"Aku sudah lama memperhatikanmu Sari, dan aku menyukaimu," ucap Abra lembut sambil menatap wajah Sari.
Sari hanya diam terpaku, ia takut kalau yang didengarnya ini hanya mimpi seperti dulu kala saat ia bermimpi Sandi mengatakan cinta padanya.
"Apa kamu mau menjalin hubungan denganku Sari?" Tanya Abra sambil membelai wajah Sari lembut.
Ternyata ini bukan mimpi, Sari benar-benar merasakan sentuhan tangan Abra yang lembut di pipi mulusnya.
Sari masih diam tak bergeming, ia tak tahu bagaimana cara menyampaikan maksud hatinya karena malu, tapi ia juga tak ingin Abra menunggu terlalu lama jawaban cinta darinya.
"Sari.." panggil Abra lembut kali ini ia mengelus kedua pundak Sari.
Sari hanya bisa mengangguk seraya tersenyum, wanita mana yang bisa menolak laki-laki yang memang sejak lama dikaguminya.
Abra membalas senyuman Sari, Senyuman kemenangan di hati Abra karena pernyataan cintanya diterima oleh Sari.
Abra memeluk Sari mesra, dan membawa Sari duduk di tepi ranjang mewah yang menyaksikan mereka sejak tadi.
Sari mengikuti ajakan Abra, wanita mana yang bisa menolak apabila diperlakukan dengan lembut oleh lelaki tampan yang telah membuatnya mabuk cinta.
Dengan lembut dan manja Abra menempelkan bibirnya ke bibir mungil Sari yang lembab, dan mengecupnya dengan lembut, Sari hanya bisa diam karena ia tak menyangka jika ciuman pertama baginya tepat bersama laki-laki yang dicintainya.
Pertama bagiku, mungkin itu yang terbesit di pikiran Sari, 'dulu hanya kurasakan dalam mimpi tapi sekarang ini benar-benar ku alami,' gumam batin Sari.
Bibir mereka masih menyatu, Abra menghisap dan memanjakan bibir Sari, Abra seperti tak ingin melepaskan bibir mungil itu, tapi Sari segera menjauhkan wajahnya dan menghirup udara, karena kehabisan nafas.
"Maaf, aku bikin kamu sesak nafas ya?" ucap Abra membelai rambut lembut Sari.
Sari hanya menunduk dan tersipu malu, karena ini first kiss bagi Sari, jadi dia belum paham trik mengambil nafas dalam berciuman.
Namun sepertinya Abra belum puas akan bibir merah Sari, Abra terus memandangnya dan kali ini Abra meraih pipi Sari, jelas saja ini membuat bulu kuduk Sari berdiri apalagi saat Abra mengalihkan indra perasanya ke telinga Sari dan menimbulkan sensasi aneh namun indah, Abra sangat menikmati aroma rambut Sari yang menutupi sebagian daun telinganya.
Tak bisa dipungkiri Sari terhanyut oleh sentuhan manja nan lembut bibir Abra yang menyapu lembut bagian wajah dan telinganya.
'perasaan apa ini, mengapa aku seperti melayang, dan seluruh tubuhku terasa panas seakan memberikan sinyal kalau aku ingin merasakan kenikmatan yang lebih dari ini,' batin Sari di dalam hati.
Sebagai lelaki Abra paham betul akan pergerakan tubuh wanita disampingnya ini, tubuh ini sudah ingin merasakan sentuhan-sentuhan yang lebih liar lagi, tanpa ragu Abra menciumi setiap inci leher Sari dengan nafsu kelelakiannya namun tetap dengan perlakuan lembut.
"Eugghh.." sebuah desahan lolos dari bibir Sari, seakan menyiratkan kalau ia sangat menyukai apa yang dilakukan Abra padanya.
Abra semakin liar, ia tak ingin wanita di depannya ini kecewa, ia merespon sinyal yang diberikan tubuh sari, tanpa disadari dress sabrina yang dikenakan Sari telah terbuka kancing bagian belakangnya yang membuat dress itu turun sehingga memperlihatkan jelas dada padat dan ranum Sari yang terbalut bra hitam berpita kecil yang manis itu.
'Sempurna,' desis Abra saat melihat keindahan di depan matanya, sebagai lelaki yang sudah pernah menjalin cinta sebelumnya dengan perempuan lain, Abra tahu betul mana tubuh wanita yang sudah terjamah dan yang belum sama sekali.
Sari tertunduk malu, dan dengan sigap ia menutup kedua dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya.
"Aku ga akan buka kok, cukup menyentuh dan memandang seperti ini sudah indah bagiku," Abra menenangkan Sari, ia tak ingin Sari menganggap kalau dirinya hanya ingin menikmati tubuhnya dalam sekejap.
"Apa mas benar-benar mencintaiku?" tanya Sari ragu kepada Abra.
"Kenapa kamu tanya begitu?" Sahut Abra sedikit bingung.
Ya masih terekam jelas di benak Sari saat Abra berciuman dengan Ica waktu itu, Sari takut kalau Abra bersikap seperti ini saat sedang berdua saja bersama wanita manapun.
"Aku ga mungkin mau berdua-duan di kamar seperti ini kalau bukan dengan wanita yang ku cintai Sari," jawab Abra meyakinkan.
"Aku hanya takut mas permainkan, karena aku ini hanya gadis biasa dan aku juga hanya anak buah bu Asya, kakaknya mas," sahut Sari tak percaya diri.
"Tenanglah Sari, ada saatnya orang lain mengetahui hubungan kita, tapi aku minta untuk saat ini hubungan kita cukup kita berdua yang tahu," pinta Abra lembut.
Sari menatap Abra dalam, ia melihat keseriusan dimata Abra, dan Sari pun tak keberatan atas usul Abra, ian pun belum siap jika teman-teman dan bosnya tahu akan hubungan ini, "Iya mas," jawab Sari setuju.
"Berbaringlah bersamaku Sari untuk beberapa jam, kita punya waktu sampai sore untuk bersama hari ini," ajak Abra yang sudah duluan berada di tengah kasur besar itu.
"Tapi mas…."
"Ga usah takut, aku cuma pengen tidur bareng kamu aja, aku ga akan apa-apain kamu kok," potong Abra yang menepis ketakutan Sari.
Sari mendekati Abra, dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk itu, karena takut bajunya kusut Sari melepas dressnya dan menutupi tubuhnya yg berbalut bra dan celana dalam dengan selimut yang tersedia di atas kasur.
Kini sepasang kekasih itu sama-sama merebahkan tubuhnya di ruangan yang dingin namun terasa hangat bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, tak henti mereka saling bertatap mata, menyiratkan kebahagiaan dan rasa cinta satu sama lain.
"Mengapa mas bisa menyukaiku?" Tanya Sari polos.
"Memangnya cinta selalu butuh alasan?" Abra balik bertanya.
"Hmm.. aku hanya ingin diyakinkan mas," keluh Sari sedikit merajuk.
"Karena kamu sudah buat aku jatuh cinta." jawab Abra sambil mencubit hidung Sari.
"Kok jawabannya itu sih mas?" Sari balas mencubit hidung Abra.
"Wah sudah mulai berani ya.." goda Abra
"Mas yang duluan, jadinya aku ikutan deh," bela Sari.
"Kok kamu ikut-ikut mas sih.." kali ini Abra mencubit manja pipi Sari.
"Iihh mas yang ikut-ikut, udah ahh Sari mau tidur tar keburh sore jadinya ga kebagian tidur siang dehh," Sari pura-pura ngambek dan membalikkan badannya.
"Cie ngambek ya, iihh kalo ngambek tar aku cium lagi lho," goda Abra.
Nyamannya kamar ini benar-benar membuat Sari terlelap, bagaimana tidak Sari yang biasa tidur ditemani kipas angin dan kasur singlenya kontras banget sama kamar hotel yang ditempatinya sekarang, jadi Sari tak menyia-nyiakan kesempatan ini ia pun terlelap hingga tak sadar sudah berapa lama ia memejamkan mata.
Sementara Abra gelisah, berbeda dengan Sari, ia tak ingin waktu cepat berlalu, ia masih ingin berada didekat wanita yang dicintainya ini, sepanjang Sari tidur Abra terus memandangi wajah manis Sari.
'Glek..' Abra menelan salivanya, tak sengaja ia menyingkap selimut yang menutupi bagian atas dada Sari, dada yang ranum itu kembali menggodanya.
Tak ingin mengganggu tidur Sari, Abra menciumi dada Sari dengan perlahan, aroma mawar dari handbody Sari terasa nyaman di hidung Abra, sehingga membuat ia terlena dan semakin liar menikmati keindahan di depan matanya ini.
Secepat kilat kini bra hitam penutup dada Sari telah terlepas sempurna, Abra takjub akan apa yang dilihatnya bulatan benda padat yang kenyal dan berwarna pink ini seakan tak sabar ingin di jamah.
'Eeughhh..' Lenguh Sari saat merasakan kecupan pada buah dadanya, namun matanya tetap terpejam.
Abra masih dengan aksinya menikmati tubuh indah nan molek Sari dengan nafsu kelelakiannya, dan perlahan mata Sari terbuka mungkin ia tak tahan atas kenikmatan yang Abra berikan.
"Akhhh...ahhh ..mas.." desah Sari pelan.
"Nikmati sayang, aku akan memberimu sesuatu yang indah," pinta Abra yang Asik mengecup dada Sari.
"Aahh.. tapi mas, akhhh.." Sari tak bisa memungkiri meskipun mulutnya ingin menolak tapi tubuhnya ingin merasakan lebih iya meminta sentuhan yang lebih.
"Aku mencintaimu sayang, sangat mencintaimu.." Abra semakin liar menjamah tubuh Sari yang pasrah akan perlakuannya.
Sari hanya terpejam, dan sesekali merintih dan berdesah.
Dan akhirnya kini tibalah pada apa yang Abra inginkan, dengan lembut dan hati-hati Abra menembus mahkota indah milik Sari yang sudah basah sejak tadi.
"Akkkhhh….sakit mas.." rintih Sari.
"Itu hanya sebentar sayang, sebentar lagi akan menjadi nikmat," Abra menenangkan sambil mencium leher Sari.
"Aww.. mas..masih sakit," Sari kembali merintih saat keperawanannya beruasaha diterobos oleh milik Abra.
"Tenang sayang, ini mas pelan-pelan," bujuk Abra kemudian melumat bibir indah Sari.
Sari terpejam menahan rasa sakit itu, hingga ia menggigit bibirnya sendiri, dan itu membuat hasrat Abra semakin memuncak. Dengan cukup usaha akhirnya 'milik' Abra berhasil memasuki 'milik' Sari.
'sempit dan mencekam,' desis Abra, kali ini desahan Abra lebih terdengar ia benar-benar menikmati 'milik' gadis dibawahnya ini, membuat ia melayang akan surga dunia ini.
Keringat membasahi tubuh Abra dan Sari, dinginnya AC tak mampu lagi menahan peluh kedua insan yang sedang bercumbu hangat, kini keduanya terkulai lemas di atas ranjang besar itu.
Abra merasa menang hari ini, dimana ia bisa menemukan Sari yang masih perawan, karena wanita-wanita sebelumnya jarang yang ia temukan seperti Sari, memang ia mencintai Sari namun jika keinginan menikah belum terpikir sama sekali oleh Abra.
Terlelap setelah melepas hasratnya itulah Abra, sementara Sari duduk termenung di sudut ranjang. Sudut matanya mengeluarkan kristal bening, ia tak tahu apa yang dirasakannya saat ini, ia merasa sesuatu yang indah baru saja dilewatinya tapi ia juga merasa kesalahan terbesar dalam hidupnya telah terjadi padanya, keperawanan Sari terenggut oleh laki-laki yang baru beberapa jam saja menyatakan cinta padanya.