Chapter 14 - In Between

Ardeth El Ardor keluar dari barisannya separuh mengejar Ares King yang baru saja bicara menolak tawaran Don Chino El Leon alias Alvaro Sanchez untuk menjadi salah satu pemasok narkoba kokain dan fentanyl.

"Hei ... " Ares berhenti dan berbalik dengan wajah datar tanpa senyuman.

"Apa!"

"Tsk ... apa kamu sudah gila?" sahut Andrew dengan wajah tersenyum sinis.

"Di sini yang gila adalah kamu, Andy!" geram Ares dengan rahang menggegas kesal.

"Jangan panggil aku, Andy!" Andrew mendelik dengan marah dan menggeram. Ares tak peduli jika kali ini ia dan Andrew akan berkelahi sekali lagi.

"Terima tawaran itu!" sambung Andrew lagi. Ares menyeringai sinis dan terkekeh kecil.

"Kamu tidak waras ya? Kamu mau meracuni orang-orang dengan narkoba! Jika kamu ingin melakukan itu, jangan sentuh wilayahku!" Andrew mendekat dan menyeringai dengan sinis.

"Sejak kapan kamu berubah jadi manusia suci, Ares? Setahuku kamu adalah iblis dari segala iblis!" Ares diam dan mengeraskan rahangnya. Rasanya pria di depannya itu bukan lagi temannya.

"Golden Dragon tidak akan membiarkanmu hidup, dasar pengkhianat!" Andrew makin tersenyum pada ancaman Ares.

"Aku sudah bukan bagian dari Golden Dragon lagi!" aku Andrew membuat Ares mendengus sinis.

"Oh ya? Tatonya tidak bisa dihapus ya? Kasihan!" ejek Ares makin memancing kemarahan Andrew tapi ia menjaga emosinya dengan baik kali ini. Andrew langsung menarik lengan Ares agar semakin menjauh dari radar El Leon sehingga mereka benar-benar bisa bicara.

"Aku perlu klub Jupiter untuk menampung barang-barang itu, DEA akan menyergapnya dan akan jadi rampasan terbesar tahun ini. Tapi kami butuh umpan!" bisik Andrew sambil melirik ke segala arah agar tak ada yang memperhatikannya.

"Apa kamu gila? Itu sama dengan melibatkan kami jadi pengedar narkoba ..."

"Ini hanya penyamaran, idiot!" tukas Andrew mencicit kesal. Ares menarik napas dan menoleh ke segala arah.

"Aku rasa itu bukan ide bagus. New York akan jadi ajang perang antar gangster jika kita membuka keran distribusi!"

"Tidak selama aku yang mengendalikannya. Dengarkan aku, bajingan tengik!" Ares ditarik oleh Andrew dan dibisiki sesuatu sampai ia sedikit menoleh dan Andrew menangguk.

"Jika kita bisa menangkapnya, selesai sudah semuanya!" tambah Andrew lagi. Ares hanya menelan ludahnya.

"Jika kamu tidak mau melakukannya, aku akan beritahu El Leon jika kamu bukan Jupiter tapi Ares!" Ares makin kesal, Andrew sangat pintar menjebak dan memeras orang lain.

"Aku adalah Jupiter!" Andrew menyengir sinis.

"Kamu bisa menipu semua orang kecuali aku, sekalipun kamu bertingkah seperti Jupiter, tapi kamu tetap bukan dia!" balas Andrew makin sinis.

"Kenapa? Karena aku jahat dan dia hebat?" tanya Ares berniat menyindir.

"Benar sekali, kenapa masih bertanya?" Ares makin cemberut mendengarnya sampai matanya membesar gara-gara namanya dipanggil oleh Nana Tantria.

"Ares?" Tantria mendekat dan Andrew tak sengaja menoleh ke belakang. Ia langsung membuang muka seperti seseorang yang tertangkap basah mencuri.

"Andy?" sapa Tantri dengan suara lembutnya makin mendekat.

"Apa yang kamu lakukan, dasar brengsek! Kamu membawa Nenekku ke klub ... " Andrew menolak bahu Ares yang terluka dengan keras sampai ia kesakitan tapi kemudian berbalik dan langsung semringah memeluk Tantri.

"Oh, hai Nana!" sapa Andrew dengan senyuman lebar dan memeluk Tantria yang ikut memeluknya erat.

"Oh, cucuku! Kamu kemana saja? Kamu sudah tidak pernah pulang lagi ke rumah Nana?" tanya Tantri sambil melepas pelukannya tapi tak melepaskan pegangannya pada kedua lengan Andrew. Andrew jadi kelimpungan bingung harus bicara apa. Dia sedang menyamar dan semuanya bisa gagal gara-gara Ares membawa Tantri bersamanya.

"Uh, Nana ... aku akan menemuimu besok. Okay, sekarang. Nana pulang dan beristirahat ..." Ares ditarik lagi oleh Andrew dengan separuh dicekik olehnya.

"Si bodoh ini akan mengantarkan Nana pulang sekarang. Aku mencintaimu!" Andrew melepaskan Ares lalu ia memeluk Tantria lagi sambil mencium kedua pipi, kening dan ujung kepalanya dengan sikap lembut. Tantri hanya tersenyum saja dan mengangguk pada Andrew yang langsung berbalik dan mendorong Ares agak sedikit menjauh dari Tantria.

"Apa kamu gila membawa Nana kemari? Tempat ini penuh alkohol dan perempuan bayaran!" desis Andrew makin kesal pada Ares.

"Ayolah, Andy. Nana tidak harus terus menerus di rumah. Aku ingin dia menikmati hidup. Lagi pula dia berada di kamar VIP bukan di bar. Aku pasti akan menjaga Nana!" Ares membuat alasannya. Andrew mendengus kesal dan memegang bahu Ares yang terluka lalu meremasnya sampai Ares kesakitan lagi.

"Lakukan yang aku suruh, dan bawa Nana pulang sekarang! Dasar bodoh!" Andrew lalu mendorong Ares sehingga ia bisa menerobos dan kembali ke sudut El Leon berada. Ares sempat memegang bahunya dan menoleh pada Andrew yang benar-benar kasar padanya.

"Apa yang terjadi, Nak?" tanya Tantria menghampiri Ares. Ares langsung menegakkan tubuhnya dan tersenyum agar Tantri tak tahu jika ia sedang kesakitan.

"Gak ada, Nana. Ayo kita ke dalam setelah itu kita pulang. Nana harus istirahat sebentar lagi jam 10." Tantri tersenyum menggelengkan kepalanya pada Ares.

"Nana benar-benar heran sama kalian. Kenapa kalian memperlakukan Nana seperti anak kecil!" gerutu Tantri langsung berbalik meninggalkan Ares yang terpaku sejenak. Ares lantas mengikuti Tantri sebelum ia berhenti di depan pintu dan berbalik menoleh ke arah sudut El Leon tengah duduk. Ia lantas memanggil Shao keluar dan bicara tentang apa yang harus dilakukan dan rencana terselubung mereka. Setelah Shao mengangguk, Ares kembali ke meja El Leon.

"Aku sudah memutuskan. Aku minta 40 persen dari seluruh keuntungan!" ujar Ares berdiri di depan El Leon membuat kesepakatan dengannya. El Leon terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

"30 ... tidak ada kompromi!" balas El Leon. Ares lalu melirik pada Ardeth El Ardor yang sedikit mengangguk padanya.

"35, aku akan menyediakan tempat khusus untuk kalian. Tanpa polisi ... karena NYPD sudah aku kuasai, bagaimana?" tawar Ares lagi. Ujung bibir El Leon terangkat dan akhirnya ia mengangguk.

"Deal!" Ardor alias Andrew menarik sedikit napas leganya. Tangannya makin turun ke bawah pinggang gadis yang tengah bersamanya dan perlahan ia meremas bokongnya.

"Good play, mate!" gumamnya hanya di dengar sang gadis dan ia tersenyum sebelum mengulum bibir El Ardor.

***

Usai malam yang membuat Ares tak bisa tidur karena harus menyusun rencana bersama Aldrich dan Rei, ia merasa harus bicara pada Jupiter. Hanya berdua saja. dan ia tak bisa melakukannya entah itu di Golden Dragon atau di kantor.

Jupiter tampaknya lebih sibuk sekarang tapi Ares tak menyangka ternyata Putri tinggal dengan Kakaknya itu selama masa penyembuhan lukanya. Jadi begitu Ares datang ke rumah Jupiter, malah Putri yang membuka pintu.

Rasa kaku dan aneh langsung menyerang Ares begitu ia melihat Putri lah yang membuka pintu. Tak seperti Ares yang memiliki lift khusus langsung ke apartemennya, milik Jupiter jauh lebih sederhana. Ia memiliki penthouse tapi tak suka terlalu eksklusif seperti memiliki lift pribadi atau garasi mewah.

"Uhm ... hai, Jupiter ada?" tanya Ares dengan ludah yang susah payah telan. Putri agak sedikit kaget melihat Ares yang datang meski ia juga selalu tercekat jika dekat dengannya.

"A-ada, Kak. Masuk!" Ares mengangguk tapi tak berani menaikkan pandangannya pada Putri. Ares mengikutinya masuk dan mencoba berbasa basi agar tenggorokannya bisa sedikit lega.

"Gimana bahu kamu? apa uda sembuh?" tanya Ares dengan santai. Putri berbalik dengan kening mengernyit.

"Kayaknya Putri gak pernah bilang bahu Putri yang sakit sama Kakak?"