Jupiter pulang ke rumah dengan hati yang tak karuan. Entah itu senang atau malah resah ia tak bisa mengungkapkannya. Duduk dipinggir ranjang dan memikirkan ciuman pertamanya ia berikan pada seorang gadis pemimpin cheerleaders di sekolah mereka.
"Kamu kenapa?" tanya Ares ikut duduk di sebelah Jupiter. Jupiter tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku ... tadi berciuman dengan Amanda," jawab Jupiter dengan nada biasa. Ares mengernyitkan kening dan menoleh pada kakaknya.
"Kamu memberikan ciuman pertamamu? Siapa itu Amanda?" Jupiter mengangguk dan menoleh sekilas pada Ares.
"Pemimpin cheerleaders di Wollington." Ares tampak masih mengernyitkan kening dan berpikir.
"Hhmm, selamat kalau begitu. Aku pun melakukan hal yang sama." Jupiter terkekeh kecil.
"Oh ya? Dengan siapa?" Ares tersenyum dan menaikkan kedua alisnya.
"Mila." Jupiter makin melebarkan mata.
"Wah ... jackpot man!" puji Jupiter antusias.
"Menurutmu begitu?" Jupiter langsung mengangguk masih antusias.
"Mila itu salah satu gadis paling cantik bukan? Apa kalian sekarang berpacaran?" Ares mengangguk lagi. Ia mengatupkan bibirnya dan mulai tak tersenyum lagi.
"Selamat Ares. Aku belum pacaran dengan Amanda. Kami hanya berciuman."
"Kenapa?"
"Entahlah, aku tidak naksir padanya!" Jupiter menjawab sambil mengedikkan kedua bahunya bersamaan. Ares mengangguk lagi. Sepertinya ia memang terlalu terburu-buru. Harusnya ia tak mengambil keputusan secepat itu untuk pacaran.
"Ayo tidur, aku sudah mengantuk!" ajak Ares pada Jupiter. Ares langsung masuk ke dalam selimut begitu pula dengan Jupiter.
"Kenapa kamu tidak pindah ke kamarmu?" tanya Jupiter dan Ares tak menjawab. Ia malah berbalik dan memeluk Jupiter dengan menempelkan pipinya di pundaknya. Jupiter terkekeh kecil dan ikut memeluk lengan Ares yang melingkar di dadanya.
"Kamu sudah sebesar ini tapi masih tidur denganku dan memelukku," gumam Jupiter dengan posisi terlentang. Ares hanya tersenyum dan sedikit membuka matanya.
"Bukankah dari dulu kamu selalu memelukku jika akan tidur?" balas Ares ikut bergumam. Jupiter masih tersenyum tipis.
"Ketika ulang tahun ke 14 nanti, kita harus berpisah ranjang. Tidak baik terus menempel seperti ini. Kita bukan kembar siam!" Ares terkekeh dan menutup matanya.
"Tidurlah Adikku. Mimpi indah," sambung Jupiter menepuk pelan sisi lengan Ares.
"Kamu juga mimpi indah, Kak."
Keduanya lantas tertidur tak lama kemudian. Ares memang suka memeluk sesuatu jika ia tidur dan Jupiter harus tahan dengan adik kembarnya yang bisa menempel padanya sepanjang malam. Tapi ia sudah terbiasa.
***
"Ayolah, sampai kapan Daddy melarang kita untuk datang ke klub?" pekik Ares dengan kesal. Jupiter tetap menggelengkan kepalanya.
"Itu bukan ide bagus, Ares. Kalau Daddy tahu dia bisa marah!" Ares lalu menarik Jupiter dan memperlihatkan beberapa foto model-model seksi dan cantik di ponselnya.
"Lihat ini, mereka akan berpesta di Delancey nanti malam. Kapan lagi kita bisa melihat wanita yang benar-benar dewasa!" sahut Ares separuh memekik tapi berbisik. Jupiter masih mengernyit dan menggeleng.
"Jika ketahuan kita bisa dihukum. Lagi pula bagaimana caranya kita bisa masuk kita masih di bawah umur?" sahut Jupiter memberikan pengertian.
"Begini saja, kita minta ulang tahun kita dirayakan di Delancey saja. Jadi nanti malam kita bisa punya alasan untuk melihat tempat!"
"Kamu gila, siapa yang percaya! Lagi pula Mommy bisa marah jika kita merayakan ulang tahun ke 14 di klub bukan di hotel!" balas Jupiter masih bersikeras.
Belum sempat Ares hendak membalas Jupiter seseorang memanggilnya dari belakang.
"Ares?" Ares pun menoleh dan sedikit meringis agak salah tingkah.
"Hai, Mila." Jupiter langsung membuang muka ke arah lain dan ingin pergi tapi Ares segera menariknya.
"Jangan pergi!" Ares menarik dan berbisik pada Jupiter.
"Kamu sedang sibuk ya?" tanya Mila dengan bahasa Indonesia seperti semalam. Ares jadi terpaku sejenak dan berpikir. Ia lalu menyengir dan mengangguk. Ares lantas berbalik dan mendelik pada Jupiter agar ia tak pergi dari posisinya. Ares maju dan menarik lengan Mila agar bisa bicara dengannya.
"Tolong jika di sekolah jangan cari aku. Maksudku jangan ada yang tau kalau kita pacaran. Bisakan?" ungkap Ares membuat Mila jadi bingung.
"Kenapa gak ada yang boleh tau?" Ares jadi bingung menjawab dan ia masih tersenyum. Ia lalu memegang tangan Mila dan sedikit mendekat.
"Aku gak pengen jadi banyak cewek yang ngejar kamu karena mereka marah. Kamu tau kan kalo aku kapten tim hoki?" Mila mengangguk.
"Aku gak mau buat mereka kecewa. Kamu pasti mengerti kan maksudku? Fansku ..." Mila tersenyum dan mengangguk. Padahal Ares tengah menyombongkan diri dan tak mau terlihat memiliki hubungan dengan siapa pun. Ares mengangguk dan tersenyum.
"Aku pergi dulu, masih ada urusan sama Jupiter. Nanti malam aku telepon?" Mila mengangguk saja pada Ares yang tengah mengelabuinya. Ares yang merasa bisa lepas langsung tersenyum manis lalu dengan cepat mencium pipi Mila. Mila sontak merona. Ia benar-benar merasa bahwa dirinya adalah kekasih Ares King, salah satu gitaris band Skylar sekaligus bintang hoki di sekolah mereka.
"Bye!"
"Bye!" jawab Mila separuh tertegun terhipnotis oleh karisma Ares. Ares pun langsung berjalan cepat dan merangkul Jupiter untuk pergi dari tempat itu.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Jupiter sambil dirangkul Ares yang sudah jauh berjalan dari Mila.
"Tidak ada."
"Kamu menciumnya!"
"Dia pacarku, Jupiter!"
"Oh ya?" Ares berhenti dan Jupiter memandangnya begitu serius.
"Aku sudah bilang kan semalam jika dia pacarku sekarang!" tegas Ares lagi dan Jupiter mengangguk.
"Aku sudah bawa uangmu, ayo!" Rei Harristian tiba-tiba datang menepuk pundak Ares sampai ia benar-benar kaget. Jupiter jadi mengernyitkan kening melihat hal itu. Uang apa? Ada apa?
"Uang apa?" tanya Jupiter pada Rei. Rei menaikkan alisnya lalu melirik pada Ares dan kembali pada Jupiter.
"Kamu tidak beritahu dia?" tanya Rei pada Ares. Ares malah memejamkan mata dan mengatupkan bibirnya.
"Soal apa ini?" Jupiter mulai kesal. Rei langsung menaikkan kedua tangannya dan mundur lalu pergi. Itu artinya ia tak mau ikut campur tentang urusan dua saudara itu.
"Ambil uangnya di rumahku jika kamu mau!" ucap Rei pada Ares sebelum pergi. Tinggallah Jupiter dan Ares yang kini harus menyelesaikan masalah mereka.
"Apa yang terjadi Ares?"
"Tidak ada!" Ares berkelit dan berbalik pergi. Ia tak mau menjelaskan apa pun dan Jupiter tak mau mengejar. Ia sedang pada Ares yang membohongi dan kini menyembunyikan sesuatu darinya.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN
Ares berjalan gontai ke arah lokernya. Hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum ia akan liburan dan bersiap masuk ke SMA. Nanti malam adalah pesta ulang tahunnya dan Jupiter yang ke 14 tahun. Vanylla ibunya menolak mentah-mentah usul Ares yang ingin merayakan ulang tahun di klub malam terkenal Delancey. Tempat itu adalah klub yang sering digunakan oleh The Seven Wolves untuk berkumpul.
Dengan kesal karena idenya ditolak, Ares membanting pintu loker dengan keras. Nanti malam akan sangat membosankan dengan pesta di rumah saja.
"Memangnya aku anak kecil!" gumam Ares kesal. Ia berbalik dan seorang gadis cantik seusianya sudah berdiri di depannya. Gadis itu adalah salah satu fans band nya yang mengetahui hari ulang tahunnya.
"Aku ingin memberikannya besok tapi mungkin kita tak akan bertemu." Ares menaikkan ujung bibirnya tersenyum sedikit menyeringai.
"Kemarilah!" ajak Ares menarik tangan gadis itu dan masuk ke salah satu koridor yang cukup sepi di dekat toilet anak perempuan. Gadis itu sudah gemas dan menggigit bibir bawahnya melihat perilaku Ares.
"Apa yang ingin kamu berikan?" tanya Ares pada gadis itu lagi. Di tangannya memang ada kado tapi gadis itu malah menarik Ares dan mencium bibirnya. Dan Ares yang tengah di masa puber, tak segan balas mencium gadis itu.
Sedang asyik berciuman, pintu kamar mandi anak perempuan terbuka dan Mila tak sengaja keluar dari sana.
"Ares?" Ares melepaskan ciumannya dan menoleh ke samping kiri dengan wajah yang cukup kaget. Gadis itu tak merasa bersalah karena ia tak tahu hubungan Ares dan Mila. Ares hanya diam saja dan itu membuat Mila jadi bersedih sampai menangis. Ia langsung pergi meninggalkan Ares yang akhirnya mengambil kado untuknya.
"Terima kasih!" ucapnya lalu berbalik pergi.