25. kau yang tidak menyadarinya
Sejak sering jalan berdua dengan Chika perasaan Rio semakin tidak karuan. Cowok itu jadi sering memikirkan Chika di sepanjang harinya.
"duhh gue kanapa sih, kok bayangan wajah Chika selalu muncul dalam ingatan gue." Lelaki itu hampir frustasi untuk menghentikan pemikirannya tentang Chika.
"apa gue udah beanr-benar tertarik dengannya? Atau ini hanya saebatas rasa nyaman sja," ujar Rio.
Deka sudah berjalan ke tempat pertemuannya dengan dua orang yang membuatnya hancur.
"cihhh, punya nyali juga rupannya kau!" cerca seorang yang sudah beridri di depan Alex.
"kau fikir aku seorang pengecut," ucap Alex yang terdengar justru seperti seorang yang menantang.
"kau fikir dengan tubuhmu yang sama sekali tidak ada apa-apanya denganku itu bisa melawanku. Jangan mimpi," tegas Abbas. Laki-laki itu akhirnya bersuara setelah tadi Anselah yang membuka suara lebih dulu.
"cihh, jangan bangga dulu kalian. Aku sama sekali tidak akan mundur sebelum kau katakan apa motif kalian membuatku hidupku berantakan seperti sekarang ini. Apa kalian sengaja atau ada faktor lalin yang menyebabkannya," ucap Alex.
"hahhahaha, rupanya kau maasih penasaran dengan itu. Akku tidak akan pernah mngatakannya padamu, dan kau tau ini belum seberapa. Aku bisa melakukan lebih dari ini!" tegas Ansel.
"kau," emosi Alex meluap. Lelaki itu bersiap akan memukul orang di hadapannya.
Pergerakannya terhenti saat Ansel memeperlihatkan foto seorang gadis yang tengah berdiri di dekat Eifel.
"jangan coba-coba kau sentuh dia atau aku akan membuatmu menyesal!" tegas Alex.
"siapa kau bisa melarangku. Aku tidak aan segan-segan turut menghancurkannya jika kua berani macam-macam."
Alex mengurungkan niatnya untuk memukul kedua lelaki di hadapannya. Dan sekaramg Alex lah yang mejadi bahan pukulan kedua laki-laki itu.
Setelah puas memukuli Alex keduanya pergi setelah berkata "ini belum bisa menebus dendamku padamu,' ujar Ansel.
Sambil meringis menahan sakit Alex mencoba bangkit sekuat yang ia bisa. Memar di wajahnya dan juga tendangan di akkinya cukup serius, sehingga membuat Alex berulang kali kehilangan keseimbangannya.
Di saat yanng bersamaan, Chika lewat di depan Alex. Awalya gadis itu tampakmengabaikan Alex. Namun, setelah menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada Alex Chika pun menghampiri.
Baru saja gadis itu sampai di depan Alex, lelaki itu jatuh pingsan.
"Alex, kamu kenapa?" tanya Chika panik.
Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Chika baru menyadari kalau lelaki itu tidak sadarkan diri. Kemudian dengan sekuat tenaga Chika membaawa Alex ke Apartemennya.
"apa yang terjadi, kenapa selutuh wajahnya memar?" tanya Chika di dalam hati.
Chika pun kemudian mengabil aie es dan kain kompres untuk mengompres luka memar di wajah Alex.
Perlahan Chika memegangi wajah Alex, ada rasa sakit di hatinya melihat Alex seperti ini. Namun, rasa kecewa pun juga menguasainya.
Gadis itu sangat bimbang sekali dengan apa yang harus di lakukannya. Logisnya tidak mungkin juuga selamanya ia akan membenci Alex tanpa mendengarkan penjelasannya lebih dulu. Tapi rasa sakit ni begitu meguasainya hingga otaknya hanya di isi dengan keegoisannya saja.
"bshksn sku pun tidsk msmpu untuk memebencimu dengsn hatiku Lex," ujar Chika lirih.
Setelah beberapa menit kemudian Alex tersadar dari pingsannya. Lelaki memutar bola matanya ke seleuruh ruangan. Tempat asing, dimanakah ia sekarang?
"lo udah sadar?" tanya Chika dengan raut dingin.
"Chika," ujar Alex.
"jangan berfikir aku peduli padamu, aku menolongmu karena rasa kemanusiaan saja!" tegas Chika.
"hmmmm." Hanya itu yang keluar dari bibir Alex.
Untuk berdebat ia masih sangat lemah sekali, dan a harus mengumpulkan energinya agar bis segera bangkit dan kembali ke Apartemennya.
"nih minum dulu," saran Chika.
Gadis itu menyodorkan secangkir teh hangat untuk Alex.
"makasih," ucap Alex.
Rasanya sangat aneh sekali untuk keduanya yang bersikap seperti seorang asing. Chika yang biasanya selalu manja dengan Alex kini tidak lagi menampakannya. Bahkan sepertinya rasa itu sudah hilang sejak satu tahun yang lalu.
"aku akan kembali ke Apartemenku," ujar Alex.
"silahkan, itu lebih baik bukan!" tegas Chika.
"apapkah tidak ada sedikit saja rasa khawatirmu terhadpaku? Apakah semua itu sudah tertutup dengan kebencian." Batin Alex.
Dengan susah payah dan sekuat tenaga Alex mencoba bangkit dari duduknya. Rasa pusing di kepalanya masih sangat terasa dan itu membuat pertahannya kurang dan hampir saja oleng kalau Chika tidak memeganginya.
"kalau belum enakan jangan sok deh, merepotkan orang saja," cetus Chika.
"aku hanya ingin kembali ke Apartemenku dan maaf kalau sudah merepotkanmu," ucap Alex.
Alex mencoba untuk bangkit lagi dan kali ini ia harus berhasil. Ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan Chika. Itu sangat memalukan.
Tidakkk!
"Lo harus bisa Lek, lo bukan cowok lemah" batinnya.
Dengan tenaga yang tersisa akhirnya kini Alex sudah sampai di Apartemennya. Tumpah sudah air matanya, bukan karena ia lemah. Namun, ia sangat sedih dengan sikap gadis yang di cintainya.
"apakah sebenci itu kau padaku?" tanya Alex di sela-sela tangisnya.
Sementara di Apartemennya Chika tak kalah sedih karena harus berucap seperti itu pada Alex. Hatinya menolak untuk membenci tapi egonya sangat tinggi.
"aku tau saat ini pasti kamu sakit hati sekali padaku Lex. Tapi bukakankah itu lebih baik untuk kita," ujarnya dalam hati.
Gadis itu beralih pada laptopnya dan menyelesaikan tugasnya. Ia harus menghindari fikiran yang membuat moodnya kembali berantakan. Kalau hari ini ia bertemu dengan Alex mungkin itu hanya sebuah kebetulan saja.
Sore telah menjemput, kini senja sudah terpampang jelas tempat atas tempat peradapannya sebelum ia aakan benar-benar tenggelam. Warna kuning orange bercampur jingga menciptakan magic hour yang sangat indah. Dan itu benar-benar sangat indah untuk di pandang.
"andai waktu ini bisa berputar pada 1 tahun yang lalu, saat kebahagiaan itu lengkap aku miliki." Gadis itu hanya bisa menatap jauh masalalunya.
Kemudian seulas senyum tercetak di bibir manisnya. Sangat manis sekali saat ia membayangkan ciumannya bersama Alex 1 tahun yang lalu sebelum lelaki itu pergi.
Kenangan manis memang akan selalu terkesan. Namun, justru akan membuat luka jika mengingatnya.
Seperti yang di rasakan Chika saat ini, ia sangat tertekan sekali dengan semua ini. Dengan perasaannya yang sudah tidak tau mau di bawa kemana, dan dengan rasa kecewanya yang sangat mendalam.
Mingkinkah perasaan cintanya itu masih sama pada Alex, atau mungkin justru perlahan sudah memudar. Chika tidak tau apakah ia akan bisa memaafkan Alex ataukah tidak.
Di lain sisi, Rio masih berkecamuk dengan fikirannya.
Apakah mugkin Rio telah jatuh cinta kepada Chika tapna ia menyadarinya?
Dan akankah Rio aan memperjuangkan perasaanya jika ia benar teah jatuh cinta pada Chika?