Chereads / Black Hole Cavalry / Chapter 58 - Seputar Tentang Dunia Sihir Putih

Chapter 58 - Seputar Tentang Dunia Sihir Putih

Aku bertemu dengan seseorang yang bernama Kim Bum. Dia adalah orang yang di tuakan di daerah sihir itu. Albert mengenalkan kepada ku bahwa dia sangat di hormati dan juga di takuti di dareah tersebut. dia juga di gadang-gadang sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan negara sihir putih yang terancam di rebut oleh sihir hitam.

Aku berpikir apakah dia adalah Letnan Kim yang selama ini menghilang dan tidak bisa di temukan dan kembali ke masa ku berada. Apakah mungkin dia Letnan Kim Bum yang telah dianggap gugur oleh organisasi Cavalry? Begitu banyak pertanyaan di dalam benak ku yang sulit untuk ku ungkapkan. Aku hanya menampilkan senyum tipis di wajah ku sambil menyapa pria yang bernama Kim Bum tersebut.

Lalu, dia bertanya kepada ku apakah aku adalah seorang Letnan di tim Cavalry. Aku pun menjawab ya, benar. Aku juga menjelaskan bahwa aku bisa keluar masuk lubang hitam dengan mudah. Kim sangat tertarik dengan pembicaraan tersebut dan mengajak ku ke tempatnya. Lalu, aku mengikutinya begitu saja.

Aku dan Albert pergi masuk ke dalam rumah nya . kami mulai berbincang bersama-sama sambil menikmati segelas minuman yang menghangatkan tubuh seperti yang Albert berikan kepada ku sebelumnya. kami mulai menceritakan diri kami masing-masing. Dimana saat itu aku mendengarkan cerita yang di ceritakan oleh Kim bahwa dia dulu adalah seorang penjelajah waktu seperti ku. Aku langsung mengatakan kepada nya bahwa apakah dia adalah Letnan Kim Bum dari tim Cavalry yang berasal dari Korea?

Kim merasa sangat terkejut mendengar pertanyaan dari ku. kemudian dia bertanya kembali kepada ku bagaimana aku bisa mengetahui tentang dirinya. Pertama-tama aku merasa sangat beruntung karena di pertemukan oleh Letnan Kim, orang yang pertama kali berhasil menjelajah waktu seperti ku. aku juga mengingatkannya tentang kejadian sebelumnya yang dimana aku pernah bertemu dengan nya lalu dia menitipkan sebuah surat untuk ku berikan kepada keluarganya.

Kim perlahan-lahan mulai mengingat semuanya. Akhirnya dia mulai mengenali ku dan bertanya apakah aku sudah menemui keluarga nya untuk menyampaikan surat darinya. Aku pun menjawab bahwa aku sudah menemukan keluarganya dan memberikan surat beserta barang yang dia titipkan untuk keluarganya.

Letnan Kim langsung menjabat tangan ku dan mengucapkan terimakasih. Hal itu membuat ku sungkan kepadanya. Lalu, aku kembali bertanya kepada letnan Kim mengapa dia tidak bisa kembali ke masa dimana dia seharusnya berada. Letnan Kim mulai menjelasakan kepada ku kejadian bagaimana dia tidak bisa kembali lagi.

Dimana kejadiannya pada saat itu Letnan Kim tidak bisa kembali karena dia tiba-tiba saja tidak bisa melakukan nya padahal saat itu sudah hampir kehilangan nyawanya. Aku pun bertanya kepada nya apakah dia kembali dengan cara melukai dirinya sendiri seperti ku? lalu Letnan Kim menjawab Ya. Letnan Kim merasa penasaran kepada ku mengapa aku selalu berhasil kembali. Aku pun hanya menjawab bahwa aku melakukan cara yang sama sepertinya. Aku kembali dengan cara yang sama seperti Letnan Kim lakukan.

Kau sangat beruntung Jo. kata Letnan Kim kepada ku. Beruntung? Tidak juga. Hanya saja saat ini tinggal menunggu giliran. Jawab ku. giliran? Giliran untuk apa? tanya Letnan Kim lagi. giliran untuk

hilang seperti mu dan di anggap gugur dalam misi. Kata ku lagi dengan sedikit sinis.

Raut wajah Letnan Kim sedikit menunjukkan sedikit kesedihan. Aku tahu bahwa dia juga pasti kecewa namun aku berkata kepada nya bahwa aku sudah bersiap untuk itu. aku mengatakan kepada Letnan Kim bahwa aku sudah menyimpan banyak senjata di Tania.

Apa kau sudah bertemu dengan wanita yang bernama Tania? Tanya ku kepada letnan Kim. Ya, tentu saja aku sudah bertemu dengan nya. lalu, mengapa dia bisa berada di dunia seperti ini? tanya ku lagi kepada letnan Kim. Letnan Kim hanya terdiam saat itu. dia tidak tahu apa yang harus dia katakan lagi karena dia sendiri bertemu Tania secara tidak sengaja di saat dia sedang berperang melawan pasukan penyihir hitam.

Letnan Kim menjelaskan kepada Jopardi bahwa dia hanya bertemu Tania beberapa kali saja karena dia sendiri tidak tahu dari mana Tania berasal. Letnan Kim juga menjelaskan hal yang serupa seperti yang di katakan Albert sebelumnya, bahwa Tania saat ini sudah lebih memihak kepada pasukan penyihir jahat.

Aku sempat terpikirkan bahwa Tania sepertinya juga penjelajah waktu seperti diriku. tapi yang ku herankan adalah bagaimana cara dia melakukannya, dan bukankah hanya tim Cavalry saja yang memiliki portal lubang hitam. lalu Letnan Kim bertanya kepada ku bagaimana aku bisa kembali ke masa dimana aku seharusnya berada, aku menjelaskan lagi hal yang sebelumnya ku beritahukan kepadanya.

Letnan Kim belum terlihat percaya seutuhnya kepada ku, dia pun meminta sebuah pembuktian. Namu aku menolaknya saat itu karena aku berpikir bahwa diriku harus bertemu Tania lebih dulu. Karena masih ada yang harus ku bicarakan kepada Tania. Letnan Kim mulai memandang ku sedikit berbeda. Aku mengatakan kepada Albert bahwa aku harus segera kembali dan mencoba untuk pergi menuju ujung labirin.

Albert kemudian meminta izin kepada Letnan Kim untuk segera pergi mengantar ku sampai ke pintu masuk utama ke desa penyihir itu. Letnan Kim hanya berpesan kepada Jopardi bahwa Jopardi sebaiknya kembali saja sebelum nantinya dia tidak bisa kembali lagi. Jopardi saat itu hanya mengangguk saja seolah dia mengerti.

Aku dan Albert segera meninggalkan kediaman Letnan Kim. Hari semakin gelap sehingga Albert mengatakan kepada ku untuk tinggal lebih dulu di rumahnya lalu setelah esok pagi tiba aku bisa kembali meneruskan perjalanan. Sebelumnya aku merasa sepertinya aku terlalu berlebihan dan merepotkan Albert jika aku menginap di rumahnya, namun Albert sedikit memaksa sehingga aku tidak enak hati dan menyetujui perkataan Albert.

Keesokan paginya, Albert memberikan bekal makanan kepada ku untuk bekal selama di perjalanan. Aku pun mengungkapkan rasa terimakasih ku kepadanya. Albert hanya tersenyum kepada ku sambil berpesan kepada ku agar selalu berhati-hati karena di luar sana aku akan bertemu banyak makhluk aneh. Mendengar hal seperti itu aku sempat berpikir apakah senjata yang ku miliki sudah cukup untuk menjadi bekal ku dalam menghadapi makhluk aneh yang di katakan Albert baru saja. aku berusaha untuk meyakini diriku agar aku menjadi berani.

Setelah berpisah dengan Albert dan keluar dari negeri penyihir putih, aku mulai berjalan lagi menyusuri jalan setapak dengan pohon yang rindang di sepanjang aku berjalan. Aku sangat menikmati perjalanan itu. saat itu aku tidak tahu bagaimana cara kembali. Aku terus saja berjalan mengikuti kemana kaki ku melangkah. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah jalan yang mengantarkan ku ke sebuah tempat yang membuat ku bertanya-tanya sendiri.