Setelah ibunya Vanylla pergi, Ares pun bersiap untuk mengurusi masalah Elliot sesuai perintah sang ibu. Sekaligus mengawasi Andrew yang dipaksa oleh Ares masuk ke rumah sakit. Andrew harus di rehabilitasi meski ia belum ketergantungan namun Ares tak mau ambil risiko.
"Kapan kamu punya waktu untuk naik semua mobil-mobil ini?" tanya Andrew begitu mereka turun ke garasi Ares. Ares hanya menyeringai saja.
"Aku hanya menggantinya kapan aku suka!" sahut Ares seenaknya. Andrew mendengus sinis pada keangkuhan Ares King tapi ia sudah terbiasa menghadapinya. Mereka pun masuk ke dalam salah satu mobil sport hitam milik Ares dan keluar dari garasi tersebut.
"Aku sudah meminta Jin untuk mengatur jadwalmu di rumah sakit," ujar Ares mematikan saluran komunikasinya dengan Jin lewat ponsel. Andrew mendengus lagi.
"Aku sudah bilang aku tidak kecanduan, Ares. Aku masih bisa mengendalikannya!"
"Jangan membantahku. Atau aku tidak akan ikut pada penyergapanmu nanti!" Andrew hanya bisa menoleh pada Ares dengan wajah kesal tapi tak bisa berbuat apa pun.
"Terserah," gumamnya pelan pada akhirnya. Ares hanya tersenyum dan mendengus.
"Dimana rumahmu?" tanya Ares ingin mengantar.
"Aku tinggal di hotel," jawab Andrew singkat.
"Apa! Huh, kenapa kamu tidak pulang dan mengklaim warisan keluarga Miller. Kamu kan bisa tinggal di penthouse Ayahmu. Atau kamu mau tinggal bersamaku, aku akan sangat senang," tawar Ares menoleh pada Andrew. Andrew tak menoleh atau memberi tanggapan sama sekali. Ares hanya bisa menghela napasnya dan menyetir lagi. Sampai akhirnya Andrew baru bicara setelah mobil berhenti di lampu merah.
"Antar saja aku ke kantor polisi!" ujarnya dengan nada rendah.
"Kamu tidak ingin ikut denganku ke Calparo Pub?"
"Aku tidak ingin menyaksikan dramamu menangkap seseorang yang sudah menghamili kekasihmu," ucap Andrew seenaknya. Ares hanya bisa mencibir. Andrew memang paling pintar menyindir. Ia pun berbelok dan mengantarkan polisi itu ke asalnya. Begitu tiba, Ares pun ikut membuka sabuk pengaman dan keluar bersama Andrew.
"Kamu mau apa?" tanya Andrew ketus di depan kantor polisi.
"Aku mau membayar denda tilang!" Andrew langsung menunjuk wajahnya dan itu membuat Ares tergelak. Tapi keangkuhan Andrew tak berlangsung lama. Seorang gadis tiba-tiba menghampirinya.
Ares tak pernah melihat gadis itu. Ia berpenampilan kasual dengan rambut terkuncir dan hanya memakai jeans serta T shirt yang kebesaran. Andrew yang menyadari seseorang mencolek bahunya menoleh dan langsung kesal mengibaskan kedua tangannya ke udara.
"Sudah aku bilang Rania, berhenti mengikutiku!" bentak Andrew pada gadis itu. Andrew langsung berjalan cepat masuk ke dalam kantor polisi sementara gadis itu berlari ikut masuk ke dalam memanggil namanya.
"Andrew ... Kakak, tunggu dulu!"
Ares makin mengernyitkan keningnya melihat Andrew sekarang dikejar-kejar seorang gadis. Siapa dia? Sesekali ia harus bertanya pada Andrew.
Ares kembali masuk ke dalam mobilnya dan melaju kembali ke sebuah Pub bernama Calparo. Pub itu belum buka karena hari masih cukup pagi. Mereka baru buka setelah jam makan siang dan tutup menjelang pukul empat pagi.
Ares tiba di depan pub itu dan sedang mengintip untuk masuk. Terdapat tanda di depan pintu bahwa Pub ditutup tapi kemudian wajah Hyun Jin asisten tiba-tiba muncul dari balik pintu kaca. Ares nyaris tersentak kaget, tapi Jin hanya menyengir.
"Hehehe, maaf Tuan. Ayo masuk!" Hyun Jin membukakan pintu untuk Ares dari dalam. Ares menggelengkan kepalanya.
"Apa keusilan adalah salah satu dari uraian tugasmu?" ejek Ares pada asistennya itu. Jin menyengir dan menggaruk bagian belakang kepalanya. Ares berjalan lagi dan Jin mengikutinya.
"Apa kamu yang memberikan informasi pada Mommy tentang pria yang menghamili Elliot?" tanya Ares berbalik pada Jin.
"Tidak Tuan ..." Ares memicingkan mata padanya dan itu membuat Jin tersenyum aneh.
"Benar, tapi itu karena Nyonya yang menghubungiku!" sahut Jin membela dirinya.
"Tapi aku tidak memerintahkanmu untuk mencari tahu soal pria ini kan?"
"Bukankah seorang asisten pribadi harus penuh inisiatif?" ujar Jin menyengir separuh memuji dirinya. Cengirannya hanya dibalas pandangan dingin tanpa senyum oleh Ares. Ia tak menjawab dan berbalik meninggalkan Jin yang hanya bisa mengatupkan bibirnya serta menghela napas. Ia pun berjalan lagi mengikuti Ares. Mata Ares menyapu sekitarnya dan Jin pun menunjukkan pria mana yang ia cari.
Tanpa mengangguk, Ares berjalan ke arah pria yang merupakan seorang bartender di pub tersebut.
"Maaf kami belum buka!" ucap pria itu ketika Ares datang dan duduk di salah satu stoll di depannya. Jin berdiri di belakang Ares dengan melipat kedua tangan di depan tubuhnya. Ares tak menjawab dan hanya tersenyum misterius. Pria itu mengernyit tak mengerti.
"Kamu siapa?" tanya pria itu lagi.
"Ares King, mantan kekasihku bernama Elliot Reiss. Apa kamu kenal dia?" tanya Ares dengan sikap tenang dan kedua tangan terlipat di atas meja bar. Pria itu terdiam dan mendekat. Ia lalu mengambil gelas bersih dan menuangkan wiski ke dalamnya. Gelas itu lantas disodorkan pada Ares yang makin menaikkan senyumannya.
"Aku tahu siapa kamu. Kamu adalah konglomerat King." Ares mengatupkan bibirnya dan mengangguk.
"Wilayah ini bukankah masih milik Diablo?" sebut Ares pada seorang nama pemimpin gangster yang menguasai wilayah di tempat pub tersebut berada. Bartender itu terpaku dan akhirnya mengangguk.
"Aku tidak ingin membuat Diablo marah karena seseorang tengah menipuku di sini." Bartender itu menarik napas dan mendekat.
"Dia yang memintaku melakukan itu."
"Untuk menghamilinya?" pria itu mengangguk. Ares menyodorkan lagi wiski itu pada Bartender itu.
"Aku tidak minum pagi-pagi." Ares pun memberikan dua lembar uang 100 dolar untuk membayar minuman tersebut.
"Sekarang kamu akan ikut aku dan kita selesaikan masalah ini dengan Elliot." Pria itu mengangguk.
"Aku akan mengurus bayinya jika dia mau." Ares mengangguk lagi dan pria itu pun keluar dari barnya. Setelah meminta ijin, mereka bertiga pergi dengan pria itu berada di mobil Hyun Jin, asisten Ares.
Hari ini adalah hari dimana Elliot akan membeli gaun pengantinnya. Vanylla meminta salah satu asistennya untuk mengantarkan Elliot ke butik yang dimaksud.
Ares dan mobil asistennya Jin tiba di rumah mode tersebut tak lama kemudian. Ia lantas masuk ke dalam rumah mode terkenal tersebut dan menemui asisten ibunya. Ares lantas diantar ke ruang fitting tempat Elliot tengah mencoba gaunnya. Begitu Elliot melihat Ares dari balik cermin di depannya, ia langsung semringah dan berbalik.
Ares tersenyum manis dan masuk dengan kedua tangan berada di saku celana sementara Elliot memamerkan gaun yang sudah ia pilih.
"Kamu terlihat sangat cantik," puji Ares pada Elliot yang menyengir lebar.
"Oh, terima kasih Sayang. Aku tidak menyangka kamu akan datang," balas Elliot lalu maju dan mengambil kedua tangan Ares untuk menggenggamnya. Ares membiarkan dan masih ikut tersenyum.
"Apa kamu suka gaunnya?" Elliot langsung menyengir mengangguk cepat lalu memutar tubuh untuk memamerkannya di depan Ares. Ares masih tersenyum memperhatikan Elliot.
"Apa kamu sudah memeriksakan kandunganmu?" tanya Ares lagi.
"Aku ingin pergi denganmu!" jawab Elliot manja memegang lengan Ares.
"Aku sibuk, Sayang. Aku punya banyak pekerjaan. Pergilah dengan Chester!" ujar Ares membuat Elliot tiba-tiba tertegun. Ia mengernyit saat seorang pria lantas keluar dari balik pintu bersama asisten Ares bernama Jin dan asisten Vanylla ke dalam ruang ganti tersebut.
"Ada apa ini?" tanya Elliot pura-pura tidak tahu. Ares masih bersikap biasa saja sedangkan Elliot mulai melepaskan pegangannya pada Ares.
"Maaf Elliot, aku tidak bisa berbohong lagi," ucap Chester dengan wajah menyesal.
"Siapa kamu? Aku tidak kenal kamu!" bentak Elliot pura-pura tak mengenal Chester. Pria itu hanya bisa menghela napas sementara Ares menoleh pada Elliot.
"Elliot, aku tidak ingin membuat drama. Aku akan membiayai semua pernikahanmu dengan Chester ..."
"Apa maksudmu dengan semua ini?" giliran Ares yang kini dibentak oleh Elliot.
"Sudahlah jangan berbohong lagi. Aku tahu itu bukan bayiku!" ujar Ares masih dengan nada rendah.
"INI BAYIMU, ARES! BAGAIMANA KAMU TIDAK MENGAKUI ANAKMU SENDIRI?" teriak Elliot makin kasar. Untungnya asisten Vanylla sudah meminta pihak rumah mode itu untuk mengeluarkan semua pelanggan sebelum terjadi keributan.
"Karena itu bukan bayiku!" suara Ares mulai meninggi. Ares mencoba terus mengingat kalimat pesan ibunya untuk tetap sabar dan tak emosi. Tapi Elliot terus mematik api kepalanya.
"INI BAYIMU AKU PUNYA BUKTINYA!"
"Jangan berteriak padaku, Elliot!" sahut Ares memperingatkan.
"KENAPA AKU TIDAK BOLEH BERTERIAK PADAMU! APA SUPAYA TIDAK ADA ORANG YANG TAHU JIKA KAMU CUMA PRIA PENGGILA SEKS TAPI MEMBUANG BAYINYA!" Ares sontak hilang kendali dan langsung mencekal rahang Elliot lalu mendorongnya ke arah tembok di ruangan itu.