Mendengar hal itu, hatiku sakit dan marah. Bisa bisanya mereka ingin melecehkan gadis yang masih kecil dan tak tahu apa apa!
Bergegas aku berbalik dan menuju arah suara mereka, hanya untuk melihat punggung ketiga pria brengsek itu. Mereka terlihat sedang mengelilingi dan memegangi tangan gadis kecil yang malang itu. Gadis itu meronta hebat, tapi dia tak bisa mengimbangi kekuatan 3 pria kekar itu.
"Lepas! Lepaskan aku,sampah! Beraninya kalian!"
"Ssssh....Gadis mungil diam saja ya. Sek....UWAAAAARGGH!!!!???"
Aku dengan cepat menyelinap ke belakang mereka, memegang kepala salah satu dari mereka. Secepat kilat kutarik rambutnya dan mendorongnya ke arah dinding labirin. Sekejap saja pria itu telah terkapar kesakitan, kepalanya terlihat berlumuran darah, terkena serpihan tanah yang runcing dan tajam di sepanjang dinding, yang dengan kejam menusuk dan merobek kulit kepalanya. Memang terlihat licik menyerang musuh yang lengah dari belakang, tapi aku tak akan membuang waktu untuk berteriak pada mereka dengan naif. Tapi, walau satu orang telah tumbang, masih tersisa dua orang. Mereka yang kaget melihat temannya diserang segera berbalik dan menatapku dengan marah.
"Ricoooo!"
"Siapa kau, wanita jal*ng?"
"Beraninya kau! Akan kubuat kau membayarnya!"
Salah satu dari mereka yang memiliki tubuh paling kekar secepat kilat menerjang kearahku. Reflek, aku melompat ke samping dan menghindarinya, tapi ternyata pria itu memiliki gerakan yang lebih cepat. Dia mencengkeram tanganku dan menariknya. Aku mencoba meninju wajahnya, tapi dia dengan mudah menangkisnya dan meninju perutku sampai aku terlempar ke belakang.
"Uhuk.... uuuugh..." Aku mencoba bangkit, tapi aku hanya bisa duduk dan memuntahkan seteguk darah. Perutku rasanya sakit sekali. Sial, aku belum cukup kuat sekarang, apalagi aku sedang tak membawa satu pun senjata.
Aku belum bisa bangkit saat pria itu tiba tiba melesat dan berdiri di hadapanku. Menggunakan kaki kuatnya,dia menendang wajahku hingga aku berbaring terlentang tak berdaya. Saat aku mencoba bangkit, kaki kanan pria itu menginjak paha kananku, sedangkan kakinya yang lain menginjak pergelangan tangan kiriku. Dia menginjak dengan sangat kuat. Aku berusaha meronta-ronta, tapi dia sama sekali tak terpengaruh.
"Hmm...Wajahmu lumayan juga ya," Dia menatapku dengan tatapan dan seringai yang menjijikkan, membuatku ingin meludahinya jika bisa. "Kulitmu juga putih dan mulus. Haha...Rejeki nom.....Hei, apa apaan kau bocah?"
Bocah perempuan tadi berusaha untuk menolong, dengan memukul mukul pria yang menginjak ku. Ternyata dia cukup bodoh. Walaupun dia bisa lari, dia tidak melakukannya dan membantuku. Tapi, pukulannya terlalu lemah untuk membuat goyah pria kekar ini.
"Hei Nico, bantu urus nih bocah." Dia berteriak pada temannya yang sejak tadi memeriksa detak jantung pria lainnya yang telah terbaring KO. Yang dipanggil segera bangkit, mencengkeram tangan gadis itu dan membawanya menjauh. Gadis itu terus meronta dan berteriak.
"Lepaskan dia sampah! Cepat lepas!" Gadis ini ternyata memiliki hati yang baik. "Lepaskan pelayanku agar dia bisa membawaku pulang!"
Yah...setengah baik tentunya.
Tapi dia cukup memberikan pengalih perhatian. Saat mereka tak mengawasi ku, tangan kananku bergegas mengambil sisa benih di sakuku.
"Nah, sekarang gilir....Uaaaargh!" Saat dia berbalik, aku melempar segenggam benih itu ke matanya sekuat tenaga. Beberapa berhasil masuk ke matanya. Pria itu mengerang dan memegang matanya yang perih.
"Kamu!!!!!!" Saat dia sibuk mengusap matanya, aku segera mengambil segenggam benih lagi dan kulemparkan ke arah matanya yg sedikit terbuka. Dia mengerang kesakitan dan berjalan mundur ke belakang. Tak kulewatkan kesempatan ini, kutendang dia sekuat tenaga ke arah dinding labirin di sampingnya yang memiliki banyak tanah keras runcing dan tajam. Dia berteriak kesakitan saat beberapa tanah tajam menusuk tubuhnya. Dia menggeliat melepaskan dirinya dari tusukan dan setelah lepas, dia terbaring kesakitan di permukaan tanah.
"Diam atau bocah ini mati!" Aku tersentak saat mendengar suara itu. Benar, masih ada satu lagi. Pria itu berdiri agak jauh dan kakinya sedikit gemetar saat dia melihat temannya terluka.
Tapi, ada satu masalah. Dia sedang menyandera gadis cilik itu. Tangannya membungkus lengan atas dan dadanya, sedangkan tangan satunya membekap mulut gadis itu.
Saat aku tengah memikirkan harus berbuat apa, pria itu berteriak kesakitan. Sepertinya dia sedang lengah sehingga memberikan kesempatan gadis itu untuk menggigit lengannya sekuat tenaga. Saat genggaman nya melemah, si gadis cilik menendang selangkangan pria malang itu, membuatnya jatuh terduduk. Ternyata gadis ini cukup terampil.
"Hei, apa lagi yang kau tunggu bodoh? Cepat lari!" Saat aku masih tercengang, bocah ini sudah berada di sampingku. Dia menarik tanganku untuk berlari menjauh. Saat kesadaranku kembali, aku berlari sambil memegang tangannya. Cukup sulit karena tubuhku masih terasa sakit, tapi dengan dia memegang tanganku, aku bisa mengendalikan tubuhku dan terus berlari. Setelah merasa cukup jauh, kami berhenti dengan napas terengah-engah. Kulihat ke belakang, untungnya pria itu tidak mengikuti. Yah, dengan kedua rekannya yang terluka, mustahil dia akan mengejar kami.
"Hei, cepat bawa aku keluar dari sini!" Bocah itu tiba tiba membentakku. Tapi aku tak menghiraukan nya. Melihat matahari semakin condong ke arah barat membuatku panik. Segera kuangkat tanganku. Untunglah masih ada cahaya matahari yang menerpa tanganku, memberikan petunjuk jalan menuju arah barat.
"Haaah...pasti kamu juga tidak bisa kan? Sama seperti para sampah itu." Gadis itu menyilangkan tangannya sambil terus menggerutu.
Aku hanya meliriknya dan berkata, "Cepat, ikuti aku!" Aku berjalan menuju arah barat tanpa menghiraukannya. Gadis itu terdiam dan sedikit kaget, namun akhirnya dia berlari kecil menyusul ku.
"Hei, kamu tahu jalan keluarnya? Kok bisa? Hei, kamu beneran tahu kan? Jangan sampai kita tersesat lebih jauh! Kamu beneran bisa bawa aku keluar?" Dia berjalan disampingku. Matanya menatapku, sementara mulutnya terus berbicara. Aku memutuskan untuk tak menghiraukannya. Jangan membuang waktu lagi. Ah, lagi lagi ada tiga cabang jalan di hadapanku. Dengan cara yang sama aku memilih jalan di depanku.
"Hei! Bagaimana kamu bisa dengan mudah memilih jalan? Kamu ingin apa hah? Terlihat keren di depanku? Ingin jabatan? Harta?" Uuuh...Bocah ini sangat bawel dan berisik.
"Hei! Kau dengar? Jawab aku!" Gadis itu tiba tiba melesat dan menghadangku. Matanya menatapku dari kepala hingga kaki. Dia sungguh kekanak-kanakan. "Kau ingin membawaku kemana? Menculikku?"
Aku hanya bisa menghela napas. Kalau aku terus mengabaikannya, dia akan semakin mengganggu. Aku memegang tangannya dan menariknya untuk terus berjalan. Sebelum dia sempat mengoceh lagi, aku mengeluarkan suara terlebih dahulu.
"Aku tahu karena aku jauh lebih pintar dan berpengalaman. Aku juga tak berniat jahat padamu. Kalau tak percaya, sana cari jalan keluar sendiri." Kulepaskan genggamanku pada tangannya.
"Huh!" Gadis cilik itu membuat ekspresi cemberut, tapi dia tetap mengikutiku.
"Ngomong ngomong, siapa namamu?" Kuputuskan bertanya padanya, karena aku juga penasaran kenapa dia bisa ikut ujian ini sendirian. Dia juga cukup terampil dan cerdas untuk anak seumurnya.
"Namaku Sukma! Sukma Jaya!"
"Oh...."
"Hei....Apa apaan ekspresi mu itu? Kau tidak tahu siapa aku?"
"Kau Sukma kan?"
"Bukan itu! Kau tidak tahu kedudukan ku?"
"...Tidak."
"Aku ini Putri! Putri Sukma!"
"Oooh..." Aku tak pernah membaca atau melihat namanya di game 'The Another World', jadi aku tidak terlalu peduli.
"Tunggu! Kau beneran tidak tahu? Aku ini Putri dari Kerajaan 'Flame Of Eternity'! Kerajaan terkuat di seluruh dunia!"
'Flame Of Eternity Kingdom' atau Kerajaan Api Keabadian, merupakan Kerajaan terkuat di dunia ini. Tempat tinggalku sekarang dan lokasi ujian ini juga berada di wilayahnya. Raja pertama yang mendirikan kerajaan ini terkenal akan kesaktian dan kekuatan elemen apinya. Tersebar legenda bahwa dia membantai dan membakar kerajaan sebelumnya dan mendirikan 'Flame Of Eternity Kingdom' sendirian. Legenda yang cocok dengan nama Kerajaannya.
Beberapa Kerajaan lain pernah menyerang karena melimpahnya sumber daya alam dan lokasinya berada di tengah-tengah kerajaan lain yang sangat strategis, tapi mereka semua kalah telak dan dihabisi oleh para prajurit dan ksatria Kerajaan yang tangguh, sehingga tak ada lagi yang berani menyerang. Pangeran Kusuma Jaya juga berasal dari Kerajaan ini. Semenjak kecelakaan yang merenggut nyawa Raja dan Ratu, dia dijuluki Putra Mahkota sebagai pewaris tahta yang sah. Jika mau, dia bisa menjadi raja kapan saja. Namun, sang Pangeran menolak dan mengatakan akan menduduki tahta saat sudah siap. Beliau lebih memilih untuk menjadi seorang petualang.
Sebentar, gadis ini mengaku Putri dari Kerajaan itu? Itu artinya dia adik dari Pangeran Kusuma?
Selama aku bermain game 'The Another World' dan memakai karakter Pangeran Kusuma, dia selalu diceritakan sendirian. Tak pernah diceritakan kalau dia memiliki saudara kandung. Orang tuanya , Raja Abdi Jaya dan Ratu Ningsih Jaya juga telah meninggal saat Pangeran berusia 10 tahun dan sekarang tahta dipegang sementara oleh Pamannya. Lalu siapa gadis ini? Apakah dia hanya menghayal dan berbohong?
"Oooh...Maaf tuan Putri....Aku lupa..." Yah...Aku tak ingin berdebat dengannya dan memutuskan untuk mengikuti imajinasinya.
"Hmmph...Bisa bisanya kau lupa Putri sepertiku. Eh...dia menolongku tanpa tahu aku ini Putri?" Sukma berbisik pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya.
"Eh iya, kenapa kau bisa berada di sini sendirian? Tempat ini cukup berbahaya. Kau masih kecil, tak seharusnya mengikuti ujian berat ini."
"Aku....hanya ingin bertemu Kakakku. Sudah 2 tahun dia meninggalkanku dan pergi berlatih bersama gurunya. Aku rindu dia. Saat kudengar kabar dia ikut ujian ini, aku diam diam pergi dan mengikuti ujian ini."
"Sungguh Kakak yang tak bertanggung jawab..."
"Hei!"
'