Chereads / The Kings: Tales Of Devour Temptation / Chapter 37 - In My Bloodline

Chapter 37 - In My Bloodline

Seketika semua orang di ruangan itu langsung panik. Jin bahkan tak ragu beringsut ke depan menghalangi Ares untuk mencekik Elliot.

"Tuan, lepaskan dia! Dia sedang hamil!" ujar Jin membujuk Ares.

Ares memang tidak mencekik tapi ia meremas rahang Elliot memaksanya untuk melihat ke arahnya. Ia tak melepaskan Elliot sama sekali dan semua jadi tegang. Mereka takut Ares akan mencelakakan Elliot mungkin dengan membunuhnya. Sedangkan Elliot begitu ketakutan melihat Ares yang begitu marah padanya.

"Aku sudah bilang jangan berteriak padaku, Elliot. Sampai kapan kamu mau membohongiku? Kamu kira aku sebodoh itu?" geram Ares memandang dengan mata kejam tanpa ampun sama sekali. Kedua tangan Elliot sampai memegang lengan Ares yang tengah mencengkeram rahangnya.

"Aku sudah pernah bilang jangan mencariku lagi, tapi kamu berani datang ke rumah Ibuku dan mengakui janin itu milikku. Aku sudah memperingatkanmu, aku bukan pria baik hati!" sambung Ares masih dengan nada rendah suara bariton yang menyeramkan. Tapi sepertinya Elliot pantang menyerah meski ia sudah hampir mati ketakutan.

"Tapi aku tidak bohong, aku mengandung bayimu, Ares!" ujar Elliot kali ini tak lagi berteriak. Ares menelan ludahnya sekali.

"Tuan, lepaskan dia!" ujar Jin membujuk lagi.

"Kamu pikir kenapa aku memakai pengaman dan aku menyuruhmu memakai kontrasepsi. Itu karena aku tidak akan pernah mau memiliki anak, mengerti?" Ares lalu melepaskan cengkeramannya pada rahang Elliot dan lengannya sedikit ditarik oleh Hyu Jin untuk menjauh dari Elliot.

Elliot langsung memegang rahangnya menatap Ares dengan mata mulai menangis.

"Tidak perlu menangis. Terserah kamu mau menikah atau tidak, aku sudah membayar gaun itu untukmu. Anggap saja sebagai hadiah terakhir dariku!" Ares berbalik dan pergi keluar dari ruang ganti tersebut. Ares berjalan keluar sambil memakai kacamatanya dan diikuti oleh Jin.

Di dalam Elliot mengamuk dan mengusir semua orang, termasuk Chester yang ingin menemaninya. Suara amukannya bahkan terdengar sampai Ares membuka pintu dan berjalan ke mobilnya.

"Akan kuurus di dalam," ujar Jin pada Ares yang membuka pintu mobilnya.

"Aku ada undangan di SMA Jersey Rey. Aku harus memberikan ceramah untuk kelulusan mereka," ujar Ares bicara pada Jin. Jin mengangguk mengerti.

"Aku akan meneleponmu nanti, Tuan King!" Jin lalu menutup pintu mobil dan membiarkan Ares pergi sendiri dengan mobilnya.

Ares pergi ke SMA dahulu dengan mood tak enak. Ia masih kesal dan marah. Seharusnya ia bisa memukul sesuatu atau melampiaskannya pada seseorang. Tapi ia masih punya jadwal untuk memberikan pidato penyambutan kelulusan pada Jersey Rey High School.

Ada beberapa tamu alumni yang diundang, itu termasuk dirinya dan Jupiter. Masalahnya Jupiter sekarang berada di Atlanta dan belum kembali. Jadilah Ares berangkat sendirian untuk menghadiri acara tersebut. Ia tidak tahu akan bertemu siapa di sana.

Begitu mobil Ares tiba di parkiran, ia sudah menarik perhatian banyak orang. Dengan berpenampilan jas tanpa dasi dan hanya memakai kemeja, Ares santai berjalan ke dalam lingkungan sekolah.

Dulu dan sekarang sama saja, penampilan dan gerak geriknya selalu berhasil menarik mata untuk melihat. Termasuk sekumpulan gadis cheerleaders terus memandang ke mana pun ia berjalan.

Yang menyambut Ares King adalah kepala sekolah Jersey Rey langsung. Mereka berjabat tangan dan ia segera dibawa ke lapangan di belakang sekolah tempat acara berlangsung.

Mood Ares yang tak enak terpaksa ia sembunyikan lewat senyuman. Ia mengangguk dengan sopan lalu tersenyum pada beberapa wali siswa. Acara akan segera di mulai dan Ares mulai naik ke atas panggung yang disediakan. Beberapa tamu duduk di atas panggung untuk menyaksikan acara wisuda.

Ares membuka kacamatanya karena ternyata Putri Alexander merupakan salah satu tamu. Betapa beruntungnya dia karena Putri duduk di sebelahnya.

"Kamu diundang juga?" tanya Ares separuh berbisik. Putri tersenyum dan mengangguk. Mood Ares langsung berubah baik begitu melihat dirinya bertemu dan bersama Putri. Acara kemudian berlangsung dengan baik sampai tiba saat Ares memberikan pidato kelulusan bagi seluruh siswa.

Ares diminta untuk memberikan pidato tahun ini karena ia adalah salah satu contoh alumni yang sukses yang berasal dari SMA tersebut. Ares pun ikut memotivasi adik kelasnya agar berusaha dan bekerja lebih giat untuk mencapai yang mereka inginkan. Tepuk tangan meriah diberikan pada Ares usai ia memberikan pidatonya termasuk dari Putri.

Acara selanjutnya semua siswa dan tamu undangan akan dijamu di hall utama sekolah. Ares terus menempel pada Putri seolah hanya ia yang dikenalnya.

"Kamu mau minum biar Kak Ares ambilkan?" tawar Ares dan Putri mengangguk. Sikap Putri sudah jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Ares pun meminta Putri menunggu sesaat untuk ia mengambil minuman.

"Hai Tuan King!" sapa seorang siswi yang dari tadi memperhatikannya. Ares menoleh dan tersenyum lalu mengambil minumannya.

"Boleh aku minta tanda tanganmu?" sambung siswi itu lagi memberikan sebuah spidol. Ares terpaksa meladeni karena ia adalah tamu. Ia mengangguk dan mengambil spidol tersebut. Tapi tempat tanda tangannya membuat Ares terkejut.

"Apa?" tanya Ares tak percaya.

"Bisakah aku minta tanda tanganmu di area dada?" ujar siswi itu tanpa malu. Dia memang memakai kaos putih yang cukup transparan dan area dada tertutup tapi tidak mungkin Ares melakukan itu terlebih banyak orang tua siswa di sana.

"Bagaimana kalau aku menandatangani bukumu saja?" tawar alternatif lain dari Ares.

"Ayolah, Tuan King!"

"Maaf aku tidak bisa, permisi!" Ares mengembalikan spidol itu dan mengambil dua gelas untuk dirinya dan Putri. Ia tak mau mengambil risiko dibenci seluruh orang tua gara-gara pemandangan barusan. Namun begitu ia kembali ke tempat semula, Putri tak ada di sana. Ares mulai celingukan sampai ia melihat Putri tengah dikelilingi oleh beberapa remaja pria meminta foto.

Alarm cemburu dan kening mengernyit Ares langsung naik. Sambil mendengus kesal ia berjalan ke arah mereka. Setelah agak dekat, Ares berhenti dan mengawasi sejenak. Putri mulai terlihat tidak nyaman tapi ia tak berani menolak saat seorang siswa setengah memeluk dan hendak merangkulnya dekat.

Ares langsung bergerak dan sengaja menabrakkan dua gelas yang ia pegang ke baju siswa tersebut.

"Maaf, kalian mengganggu pacarku!" ujar Ares dengan nada dingin pada anak-anak di bawah umur itu. Semua jadi saling berpandangan dan mulai segan.

"Maaf Tuan King!" sebut anak yang tadi memeluk Putri. Ares tetap memberinya delikan tanpa ampun sampai ia menjauh dari Putri. Ares dengan kesalnya menyodorkan gelas yang ia bawa pada anak-anak itu untuk membawanya pergi. Mereka pun pergi meninggalkan Putri. Kini pandangan Ares beralih pada Putri.

"Terima kasih, Kak," ucap Putri dengan wajah tak enak dan tanpa senyuman. Ares masih memandang tajam pada Putri seolah ia yang bersalah. Putri tak ingin berkonfrontasi dengan Ares jadi ia memilih pergi tapi tangan Ares dengan cepat mencekalnya.

"Sini kamu!" Ares menarik Putri keluar dari hall tersebut dan separuh menyeretnya ke sebuah koridor tak jauh dari sana.

"Kenapa kamu biarin anak-anak kecil itu menyentuh kamu seperti itu?" ujar Ares separuh menghardik. Ia kesal dan cemburu.

"Mereka hanya minta foto dan tanda tangan," jawab Putri dengan nada lembut.

"Tapi bukan berarti kamu gak bisa nolak kan? Masa kamu mau terima semua pria yang dekat sama kamu!" Putri mengernyitkan keningnya. Kenapa Ares jadi marah?

"Lho, kok Kakak marah?" tanya Putri dengan keheranan.

"Tentu aja Kakak marah, memangnya Kakak gak boleh marah?" Putri tersenyum aneh dan menggeleng tak mengerti.

"Ini masalah kecil."

"Ini bukan masalah kecil. Semua orang mengejar kamu, semua mau kamu. Kamu pikir Kakak senang melihatnya!" Putri jadi terdiam memandang Ares yang sedikit terengah menahan emosi. Lalu Ares semakin mendekat dan Putri jadi lebih mundur ke belakang.

"Kenapa Kakak marah? Putri gak ngapa-ngapain," ujar Putri jadi agak ketakutan. Tangannya sampai mengepal takut jika Ares memukul atau berbuat kasar padanya. Tapi ia malah makin dekat dan tubuh Putri nyaris tenggelam di antara tubuh tinggi Ares.

"Jangan bikin Kakak cemburu. Kakak gak suka!" tegas Ares dengan nada makin rendah.

"Kakak aneh!" gumam Putri dan berbalik ingin pergi tapi Ares malah menangkap pinggangnya dan menempelkannya lagi ke dinding.

"Kakak mau ngapain?" sahut Putri mulai panik dan membesarkan matanya.

"Kakak cinta sama kamu!" belum sempat Putri mencerna ucapan Ares, bibirnya sudah mengulum lembut bibir Putri yang begitu terkejut. Dan sebuah kamera ponsel berhasil menangkap ciuman itu dengan baik.