Chereads / Meet In Paris / Chapter 28 - Bab 28

Chapter 28 - Bab 28

28. halusinasi Alex

Alex tidak akan membiarkan hidupnya yang seaperti ini terus berlarut. Jika bukan dengan cara ini ia tidak akan terbebas dari segala rasa sakit yang di deritanya. Ia harus kuat, dan menahan untuk jauh dari obat-obatan terlarang itu.

Sialll!

Brengsek, benar-benar brengssek.

Berkali-kali laki-laki itu mengumpat. Ia bahkan sudah terbawa emosi dan membanting segala apa yang ada di depannya.

Bhkan bubur yng masih tersisa di mangkuk pun ikut ia banting. Namun, setelah melihat bubur itu berceceran Alex justru mengambilnya dan memakannya.

Ia sudah seperti orang gila saat ini, penampilannya pun begitu acak-acakan. Darah segar pun sudah mengalir dari sela-sela jari tangannya.

Bersamaan dengan itu Chika kebetulan masuk untuk mengantarkan camilan untuk Alex.

"astaga, Lex kamu kenapa?" tanya Chika panik.

Gadis itu kemudian mengambil perban dan obat-obatan di kotak p3k milik Alex. Segera ia mengambil air hangat dari dispenser di sebelahnya. Kemudian ia membasuh jari Alex menggunakan waslap, setelah itu ia beri obat tetes lalu di bungkus menggunakan perban dan plester.

"kamu udan gila ya, kenapa kamu lukai diri kamu sendiri Lex ada apa?" tanya Chika. Suaranya penh dengan penekanan.

"a ... aku gak papa kok," sahut Alex lemah.

"jangan bilang kalau kamu gak papa, liht jari kamu berdarah. Bagaiamana kalau sampai terjadi infeksi," cetus Chika.

"udah aku bilang aku gak papa, kamu jangan sok peduli deh sama aku," sentak Alex.

"oke kalau emang itu mau kamu. Aku hanya khawatir saja sama kamu," sahut Chika. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Alex baru saja membentaknya.

"maaf."

"gak perlu minta maaf, kamu emang benar kok harusnya aku itu udah gak peduli lagi sama kamu. Harusnya kita udah sangat jauh," ujar Chika.

"bukan itu maksut aku Chik, kamu jangan mengartikannya begitu."

"semua udah jelas Lex, dan mungkin menjauh dari kamu itu memang yang terbaik untuk kita," ujar Chika.

Gadis itu kemudian berlalu keluar dari Apartemen Alex tanpa menoleh lagi ke belakang. Ia sungguh sangat kecewa dengan Alex hari ini.

"gue banar-benar laki-laki yang tidak berguna!" teeriak Alex penuh keputuasaan.

Lelaki itu kemudian keluar dari Apartemennya dan segera menghubungi Abbas dan Ansel. Kali ini ia akan membuat perhitungan pada mereka. Tidak terima sekali rasnya ia menadapatkan penghinaan semacam itu.

"bukan aku yang akan kalah, tpi kau yang akan kalah!" tegasnya.

Lama Alex menunggu akhirnya yang d tunggu-tunggunya telah datang juga. Alex segera mendekat ke arah kedua orang itu dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar.

"bangsat! Bajingan lo."

Lelaki itu terlihat sangat murka sekali. Dan raut mukanya pun sudah terlihat kalau ia terlihat sangat marah sekali.

"apa lo bilang, jangan sok berani lo jadi bocah. Lo itu bukan lawan kita," sahut Ansel.

"ahh, bacot lo! Kalian dengar ya meskipun gue itu bocah tapi setidaknya gue gak ada rasa takut-takutnya sama kalian berdua. Kemarin gue emang sengaja tidak melawan, tapi kali ini gue gak akan diam aja," ujar Alex.

"kita lihat seberapa besar nyali elo, palingan juga Cuma mental kerupuk aja," tukas Abbas.

Perkelahian pun terjadi, dengan amarahnya yang menjadi Alex melawan dua orang sekaligus.

"ini karena kalian sudah membuat hidup gue sehancur ini, dan untuk ini karena keamrin kalian sudah berani menyentuh tubuhku dengan pukulan kalian," ujar Alex.

Kedua tabgan laki-laki itu langsung menyentuh Abbas dan Ansel secara bersamaan. Entah mendapat kekuatan dar mana ia bisa melawan dua orang itu. Bahkan hanya dengan beberapa pukulan Alex sudah berhasil mengalahkan keduanya.

"ini yang kalian sebut bocah! Kalia terlalu munafik untuk mengakui kelemahan kalian."

Puas sekali rasanya saat Alex sudah bisa melampiaskan kekesalannya. Malam ini Alex bisa tidur dengan tenang, meski ia tau masalah baru besok akan muncul.

Baginya masalah adalah seninya hidup, dan ia tidak takut untuk menghadapi itu. Asalkan satu hal yang harus ia punyai yaitu kekuatan dari gadis yang di cintainya, karena bersama dengan itu ia akan kuat. Ia juga sangat yakin kalau Tuhan itu tidak tidur, dan ia akan selalu ada untuknya.

Sebesar apa usaha seseorang yang akan merusak kebahagiaanmu, aku tidak akan membiarkannya itu terjadi.

Sampai di Apartemennya, Alex langsung mereahkan badannya. Meskipun keringat membasahi tubuhnya akibat perkelahian tadi, rupanya Alex tidak ingin seagera mandi.

ia ingin mencium keringat itu, bukti bahwa rasa kemarahannya telah terbalaskan.

Seentara di ruangan berbeda, Chika telah memandangi sebuah kertas yang memperlihatkan potretnya dengan Alex. Saat itu terlihat bahwa meraka sangat bahagia sekali. Dari captionya mereka terlihat tengah menikmati kebahagiaan itu.

"andai waktu bisa kembali 1 hari saja Lex, rasanya aku sangat rindu dengan masa kita dulu. Kita yang terlihat begitu bahagia saat itu," gumam Chika.

Jika di berika pilihan, maka Chika akan memilih ketika ia belum mengenal cinta. Karena saat itu rasanya hidupnya lebih damai meskipun kekosongan yanag menemaninya saat itu.

Sebelumnya, Chika tak merasa serumit saat ini. Namun, setelah cinta datang di dalam hidupnya ia merasa semuanya terasa begitu rumit. Bahkan Chika sendiri tidak dapat mengendalikan keadaanya sendiri.

Jika kata janji itu sudah terucap, maka seharusnya sudah menjadi keseharusan untuk kita menepatinya. Janji adalah tetap janji bagaimana pun itu kedaanya.

Apakah janji-janjinya dengan Alex dulu msih harus di tepati, atau haruskah Chikamelupakan janji itu karena nyatanya Alex sendiri pun mengabaikan janji itu.

"gue gak tau Lex, apakah janji itu masih berlaku sementara elo sendiri yang sudah lebih dulu meninggalkanku. Bahkan elo sengaja menghindar di saat kita telah dekat," ujar Chika.

Semangat baru untuk hari yang baru, itulah yang akan Chika ucapkan di setiap pagi ketika ia baru bangun dari tidurnya. Karena baginya itu semangat datangnya dari diri kita sendiri, karena jika dari orang lain itu akan di sebut sebagai motivasi.

Angun dri ranjang empuk yang selalu setia menemani tidurnya selama berada di Paris ini, gadis itu pun langsung beranjak menuju kamar mandi. Setelahy menyelesaikan ritual mandinya dan sudah memakai pakaian lengkap Chika pun segera merias dirinya.

Hari ini ada mata kuliah yang mengharuskan ia berangkat pagi sekali, jadi ia harus segera berangkat untuk menghindari dari kata terlambat.

Karena kalau sampai itu terjadi maka urusannya akan menjadi sangat panjang dan hukuman adalah hal yang harus Chika lakukan.

"kalau bukan karena kuliah pagi dan mapel si dosen galak itu mana mau gue bangun sepagi ini, mandi sepagi ini, huaaaah. Tuh kan gue masih mengantuk," oceh Chika.

Gadis itu keluar dari Apartemenya kemudian melangkahkan kakinya menuju ke kampus.