"Itu Kakakku!"
Sukma berteriak dengan gembira dan matanya berbinar. Tangannya menunjuk ke suatu arah. Aku melihat ke tempat yang ditunjuknya, tapi aku melihat terlalu banyak orang. Dimana mana terdapat orang yang sibuk dengan aktivitasnya, seperti ngobrol, duduk santai, makan dan sebagainya. Aku tidak bisa menebak siapa yang ditunjuk Sukma.
"Kakaaaak!" Sukma berlari ke tempat yang ditunjuknya dan meninggalkanku sendirian. Aku tersenyum melihat tubuh gadis kecil itu yang semakin menghilang dari pandangan. Akhirnya dia bisa bertemu dengan orang yang dicarinya selama ini. Aku memutuskan untuk tidak mengikutinya. Toh dia juga sudah melihat dan menemukan Kakaknya. Mataku sekarang memandangi sekitar, mencari Ajeng jikalau dia juga lulus.
"Permisi."
Sebuah suara indah namun tegas muncul dari arah belakang berhasil membuatku kaget. Aku segera berbalik dan melihat pengawas ujian kedua berdiri di hadapanku. Dibelakangnya terlihat Ajeng yang sedang menyeringai menyebalkan. Jadi dia juga berhasil lulus.
"Eh...em..ya? Ada apa pengawas ujian kedua?" Aku menyapanya dengan sedikit canggung.
Yang kusapa tersenyum dan berkata, "Pengawas Ujian? Ah maaf. Aku belum memperkenalkan diriku ya? Perkenalkan namaku Dara." Dara mengulurkan tangannya.
Aku pun menyalaminya. "Ah iya, namaku Sekar. Salam kenal, Kak Dara."
"Ah, santai saja. Tidak usah tegang hohoho," Dara terlihat tambah gembira. "Ah selamat ya Sekar. Kamu berhasil lulus dari ujian kedua ini. Boleh kutanya tanya sebentar? Untuk pendaftaran ujian berikutnya." Dara terlihat mengeluarkan sebuah kertas dan pena tinta kuno.
"Ah. Tentu saja boleh, Kak."
"Terima kasih. Pertama tama, siapa nama lengkapmu dan kedua orang tuamu?"
"Namaku Sekar Darapuspita. Aku putri dari pasangan Aryo Gunawan dan Kanjeng Sri Puspita."
"Oh, sudah kuduga kau juga termasuk bangsawan." Wajahnya terlihat sedikit berubah. Ada apa? Apa yang salah? "Tempat tinggal?"
Setelah beberapa menit, aku telah menjawab semua pertanyaan. Dara terlihat puas setelah mencatat semua informasi itu.
"Baik Sekar. Selamat sekali lagi ya telah berhasil lulus dari ujian kedua. Sekarang kamu bisa pulang dan istirahat. Kamu bisa mengikuti ujian terakhir. Ujian ketiga akan diadakan minggu depan. Di lapangan gedung guild ini dan perturannya akan dijelaskan saat itu juga. Mohon persiapkan dirimu dan lakukan yang terbaik di ujian ketiga. Semoga beruntung."
"Baik Kak Dara. Terima kasih banyak." Aku membungkuk hormat dan Dara mengangguk. Dia berbalik dan berjalan pergi. Setelah itu, aku merasakan seseorang mendekat dan meremas bahuku.
"Hehe...Sudah kuduga kamu akan berhasil lulus. Ini semua pasti berkat ak-Hei! Ada apa denganmu?!"
Aku hanya bisa menghela napas. "Ajeng, hentikan. Aku sangat lelah sekarang."
"Semua pakaianmu kotor dan robek! Tubuhmu juga banyak sekali memar dan luka. Rambutmu juga menjadi kusut...Siapa yang melakukan ini? Katakan! Aku akan membunuh mereka!"
"Sudahlah Jeng. Tolong bantu saja aku pulang sekarang."
"Saat pulang kamu harus menceritakan apa yang terjadi!" Ajeng memegang tanganku dan membantu memapah tubuhku.
"Iya, iya."
Ajeng terlihat cukup cemas. Dia memapahku dengan hati hati menuju pintu keluar dan menuju jalan pulang. Dia berteriak di pinggir jalan memanggil manggil kereta kuda yang lewat. Walau memalukan, aku sangat lega ada Ajeng yang membantuku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tidak ada. Saat duduk didalam kereta kuda, aku tidak bisa menahan kantuk dan tertidur lelap.