Chereads / Black Hole Cavalry / Chapter 52 - Ruang Rahasia Bawah Tanah

Chapter 52 - Ruang Rahasia Bawah Tanah

Satu minggu telah berlalu. Dimana saat ini cuaca terlihat sangat bagus dan bersahabat. Aku yang sedang bersiap untuk kembali berpetulang di lubang hitam, merasa sangat bersemangat. Juni selalu saja tampak khawatir melihat ku, namun aku berusaha meyakinkan Juni bahwa aku akan baik-baik saja tanpa harus ada yang dia cemaskan.

Kali ini aku membawa bazooka lagi sebanyak tiga buah yang ku bawa di punggungku. Aku juga membawa dua buah senapan yang ku taruh di saku rompi ku. Kali ini aku akan menjalankan rencana rahasia yang ku miliki. Dimana aku akan mensuplai banyak senjata kepada Tania. Bukan nya aku akan melakukan kudeta, hanya saja aku sedang berjaga-jaga jika aku tersesat di masa dimana Tania berada.

Setelah aku siap dengan semua kelengkapan ku, aku mulai berdiri di depan portal dan bersiap melintasi lubang hitam. Kali ini aku terlihat santai dan tidak lagi memerlukan keterampilan atau konsentrasi berlebihan untuk melintasi ruang waktu melalui lubang hitam. Ketika angina mulai berhembus, aku hanya perlu masuk saja ke dalam lubang hitam tersebut dan sampailah aku di masa yang berbeda.

Kali ini aku berada di sebuah bunker dimana banyak lumut-lumut dan juga air yang menetes dari bebatuan. Aku berpikir bahwa saat itu Sepertinya aku berada di sebuah gorong-gorong. Untung saja aku membawa senter tangan saat itu sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi melihat jalanan yang cukup gelap. Aku mulai berjalan menyusuri sebuah terowongan yang cukup lembap serta ada tetesan air di tiap celah nya. Ku pikir mungkin jika aku terus berjalan, aku akan menemukan jalan keluar.

Hampir lima ratus meter aku berjalan, akhirnya aku menemukan sebuah cahaya terang di sudut jalan. Aku merasa senang karena akhirnya aku menemukan jalan keluar. Sampailah aku di titik terang yang ku lihat dari kejauhan tadi. Ada sebuah tangga menuju ke atas yang terlihat sangat rapuh. Dengan barang bawaan ku, aku tidak yakin tangga itu akan kuat menopangku.

Akhirnya, hanya dengan bermodalkan keyakinan, aku menaiki tangga tersebut dengan bobot ku yang cukup berat. Saat baru menaiki dua anak tangga, terdengar suara seperti pintu tua yang terbuka. Ku pikir masih aman-aman saja, lalu aku menaiki anak tangga berikutnya. Aku mulai merasa bahwa Sepertinya semakin ke atas, anak tangga ini tidak akan kuat menopang bobot tubuh ku.

Aku pun mencoba turun kembali. Aku mulai mengaitkan bazooka yang dengan tali yang ku bawa saat itu. pertama-tama aku mengikatnya dan menaruhnya di tanah, kemudian aku memegang ujung tali sambil menaiki tangga tersebut. Tali yang kumiliki memang tidak terlalu panjang sehingga aku merasa sangat khawatir jika sampai aku meninggalkan bazooka ku di gorong-gorong itu.

Sampai pada akhirnya, aku pun berhasil naik sampai ke atas dengan masih memegang tali yang mengait pada bazooka milik ku. Saat aku melihat pemandangan di atas setelah keluar dari gorong-gorong yang terlihat seperti bunker, aku melihat pemandangan tanah merah yang sangat luas. Aku sama sekali tidak melihat pepohonan di sana. Aku sempat berpikir bahwa Sepertinya aku berada di gurun gobi.

Dimana aku sebenarnya? Apakah ini sebuah gurun? Haruskah aku kembali ke dalam saja? Kata ku dalam benak ku sendiri. Aku pun dilema. Aku sama sekali tidak mengetahui jalan mana yang harus ku ambil saat ini. Haruskah aku kembali berjalan di dalam gorong-gorong atau meneruskan perjalanan melintasi gurun yang cukup gersang itu.

Setelah memikirkan cukup singkat, aku merasa bahwa sebaiknya melakukan perjalanan di dalam gorong-gorong saja karena aku tidak memiliki kacamata yang bisa melindungi mata ku dari debu yang berterbangan.

Di saat aku akan kembali turun ke dalam gorong-gorong tersebut, anak tangga yang baru saja ku pijak runtuh seketika sehingga anak tangga yang lain nya ikut jatuh ke bawah. Nyaris saja aku ikut jatuh ke bawah saat itu, karena pegangan yang kuat, aku berhasil bertahan dan kembali naik ke atas.

Hmh, betapa nahas nya hidup ku. Seharusnya tadi aku tidak usah naik ke atas. Keluh ku dengan kesal. Aku akhirnya mendapatkan pilihan untuk berjalan melewati gurun pasir yang sangat tandus itu. aku mulai menarik beberapa roket yang ku miliki yang terikat erat di tali yang sedari tadi ku pegang erat.

Setelah berhasil menarik bazooka yang ku miliki, aku pun segera mengaitkan nya kembali di punggung ku dan memulai perjalanan ku. Baru beberapa melangkah, aku sudah mulai batuk-batuk karena debu yang tanpa sadar terhirup oleh diriku. Aku berhenti sejenak dan membongkar isi tas ransel ku. Sepertinya saat itu aku cukup beruntung karena aku menemukan sebuah slayer milik Juni yang masih tersimpan di dalam tas ku.

Nasib baik. Celetuk ku dengan senang. Akhirnya aku memakaikan slayer itu menutupi hidung ku layaknya aku sedang menutup wajah ku dengan masker. Aku mulai berjalan dan terus berjalan tanpa henti. Kekurangan ku saat ini hanyalah logistik saja. Dimana aku sama sekal tidak membawa makanan dan hanya mengandalkan air minum di dalam sebuah botol yang biasa ku bawa. Saat aku memeriksa ketersediaan air minum ku, ternyata sudah tinggal seteguk lagi. Aku mulai panik dan melihat di sekitar ku.

Tidak adakah rumah atau pohon di sekitar sini? Bagaimana jika air minum ku habis? Bisa-bisa aku sudah mati dan kembali tanpa menemui Tania lebih dulu. Keluh ku dengan muram. Kemudian aku meneruskan perjalanan ku sedikit demi sedikit. Lalu, aku melihat sebuah gubuk yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat ku berada.

Aku mencoba untuk berkonsentrasi, karena aku takut jika gubuk itu hanyalah sebuah fatamorgana semata. Aku berjalan dan terus berjalan tanpa henti. Sampai akhirnya tibalah aku di sebuah gubung lusuh yang berada tepat di hadapan ku.

Ternyata ini bukan hanya sekedar fatamorgana saja. Apakah ada orang di dalam ya? Ucap ku sambil tersenyum di depan gubuk tua di hadapan ku.

Aku kemudian mencoba mengecek gubuk tersebut, aku memeriksa mungkinkah di dalam ada makanan atau minuman yang tersedia. Ketika aku memasuki gubuk tersebut, aku terkesima melihat dalam nya yang bukan tampak seperti sebuah gubuk. Ada tangga melingkar ke bawah seperti ada ruangan bawah tanah.

Permisi! Permisi! Teriak ku memanggil seseorang yang mungkin ada di dalam. Setelah aku menunggu dan memanggil, tidak ada satu orang pun yang keluar dari dalam ruang bawah tanah di gubuk tersebut. Aku mencoba untuk masuk ke dalam dan melihat-lihat. Saat aku mulai menuruni tangga melingkar itu, aku benar-benar terkesima dengan isi yang ada di dalam ruangan bawah tanah tersebut. Aku hanya bisa melotot dan menganga melihat isi yang ada di dalam bawah tanah itu.

LUAR BIASA!!! Celetuk ku dengan kagum.