Terdapat banyak sekali peserta berkumpul. Ada yang senang, gembira, menangis, marah dan kesal. Ujian kedua telah resmi selesai. Beberapa peserta yang terlihat gembira berhasil keluar dari labirin dan dinyatakan lulus, sedangkan sisanya gagal dan dieliminasi. Terlihat juga pengawas ujian yang sibuk berkeliling, menghampiri dan mendata semua peserta yang lulus ujian untuk persiapan ujian berikutnya.
Di antara semua peserta, terlihat seorang pria yang sedang duduk di atas batu yang memiliki permukaan datar. Tangannya sibuk mengelap pedang merahnya menggunakan sehelai kain putih. Wajahnya terlihat datar saat menatap pedangnya. Berbeda dengan semua peserta lain yang sibuk bercakap-cakap dengan teman dan kelompoknya, pria ini terlihat duduk sendirian. Beberapa peserta lain sempat menatapnya dan berbisik bisik, namun tak ada satupun yang berani mendekatinya, karena pria itu cukup disegani. Dia adalah Pangeran Kusuma, sang Putra Mahkota.
"Ck." Sang Pangeran menggerutu dan tangannya menyarungkan pedangnya ke sarung di pinggangnya. Wajahnya terlihat kesal. Dia melihat ke langit untuk menyaksikan langit yang telah berubah gelap dan lampu lampu telah dinyalakan. Matanya melirik ke arah Pengawas yang masih sibuk mendata para peserta yang menang. Dia memalingkan mukanya dan ekspresinya semakin gelap.
"Sial. Sampai kapan aku harus menunggu? Ini benar benar membuang waktuku. Seharusnya aku tidak usah menuruti perkataan pengawas itu kalau tahu bakal selama ini. Pencuri sialan. Siapapun yang telah mencuri kudaku akan kubunuh. Pasti." Mulutnya terus menggerutu kesal. Pangeran masih ingat bagaimana dia berusaha untuk keluar dari labirin dan berhasil menjadi orang yang pertama kali keluar dan lulus. Dia sudah tahu petunjuk untuk hanya mengikuti arah matahari terbenam sejak sang Pengawas menjelaskan peraturannya. Itu sangat mudah jika menyimak penjelasan sejak awal.
Namun, ekspetasinya untuk segera pulang tidak terwujud. Setelah menjawab pertanyaan Dara si Pengawas Ujian, dia bergegas keluar guild menuju gerbang keluar. Namun, kudanya tidak ada di tempat dimana dia menambatkannya. Padahal dia yakin sudah mengikat Kudanya di sini. Celingak-celinguk sang Pangeran dibuatnya, mencari kudanya. Namun, kudanya bagaikan ditelan bumi, tidak terlihat dimanapun. Pangeran juga telah menyusuri jalan setapak dan bertanya ke beberapa warga yang ditemuinya, namun dia tetap tidak mendapatkan satupun petunjuk tentang kudanya.
Hanya ada satu hal dipikirannya, bahwa kudanya telah dicuri. Mengingat jarak Kerajaan dan Guild 'The Darkness and Lightness Killer' yang sangat jauh, Pangeran memutuskan untuk kembali ke arah guild. Beliau berencana untuk meminjam satu kuda sebagai tunggangannya. Guild sebesar ini pasti punya banyak kuda atau alat transportasi lain kan?
Beliau bergegas mencari seseorang yang bisa diminta tolong. Ia mulai berjalan ke setiap tempat di guild, dari setiap kelas tempat ujian pertama, lapangan dan beberapa kantor, bahkan kantin. Tapi tidak ada seorangpun yang terlihat. Ini sangat aneh. Kemana semua orang? Bahkan penjual makanan di kantin juga tidak terlihat? Sepertinya Dara berbicara jujur. Yaaah... mereka mungkin sedang rapat di tempat lain atau di tempat rahasia yang tidak bisa diakses manusia lain. Bagaimanapun mereka mempunyai kekuatan elemen.
Merasa tak punya pilihan lain, Pangeran memutuskan untuk kembali, menemui dan meminjam kuda atau transportasi lainnya kepada pengawas. Dia menemukan Dara berdiri di depan labirin sedang mengawasi jalannya ujian. Pangeran langsung mendekatinya dan mengutarakan niatnya, namun jawaban Dara sangat tak terduga.
"Aduh, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya wahai Yang Mulia, tapi saya akan membantu anda setelah ujian ini selesai, tepat saat matahari terbenam. Saya tidak bisa meninggalkan tanggung jawab saya sebagai Pengawas, sementara yang lain juga sedang sibuk mengurus pekerjaan mereka. Anda bisa menunggu hingga ujian ini selesai dan saya akan membantu anda. Sekali lagi, saya mohon maaf yang Mulia."
Terpaksa Sang Pangeran menunggu hingga ujian selesai. Namun, ternyata itu lebih lama dari dugaannya. Sudah malam dan ujian telah terbenam, namun belum ada tanda-tanda Dara menghampiri dan membantunya. Dia terlihat masih sibuk. Ini membuat Pangeran semakin kesal.
"Kakaaaak!!"
Terdengar suara sayup sayup gadis kecil. Suara itu sangat mengagetkan Sang Pangeran. Dia merasa familiar dengan suara itu.
"Sukma?" Dengan cepat Pangeran melihat sekitar. Matanya mencari sumber suara itu, namun dia tidak melihatnya. Semua orang terlihat masih sibuk sendiri-sendiri. Tidak terlihat siapa yang memanggilnya. Pangeran mengira kalau dia salah mendengarnya karena terlalu lelah. Dia menghela napas dan memejamkan matanya.
"Kakaaaak! Ini aku! Kau dengar?!"
Reflek, Pangeran langsung berdiri. Suara itu terdengar sangat jelas. Bertambah yakinlah sang Pangeran kalau dia tidak salah dengar. Matanya melebar saat melihat seorang gadis kecil yang berlari menghampirinya.
"Sukma? Itu benar kau? Kenapa kau bisa disini?"
"Kak! Hey kak, aku disini!" Sukma terlihat menerobos orang orang dengan brutalnya. Banyak orang yang hampir jatuh (dan sudah jatuh) karenanya. Beberapa orang mendelik dan memandang sinis padanya, namun langsung memalingkan muka saat menyadari Sukma tengah berlari menghampiri Pangeran Kusuma. Dengan cepat Sukma menghampiri dan memeluk kaki kakaknya.
"Kak...Ini benar kau kan? Dimana saja kamu selama ini? Aku kesepian."
Pangeran membungkuk, mengelus rambut adiknya. "Sukma...Bagaimana kau bisa berada disini?"
Sukma mengangkat kepalanya dan memandangi kakaknya. Bibirnya terlihat mengerucut. "Serius...Kita baru bertemu setelah bertahun-tahun dan itu yang pertama kali kakak katakan kepadaku?"
"...Sukma...Tempat ini sangat berbahaya dan jauh dari Kerajaan, kau tahu? Bagaimana kau bisa berada disini? Siapa yang membawamu?"
Sukma melepaskan pelukannya dan menundukkan wajahnya. Dia terlihat meremas tangannya sendiri. "Uuum...anu..."
"Sebentar," Pangeran memandangi adiknya dengan seksama dan ekspresinya semakin gelap. Tangannya mengepal kuat. "Tubuhmu terlihat kotor. Gaunmu juga robek dan.... banyak luka di tubuhmu... Apa yang terjadi? Siapa yang melakukannya?!! Katakan siapa Sukma!"