Aku saat ini tengah bersiap untuk percobaan kelima. dimana saat itu akan membawa beberapa Bazooka bersama ku. Ku pikir seperti nya beban yang akan ku bawa semakin bertambah. namun aku tidak merasa khawatir karena aku telah banyak berlatih sehingga aku masih sanggup menahan beban yang cukup berat sekalipun.
Juni saat itu hanya melepaskan senyuman nya kepada ku sebelum aku melaksanakan tugasku. padahal aku berharap akan ada ciuman perpisahan lagi darinya. namun sepertinya kali ini tidak hal yang seperti itu. aku mulai melihat sebuah peti yang cukup besar dengan Bazooka di dalam nya.
Karena kapten Santoso sedikit khawatir jika menaruh peluru di dalam nya, jadi dia menyuruh ku untuk membawa nya dengan terpisah di dalam sebuah tas yang tentu saja akan ku bawa pada saat percobaan nanti. kali ini aku hanya akan membawa Bazooka saja. selebih nya hanya perintilan kecil saja yang biasa aku bawa.
Aku mulai berpikir sepertinya Bazooka ini bisa berguna untuk mengalahkan para monster laba-laba itu. karena dengan kekuatan dan juga daya ledak yang memumpuni, ku pikir bisa mengalahkan nya hanya dalam satu tembakan saja. aku pun mulai membayangkannya.
Kemudian seperti biasa nya kapten Santoso memberi penjelasan terlebih dahulu kepada ku, dimana dia menjelaskan barang apa saja yang akan ku bawa dan juga berapa jumlah yang ku bawa saat itu. dia juga selalu berpesan agar tetap waspada dan selalu menjaga diri dengan baik.
Akhirnya, tibalah saat nya untuk percobaan kelima.
Aku sudah mulai berada di posisi tempat biasanya aku melintasi waktu. saat itu belum nampak lubang hitam muncul, namun aku sudah berada di posisi depan lubang hitam sambil memegang peti Bazooka di kedua tanganku. agak berat memang namun aku mencoba menahannya dan tetap berkonsentrasi.
Lubang hitam mulai muncul di hadapan ku. aku pun mencoba untuk berkonsentrasi. aku mulai menutup kedua mataku. kali ini aku akan masuk begitu saja tanpa memegangnya dengan tangan ku terlebih dahulu karena pada saat itu aku sedang membawa sebuah peti.
Aku mulai berjalan perlahan ke arah depan sambil menutuk kedua mataku. ku pikir saat itu aku akan menyebrangi lubang hitam itu dengan berjalan dengan perlahan saja. angin mulai berhembus dengan kencang ke arah ku.
Dan "Wosshh ... " suara angin yang cukup keras mulai bertabrakan dengan tubuh ku. aku mencoba memegang peti itu dengan sekuat tenaga, karena aku tidak ingin menjatuhkan nya saat aku sedang melintas.
" Bzzzztt ... " suara seperti kilatan terdengar di telingaku. itulah pertanda bahwa aku baru saja melintasi lubang hitam.
Kapten Santoso saat itu mengantar ku sampai di depan lubang hitam. kapten berpikir bahwa dia merasa ragu dengan membawa Bazooka seberat dan sebanyak itu. namun dia penasaran untuk mencoba nya.
Begitu Jopardi berhasil masuk ke dalam lubang hitam, kapten Santoso di kejutkan dengan sesuatu. dimana saat itu tiba-tiba saja dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Bzooka yang berjatuhan di depan lubang hitam. dia sangat terkejut melihat nya sampai-sampai tidak bisa berkata-kata.
" Bagaimana mungkin Letnan Jo tidak bisa membawa nya? apakah karena benda nya terlalu berat? atau mungkin terlalu banyak? aku harus menelitinya sekarang. " kata kapten Santoso berbicara sendiri.
Kapten Santoso segera kembali ke ruangan kendali dengan membawa Bazooka tersebut. Kapten akan mencoba mencari solusi atas masalah nya itu. dia pun memerintahkan Juni untuk berjaga di ruang kendali dan mengamati kapan Jopardi dakan tiba dan masuk kedalam radar kembali.
Kapten Santoso mencoba berdiskusi dengan Jenderal saat itu. dia mulai bertukar pikiran dengan Jenderal mengenai apa yang salah dengan percobaan nya kali itu. di saat kapten Santoso berdiskusi, Juni tampak merasa cemas melihat ke arah monitor yang ada di ruang kendali. dia begitu sangat mencemaskan Jopardi. padahal dia sebenarnya sudah senang melihat Jopardi yang saat ini sudah bisa sadar sendiri dengan lebih cepat. namun kekhawatiran masih saja menyelimuti dirinya.
Sementara itu, aku yang saat itu sudah kembali ke masa depan, mulai memeriksa peti yang ku bawa. aku mulai membuka nya dan berharap Bazooka tersebut masih ada dan ikut terbawa bersamaku. namun saat ku buka ternyata hanya sebuah peti kosong. pantas saja aku merasa peti itu menjadi sangat ringan.
" Apa? tidak terbawa? bagaimana mungkin bisa tidak terbawa? sudah jelas aku memegang nya dengan sangat baik, bahkan tutup nya masih tertutup dengan rapat. " ucap ku bertanya-tanya sendiri.
Tiba-tiba aku mengingat akan peluru nya. aku pun mencoba untuk memeriksa nya. dan benar saja. pelurunya ada bersama ku. karena saat itu aku hanya menaruh nya didalam sebuah tas yang mengaitkannya di bahu ku.
" Bagimana ini? aku hanya membawa pelurunya saja. apakah aku meninggalkan nya di sini saja dan menguburnya? tapi bagaimana jika ternyata Bazookanya tetap tidak bisa terbawa? " pikirku saat itu.
Aku pun akhirnya memutuskan untuk membawanya bersama dengan ku. kali ini aku tidak bisa berburu monster laba-laba itu dulu karena amunisi yang ku miliki tidak memungkinkan untuk kembali melawannya. aku mulai mencari cara bagaimana cara ku untuk kembali. apakah aku harus menusuk diriku lagi atau menembak diriku sendiri? kata ku lagi yang mulai berbicara sendiri.
Aku memutuskan untuk menyayat pergelangan tanganku. dan tanganku mulai mengeluarkan banyak darah hingga membuat tubuh ku semakin lemas tak berdaya. aku merasa seperti sedang bunuh diri pada saat itu. sambil menatap tanganku aku pun mulai tersenyum meratapi nasib ku lalu pingsan begitu saja.
Juni saat itu melihat ke layah monitor bahwa Jopardi sudah berada di dalam radar. dia pun segera mencarinya di ruang kontrol. barangkali Jopardi berada di sana. namun setelah dia cek, ternyata tidak ada. Juni mulai berteriak di radio komunikasi bahwa Jopardi sudah kembali namun tidak ada di ruang kontrol. akhirnya anggota yang lain nya membantu Juni untuk mencari keberadaan Jopardi.
Sementara itu, aku mulai terbangun. aku melihat sekelilingku banyak sekali pepohonan yang cukup rindang. aku seperti berada di sebuah hutan. aku berpikir apakah mungkin aku belum kembali ke masa dimana seharusnya aku berada?
Aku pun melihat tangan ku sudah tidak berlumuran darah. dan aku tidak merasakan sakit bekas goresan di tangan ku saat itu. aku berpikir bahwa aku sudah kembali ke masa dimana aku seharusnya berada yaitu masa kini namun tidak tahu dimana aku berada saat itu.
Aku mencoba untuk berkomunikasi lewat radio komunikasi milik ku, tapi sayangnya radioku kehabisan baterai. sehingga aku tidak bisa menghubungi siapa pun. aku pun mulai berjalan sambil melihat sekeliling, dan ternyata aku terbangun tidak jauh dari markas dimana biasa aku melakukan perlintasan melalui lubang waktu.