Ares bukanlah seseorang yang gampang panik jika menyangkut masalah wanita. Satu satunya yang pernah membuatnya panik dan cemas hanyalah Putri saat ia terluka seperti saat beberapa hari yang lalu ketika ia tertembak.
Sekarang saat Elliot seperti separuh mengumumkan jika ia tengah mengandung bayi milik Ares, Ares masih bersikap tenang seolah tak terjadi apa pun. Ia sempat menoleh ke arah Jupiter yang terlihat sedikit cemas melihat adiknya. Tapi Jupiter belum beranjak dari tempat duduknya dan sebelah tangannya masih mengelus pundak Putri dengan lembut. Ia masih ingin melihat apa tindakan Ares untuk masalah seperti ini.
Divers dan Jason ikut memperhatikan dengan santai saat Ares dihadapkan pada masalah yang seharusnya mempermalukan sekaligus membuatnya bingung seorang pria jika mengalaminya.
"Taruhan 100 dolar, Ares akan meremas kertas itu!" ucap Divers sambil mengambil botol bir dan membukanya lalu menyerahkan pada Jason.
"Deal!" Jason mengadukan ujung botol birnya pada Divers sambil terus memperhatikan Ares. Brema kemudian datang menyodorkan sepiring cheese french fries sebagai cemilan bagi keduanya.
"Apa yang terjadi?" tanya Brema melihat seorang wanita datang melabrak Ares.
"Seorang wanita mengaku hamil bayi milik Ares!" ucap Divers sambil mengambil cemilan kentang keju itu lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
"Lagi?" tanya Brema dan Jason menaikkan botol birnya pada si Chef itu. Brema jadi ikut-ikutan duduk menonton dan mengambil satu buah bir untuk dirinya.
"Jelaskan padaku kapan dan bagaimana kamu akan bertanggung jawab pada bayimu!" ujar Elliot begitu percaya diri dengan sikapnya. Ares hanya memandang biasa saja dan meremas surat tersebut tanpa membacanya sama sekali. Elliot membelalakkan matanya saat Ares bahkan merobek kertas itu sampai hancur.
"Jika mau menjebakku, carilah cara yang lebih baik. Kenapa tidak sekalian bawa seorang anak padaku dan memanggilku dengan sebutan Ayah? Mungkin aku akan melihat kemiripan di antara kami!" ejek Ares dengan sikap yang kejam seperti biasa. Dan semua itu dilakukannya di depan Putri yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ares memang pria tanpa hati sama sekali.
Divers menahan tawa mengekehnya dan Jason dengan senang hati mengeluarkan selembar uang 100 dolar dan memberikannya pada Divers. Brema melirik pada kedua sahabatnya dan menggelengkan kepala. Ia lalu menoleh pada Arion yang memilih untuk keluar dari tempat itu setelahnya.
"Kamu memang jahat, Ares!" Elliot memakai mode menangis dan meneteskan air mata pada Ares yang jelas-jelas tak memiliki rasa iba.
"Aku sudah bilang berkali-kali padamu. Aku bukan pria baik!" Ares lalu berjalan melewati Elliot yang kemudian menarik tangannya dan berlutut di kaki Ares. Ares benar-benar kesal. Sekali lagi ia harus bertindak kasar pada seorang perempuan di depan Putri agar gambaran monster padanya tak hilang.
"Aku mohon, aku hanya ingin kamu bertanggung jawab pada bayimu!" pinta Elliot masih menangis. Ares mendengus dan sedikit melihat ke bawah.
"Bagaimana aku bisa tahu itu bayiku atau bukan? Kamu kira aku sebodoh itu!" tanya Ares dengan suara rendah. Putri tak tahan lagi melihat tindakan Ares yang begitu merendahkan seorang wanita.
"Ini bayimu, aku tidak pernah tidur dengan pria lain selain dirimu!" bantah Elliot bersikeras masih terus separuh bergantung pada lengan Ares sambil berlutut di kakinya. Ares tersenyum sinis dan menggelengkan kepalanya.
"Berapa yang kamu mau? Aku akan mengirimkan uangnya sekarang!" jawab Ares dengan dingin. Putri makin bernapas cepat melihat Ares yang berlaku kejam dan kasihan pada Elliot yang mengiba padanya. Maka ia bangun dari tempat duduknya di samping Jupiter dan menghampiri Ares.
"Dek, mau kemana?" tanya Jupiter tak sempat menghalangi karena Putri terlalu cepat berjalan ke arah Ares. Putri tak takut menghadapi Ares dan kekejamannya. Baginya sudah cukup ia melihat Ares terus menerus membuang dan menginjak banyak wanita di kakinya.
"Kakak gak boleh memperlakukan dia kayak gitu! Kakak harus bertanggung jawab!" hardik Putri dengan suara lembutnya langsung pada Ares bahkan tanpa ada basa basi terlebih dahulu. Jupiter terperangah melihat keberanian Putri yang bahkan tak berani menatap Ares langsung sebelumnya.
Sedangkan Ares tak bisa bicara ketika Putri datang dan memarahinya. Ia seperti tak mendengar suara apa pun selain milik Putri yang tengah menceramahinya agar menjadi pria yang bertanggung jawab.
"Apa yang akan pengikut Golden Dragon katakan kalo ternyata pemimpin mereka gak lebih dari sekedar seorang Player yang hanya tau berbuat tapi gak berani bertanggung jawab!" sambung Putri lagi dengan napas sedikit tersengal. Matanya hampir meneteskan air mata.
Elliot yang tak mengerti bahasa Indonesia jadi mengernyitkan kening saat mendengar seorang gadis tiba-tiba datang memarahi Ares sedangkan Ares hanya diam saja terpaku. Jika tak ada siapa pun di ruangan itu, maka mungkin Ares sudah mendorong Putri dan menciuminya sampai puas. Gara-gara itu, Ares sampai menggigit bibir bawahnya sendiri karena tak tahan namun Putri tetap mengomelinya dengan serius.
"Kakak gak boleh kayak gitu. Kakak harus tanggung jawab, kakak harus nikah sama dia!" ucap Putri tersengal dan Ares menggelengkan kepalanya. Dengan cepat Putri menampar Ares membuat seisi ruangan jadi terperangah.
"Oke kali ini, Putri benar-benar marah!" ucap Divers yang memilih membalikkan tubuhnya ke arah bar daripada menyaksikan Ares yang bisa saja membalikkan keadaan dengan berlaku kasar pada Putri. Ares tak boleh diperlakukan kasar oleh siapa pun apa pun jenis kelaminnya.
Jupiter sudah bangun dari kursinya. Ia harus melerai Putri dari Ares yang bisa saja membalas. Tapi yang terjadi setelah tamparan itu bukanlah hal yang diprediksi banyak orang.
Elliot tiba-tiba bangun dan membela Ares dengan menyerang Putri. Ia tak terima jika Putri menampar Ares.
"Dasar jalang. Kamu pikir siapa dirimu bisa menampar Ares!" sembur Elliot dengan kemarahan dan hendak menyerang Putri tapi tangan Ares lebih cepat mencekal tangan Elliot yang hendak memukul Putri.
"Aaaahhhh ... Ares!" pekik Elliot kesakitan karena tangannya dipelintir oleh Ares.
"Jangan pernah mencoba menyentuhnya, mengerti!" hardik Ares dengan nada marah. Sedangkan Putri syok melihat kejadian yang tak ia duga. Jupiter langsung datang memeluk dan menjauhkan Putri dari Elliot yang mengamuk hampir memukulnya.
"Kamu gak pa-pa, Sayang?" tanya Jupiter cemas tetap memeriksa Putri memastikan ia tak tersentuh sama sekali. Putri tercengang tapi masih bisa menggelengkan pelan. Jupiter tetap memeriksa dan baru separuh memeluknya lagi. Sedangkan Ares sudah menarik paksa Elliot dengan separuh mencengkeram rahangnya.
"Aku tidak biasa memukul perempuan, tapi aku bisa menghancurkan kepalamu jika kamu menyentuh dia seperti tadi. Aku tidak peduli kamu hamil sekalipun ... " desis Ares pada Elliot yang benar-benar ketakutan menghadapi kemarahan Ares yang tak pernah ia lihat.
"Sekarang pergi dari sini ... dan cari ayah bayimu di tempat lain. Jika aku melihatmu lagi, aku akan membuatmu menyesal sudah mengenalku, mengerti!" sambung Ares masih mengancam. Elliot hanya bisa terisak meneteskan air matanya tapi ia tak berani bicara apa pun. Nyawanya rasanya sudah hilang diperlakukan seperti itu. Ares mendorongnya dengan kasar sampai ia terjatuh ke lantai.
Semua orang kini melihat pada Elliot dan Ares dengan pandangan yang tak lagi lucu seperti tadi. Elliot berdiri dengan mata berair dan menoleh pada Ares.
"Teganya kamu berbuat seperti ini pada Ibu dari bayimu," ucap Elliot mencoba untuk yang terakhir kalinya. Ares mendengus dengan sinis tapi tak beranjak dari posisinya.
"Tadinya aku sempat kasihan dan ingin bertanggung jawab, tapi karena kamu menyentuh keluargaku, semuanya berakhir!" tegas Ares sekali lagi dengan wajah tanpa ampun sama sekali. Elliot lalu menoleh pada Putri yang kini menatapnya sedikit takut, ia terus dipeluk oleh Jupiter.
Elliot lantas berbalik dan pergi dari ruangan itu tak lama kemudian. Sedangkan Ares yang masih berdiri akhirnya berjalan menghampiri Putri.
"Apa dia sempat menyentuh kamu?" tanya Ares dengan lembut dengan jarak sedikit jauh. Putri tak menjawab dan menggelengkan kepalanya. Ares pun mengangguk.
"Maafin Kakak," gumam Ares lagi lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan itu tanpa balasan dari Putri.