Chereads / The Kings: Tales Of Devour Temptation / Chapter 16 - The Braveness

Chapter 16 - The Braveness

"GO ... ARES ... GO ... ARES!" pekikan semangat untuk si kapten Hoki es sekaligus bintang di lapangan es itu menggema ke seluruh hall dan tribun. Teriakan semangat juga datang dari teman-teman Ares termasuk Rei, Andrew, Aldrich dan Arion tak terkecuali Jupiter yang berada di barisan paling depan mendukung sang adik. Dengan nomor punggung tujuh, Ares yang paling menarik perhatian.

Mars dan Vanylla ikut datang menonton pertandingan sang Putra. Tak terkecuali juga Jayden dan Sarah yang begitu antusias bersorak bertepuk tangan untuk Ares.

Ares adalah kapten tim hoki es SD Wollington dan ia sudah menorehkan cukup banyak prestasi untuk tingkat sekolah dasar saja. Fisik Ares termasuk yang paling tahan banting. Ia bahkan tak mempan ditabrak oleh dua orang sekaligus meski terjungkal berkali-kali.

"Owhh ... itu pasti sakit!" gumam Jayden melihat Ares ditekel oleh seorang pemain lawan sampai terseret beberapa meter. Agni Bremastya Mahendra atau Brema lantas datang dan menarik Ares agar kembali bangun dan meneruskan pertandingan.

"YEAH, THAT'S MY BOY!" teriak Arya memberi semangat pada putranya Brema. Brema lalu meluncur lagi dan melewati Ares setelah diberi kode olehnya untuk menghalangi dan merebut Puck (bola hoki es) dari lawan sebelum mereka masuk ke daerah untuk menembakkan bola demi mencetak angka.

"ARES!" teriak Brema mengawal Puck dengan stick hokinya lalu dengan cepat mengarahkan pada Ares yang hendak ditabrak tapi lolos dan ia terjatuh. Dengan cepat pula Ares memukul keras puck tersebut dalam keadaan terdesak sekaligus mencetak gol terakhir yang membuat SD Wollington memenangkan kejuaraan tahun.

"WOOOOWW!" Mars bersorak dan langsung memeluk istrinya Vanylla sambil mencium. Jupiter berteriak keras menunjuk pada saudara kembarnya Ares yang kini tengah meluncur di sepanjang lapangan es sambil mengangkat tongkat hokinya dengan sebelah tangannya. Seluruh tim mengikutinya di belakang lalu mereka akan menyergap dan menumpukkan diri di atas Ares sebagai tanda merayakan kemenangan.

Jayden bersorak dan melakukan toss bersama Arya yang ikut merayakan kemenangan tim hoki itu. Seluruh tepuk tangan tak henti-hentinya bergema untuk seluruh tim terutama Ares yang berhasil menjadi MVP (most valuable player) tahun ini sebagai pencetak gol terbanyak.

Setelah melepaskan helmnya, Ares meluncur ke arah pinggir lapangan untuk melakukan selebrasi dengan Jupiter yang sudah menunggunya. Terengah dan kelelahan tak membuat Ares tak mengembangkan senyuman terbaiknya dan orang pertama yang ia peluk pasti adalah Jupiter.

Ares bahkan mengangkat tubuh kakaknya yang agak kesulitan memeluk karena rangka pelindung tubuh yang dipakai Ares. Ares lantas dihampiri oleh orang tua dan teman-temannya. Sang Ibu Vanylla tak henti-hentinya memberikan kecupan jarak jauh untuk Ares. Ares pun membalas dengan memberi kecupan yang sama.

Ia lalu melihat ke sekeliling dan langsung disadari oleh Jupiter.

"Apa yang kamu cari?" Ares tersenyum dan menggeleng.

"Tidak ada!"

"Aku akan ganti dulu, setelah itu baru kita pergi!" sambung Ares lagi setelah memastikan tak ada Putri yang datang menonton pertandingannya. Jupiter mengangguk dengan antusias.

"Om Jay akan merayakannya di Golden Dragon, cepatlah berganti dan keluar dengan Brema!" Ares mengangguk sambil berbalik dan meluncur ke arah timnya yang sudah keluar dari lapangan ke ruang ganti. Ares dan timnya hanya melepaskan sepatu ice skating sarung tangan serta pelindung tubuh untuk menerima medali.

Sebagai pemenang, Ares datang berdiri ke podium untuk menerima piala yang kemudian akan diberikan pada timnya. Mars, Arya dan Jayden tak berhenti bertepuk tangan dan begitu bangga pada putra-putra mereka. Hanya satu yang membuat Ares tak bahagia tapi ia menyembunyikannya dengan baik yaitu kenyataan bahwa Putri hadir pada pertandingan final basket saat Jupiter bertanding tapi tidak padanya.

Kompetisi olahraga antar sekolah telah selesai dan untuk merayakannya seluruh keluarga besar The Seven Wolves berkumpul untuk pesta barbeque di markas Golden Dragon.

Jayden sudah membangun taman khusus lengkap beserta kolam renang dengan berbagai seluncuran untuk seluruh anak-anaknya. Namun acara pertama pastilah makan siang.

Ares dan Jupiter adalah dua anak yang meski sudah berusia delapan tahun yang masih suka bermanja-manja dengan Vanylla, ibu mereka. Jadi bahkan sebelum acara makan dimulai, Ares tiduran di pangkuan Vanylla sambil bermain games di ponsel sedangkan Jupiter memilih di sisi kanan sang Ibu dengan sebelah tangannya melingkar pada tubuh depannya.

Vanylla sendiri terus mengobrol dengan santai bersama Claire dan Malikha yang juga datang. Claire tersenyum melihat tingkah Ares dan Jupiter yang masih seperti balita pada ibu mereka.

"Jika Rei seperti Ares, aku akan sangat bahagia. Dia bahkan tak mau aku cium lagi di depan teman-temannya. Jadinya aku hanya bisa mencium dan memeluk Chloe saja," keluh Claire bercerita tentang anaknya.

"Aldrich lebih senang memeluk Aidan dari pada aku. Kadang ia suka lupa memberikan kecupan selamat malam," sambung Malikha tersenyum lalu melirik pada putranya Aldrich yang tengah mengerjai sang Ayah dengan memintanya menggendong di punggung. Sedang asyik berbicara, lalu muncul Jayden yang bersiul memanggil semua anak-anak agar datang dan duduk di meja makannya.

"Tapi biarpun begitu aku lebih iri pada Jayden. Lihatlah hanya dengan sekali panggilan mereka langsung bangun dan datang padanya ... " Vanylla mengeluh sambil mengibaskan kedua tangannya ke udara melihat Ares dan Jupiter langsung pergi menuruti perintah Jayden.

Nana Tantria mengatur semua anak laki-laki dan perempuan untuk duduk di tempatnya masing-masing dengan baik dan teratur. Keberuntungan itu menghampiri Ares hari ini, Putri kebetulan duduk di depannya didampingi oleh dua kakak kembarnya yaitu Mila dan Izzy.

"Perhatian semuanya, hari ini kita akan merayakan kemenangan semua anak-anak Om Jay yang bertanding dalam pentas sekolah dan olahraga ..." Ares tak lagi mendengar apa yang diucapkan Jayden sampai diiringi oleh tepuk tangan.

Pandangannya hanya tertuju pada Putri seorang. Tak ada yang menyadari termasuk Putri yang sibuk tersenyum memberikan tepuk tangan pada Om Jay. Sikutan Andrew Miller menyentakkan Ares kemudian dan ia menoleh. Andrew tahu pada siapa Ares memandang dan tersenyum.

"Kamu menyukai dia?" bisik Andrew lalu melirik pada Putri. Saat itulah Putri ikut menoleh pada Andrew dan sempat terpaku beberapa detik pada wajah tampannya. Ares memilih tak menjawab dan menundukkan pandangannya sambil menggigit bibir bawahnya. Matanya melirik lagi pada Putri sambil berpikir, apa yang harus ia lakukan agar Putri mau bicara dengannya?

Usai makan, Ares diam-diam menyodorkan sepiring marshmallow pada Putri. Putri yang melihat pura-pura tak tahu dan malah membuang muka. Hal itu membuat Ares kecewa, marshmallow itu malah diambil oleh Mila dan tersenyum manis pada Ares.

"Terima kasih, Ares!" Ares ikut tersenyum aneh dan menggaruk bagian belakang kepalanya.

14 TAHUN KEMUDIAN

Rasanya kesialan tak dianggap oleh Putri terus menerus menghampiri Ares King. Tak cukup Putri terus menerus memberinya tatapan tak bersahabat, kini ia harus melihat Putri ternyata tinggal di rumah Jupiter. Sambil menahan kesal, Ares mencoba ramah dengan bertanya keadaan Putri saat dipersilahkan masuk.

"Gimana bahu kamu? apa uda sembuh?" tanya Ares dengan santai. Putri berbalik dengan kening mengernyit.

"Kayaknya Putri gak pernah bilang bahu Putri yang sakit sama Kakak?" Ares membesarkan matanya. Mulutnya memang kadang tak bisa diajak kompromi. Ia lupa jika jaraknya dan Putri terlalu jauh untuk hanya sekedar bertanya kabar.

"Uh, Jupiter yang kasih tau!" Ares langsung menjawab dengan detak jantung yang hampir copot. Tapi ekspresi Ares begitu mencurigakan. Ia mungkin bisa menipu semua gadis di dunia ini kecuali Putri. Sangat kentara terlihat jika ia tengah berbohong.

Putri memang sudah curiga pada Ares lalu berjalan mendekat dengan pandangan yang berusaha tak ia lepaskan. Ares seperti terhipnotis dan tak bergerak sama sekali. Jika saat itu Putri menyuruhnya untuk berlutut maka Ares akan langsung jatuh tersungkur di kakinya.

"Jika Kakak mencoba mengelabui Putri, Putri gak akan pernah maafin Kak Ares," ucap Putri dengan wajah tanpa senyum dan kalimat yang langsung meremas hati Ares.

"Apa maksud kamu?" Ares memberanikan diri bertanya meski harus mengumpulkan keberanian setinggi dirinya.

"Siapa yang malam itu bawa Putri ke klinik Kak Mila? Apa benar Kak Jupiter atau ..."

"Ares?" pandangan mata Ares langsung naik saat namanya dipanggil.