternyata Kak Ares lucu juga," ungkap Putri setelah tawanya reda. Ares terkekeh kecil dan mengangguk.
"Kamu sih baru tau kalo Kakak dulunya badut sirkus!" cela Ares membuat Putri terkekeh lagi.
"Masa sih?"
"Gak ah, cuma boong!" jawab Ares cepat. Sekarang ia dan Putri sudah bisa bicara dengan suasana yang jauh lebih santai.
"Apa kamu masih tinggal di apartemen Jupiter?" tanya Ares lagi sekilas menoleh pada Putri dan ia tersenyum menggelengkan kepalanya.
"Gak, Putri uda balik ke Heist. Papa uda pulang kok." Ares menaikkan dagunya dan tersenyum mengangguk. Butuh sekitar 10 menit lagi dan mereka akan sampai di depan The Heist di Manhattan.
"Putri denger Kak Ares mau menikah ya?" tanya Putri membuat Ares sontak berpaling padanya. Senyum Ares jadi hilang. Ia langsung menggelengkan kepalanya.
"Gak, siapa yang bilang?" Putri sejenak menunduk dan memilin jemarinya.
"Cewek yang datang ke klub dan bilang kalau dia sedang hamil, dia pacar Kak Ares kan? Apa Kakak akan menikah sama dia?"
"Gak, gak akan." Ares langsung menggelengkan kepalanya menolak.
"Tapi bukannya dia ..."
"Dek, Kakak gak akan menikah sama orang lain!" tegas Ares menoleh pada Putri. Putri jadi terkesiap dan sedikit terperangah. Entah apa maksudnya, tapi Ares seperti salah bicara dan langsung meminta maaf.
"Maaf, Kakak gak bermaksud membentak kamu." Putri menggeleng dan tersenyum.
"Gak Kak, Putri yang seharusnya minta maaf. Itu kan bukan urusan Putri. Putri jadi ikut campur." Mobil Ares pun berhenti di depan lobi The Heist. Putri yang menyadari hal itu lantas menengok ke samping dan tersenyum. Ia menoleh pada Ares yang sudah menatapnya.
"Kita uda sampai. Putri turun dulu!"
"Bentar, biar Kakak bukakan pintunya!" Putri tak sempat menolak karena Ares langsung keluar dan memutar ke arah pintunya dan membukanya.
"Kak Ares gak perlu repot," ujar Putri saat ia keluar dari mobil Ares yang ia bukakan untuknya. Ares tersenyum dan menggeleng.
"Gak repot sama sekali. Kak Ares senang bisa antar kamu pulang." Putri tersenyum mengangguk. Ia menyelempangkan tas tangannya dan hendak berjalan masuk ke arah lobi lalu Ares menutup pintu dan menunggu sampai Putri masuk. Tapi Putri berhenti dan berbalik menghadap Ares yang berjarak dua meter darinya.
"Terima kasih uda anterin Putri pulang dan makan malamnya juga," ucap Putri dengan lembut dan senyuman manis yang tulus. Hati Ares sudah melumer jadi air sedari tadi. Ia tak pernah bermimpi bisa mendapatkan malam seindah ini.
Ares pun tersenyum menahan rona dan mengangguk. Ia menahan keinginan untuk memeluk Putri dengan menelan ludah terlebih Putri makin memberinya senyuman yang paling cantik.
"Bye, Kak Ares!" ucap Putri sebelum berbalik akan masuk.
"Bye, Putri ... my princess!" gumam Ares di akhir kalimat. Putri jelas tak mendengar hal itu dan Ares masih terus memandang pujaan hatinya masuk ke dalam lobi The Heist setelah disapa dengan ramah oleh penjaga pintu. Setelah bayangan Putri benar-benar hilang barulah Ares berbalik dan masuk ke dalam mobilnya lagi.
"Oh Tuhan ... terima kasih sudah menjawab doaku! Aku berjanji akan datang ke gereja besok! Yes ... hahaha ... aku berhasil!" teriak Ares begitu senang karena yang terjadi seperti mimpi.