Nyonya Lu yang duduk di kursi utama pun langsung berubah menjadi muram, kemudian ia berkata, "Itu semua omong kosong! Apa kamu harus membuat Ibumu marah dulu supaya kamu senang?"
Tatapan mata Bai Yao tampak sangat tajam, "Adik Kedua, tidak masalah jika kamu mengadopsi Fu Zhi, tapi bagaimana bisa kamu menghabiskan uang keluarga Lu kami untuk membiayainya?"
Menyumbangkan bangunan eksperimen akan menghabiskan banyak uang dari keluarga Lu! Batin Bai Yao.
Lu Jingqing memiringkan badan dan menghalangi pandangan wanita tua itu kepada Fu Zhi. Kemudian ia mendongak dan berkata, "Ibu dan Kakak Ipar terlalu khawatir. Uang yang aku sumbangkan ke SMA nomor satu itu sebagian uang saham hasil kerja kerasku sendiri bersama temanku."
Di antara ketiga putra Nyonya Lu, Lu Jingqing adalah orang yang paling terampil. Di usianya yang masih muda, ia sudah berinvestasi dan mendirikan perusahaan bersama teman-temannya. Jika putra tertua tidak terlalu kuat dan takut akan membuat perusahaan bangkrut, Nyonya Lu tidak akan memaksa putra keduanya untuk bekerja di perusahaan keluarga Lu.
Lu Jingqing dengan usianya yang masih cukup muda, namun ia sudah memiliki vila sendiri dan tinggal di sana bersama istri dan anak-anaknya. Bahkan vila yang ia beli itu merupakan vila paling mahal yang ada di kota Yucheng. Dengan status sosialnya yang seperti itu, bisa dengan jelas diketahui seberapa banyak uang dan keterampilan yang dimilikinya.
Sangat berbeda dengan keluarga Lu Jingwen, karena mereka tidak memiliki uang dan keterampilan memadai, mereka hanya bisa menumpang di rumah tua keluarga Lu.
Bai Yao yang merasa tidak puas pun berkata, "Meski itu uangmu sendiri, kamu tidak boleh mengeluarkannya tanpa pandang bulu!"
Xu Wei tidak mengerti maksud dari ucapan Bai Yao, "Jingqing mengeluarkan uangnya sendiri, lalu apa yang Kakak Ipar khawatirkan?"
"..." Bai Yao hanya terdiam dan tidak menjawab apapun. Tiba-tiba ia tersedak karena ucapan Xu Wei dan tidak tahu bagaimana meresponsnya untuk sesaat.
Kemudian Lu Chuwan memberi Bai Yao segelas air. Lalu ia meletakkan tangannya di dagu sambil menatap Fu Zhi. Setelah itu ia melihat Xu Wei lagi. Tidak perlu diragukan lagi, kini ia merasa kedua orang ini memiliki banyak persamaan.
Tiba-tiba Lu Chuwan tersenyum dan mengubah topik pembicaraan dengan tepat, "Sepupuku bersekolah di SMA nomor satu, jika ada yang tidak kamu mengerti kamu bisa kamu tanyakan padaku."
Kini Bai Yao menjadi bersemangat lagi, "Tunggu sampai Kakak Sepupumu diajar oleh Profesor He, nanti biar Kakak Sepupumu yang menyuruhnya memberimu pelajaran tambahan. Mungkin kamu bisa masuk ke universitas ternama di masa depan!"
Fu Zhi dapat merasakan bahwa Bibi tertuanya ini sangat tidak suka padanya. Bibi tertuanya itu mengira bahwa ia pasti tidak akan bisa mendapatkan nilai yang bagus di sekolah, maka dari itu Bibi tertua selalu memandangnya rendah karena hal ini.
"Aku bisa belajar sendiri." Kata Fu Zhi.
Reaksi yang diberikan Fu Zhi di luar dugaan Lu Chuwan. Ia mengira bahwa setelah Fu Zhi memahami identitas mereka berdua, seharusnya ia tidak akan bersikap begitu acuh tak acuh saat ia sudah berusaha mencairkan suasana.
Dari respon yang diberikan Fu Zhi ini seolah ada keinginan untuk menantang, sehingga yang membuat orang lain tidak menyukainya.
"Jika kamu benar-benar memiliki kemampuan belajar mandiri, apakah kamu masih bisa mendapatkan nilai bagus di sekolah? Jangan sok kamu, lebih baik menuruti perkataan kami atau tidak sama sekali!"
Nyonya Lu memelototi Fu Zhi. Ia merasa tertekan saat membayangkan jika suatu saat nanti saat ia berkumpul bersama dengan teman-temannya, akan ada seseorang mungkin menikamnya karena keberadaan Fu Zhi dalam keluarganya. Karena memikirkan hal itu, tiba-tiba ia jantungnya terasa sakit.
Kemudian Bibi Li menuangkan secangkir teh untuk Nyonya Lu yang saat ini ekspresi wajahnya benar-benar terlihat sangat kesal. Setelah minum teh, kekesalan yang terlihat di wajahnya itu mulai sedikit mereda. Hanya saja ia melirik mata Fu Zhi dari waktu ke waktu dengan tatapan yang seolah mengatakan bahwa 'aku sangat marah padamu'.
Fu Zhi menoleh untuk menghindari tatapan Nyonya Lu. Dan seketika Nyonya Lu hanya diam.
Xu Wei memandangi gadis kecilnya, dalam hati tiba-tiba ia merasa tertekan, "Bu, sudah bagus Zhizhi punya ambisi. Dia juga sangat mengerti keadaan, selain itu dia membawakanmu hadiah sebagai salam pertemuan."
Sambil berkata, Xu Wei bangkit dan menyerahkan pot tanaman di dalam tas dan memberikannya kepada Bibi Li.
Nyonya Lu hanya sekilas melirik barang yang ada di dalam tas itu. Di dalamnya ada bunga berwarna biru muda di pot bunga. Ia tidak bisa menebaknya itu bunga apa, tapi ia tahu dengan jelas bahwa itu adalah bunga liar yang bisa dilihat di pedesaan.
Hanya itu saja?
Sungguh hanya itu saja?
Anakku memberikanmu banyak uang, lalu sebagai Nenekmu, kamu hanya memberiku sebuah bunga liar? Batin Nyonya Lu, ia pun terdiam sejenak.
Mungkin terlalu banyak hal buruk yang terjadi hari ini. Nyonya Lu merasa lelah, kemudian ia pun menyentuh dahinya sembari berkata, "Sudahlah, pindahkan ke ruang bunga, dan rawat dengan baik."