Mengetahui bahwa aku telah kembali, membuat kapten Santoso bergegas menghampiri ku ke ruang kontrol. aku pun akhirnya sudah dalam keadaan sadar pada saat dia datang. aku melihat bahwa di samping ku sudah ada Juni dan juga kapten Santoso yang menatap ku.
Aku pun beranjak dari tempat tidur dengan di bantu oleh Juni. ku lihat selang infus lagi-lagi berada di tangan ku. kapten pun melihat ku dengan tatapan yang begitu khawatir. begitu pula dengan Juni.
" Letnan, apakah kau baik-baik saja? " tanya kapten Santoso.
" Ya, tentu saja. kau tidak perlu khawatir. " jawab ku.
" Apa kau berhasil membawa senjata nya? apa yang sudah kau temukan di sana? " tanya kapten Santoso lagi dengan penasaran.
" Ya Kapten. aku berhasil membawa nya. aku pun mengubur nya di suatu tempat untuk senjata ku saat aku nantinya kembali kesana lagi dan kekurangan senjata. " ucap ku menjelasakan.
" Baguslah. untuk selanjutnya aku akan menambahkan senjata lain yang setidaknya bisa lebih berguna untuk mu nantinya. bersiaplah. " kata Kapten Santoso memberitahuku.
" Baik kapten. " jawab ku lagi.
Kapten Santoso pun segera pergi meninggalkan ku bersama dengan Juni. Juni hany menatap ku tanpa berbicara sepatah kata pun. sepertinya dia tahu bahwa dia tidak perlu mengkhawatirkan ku karena aku bisa menjaga diriku sendiri. dia pun sangat serius memperlakukan ku sebagai pasien. sehingga aku terus saja menatap kepadanya namun dia tampak seperti menghindari tatapan ku.
" Juni, ada apa dengan mu? mengapa kau terlihat murung? " tanya ku kepada Juni.
" Tidak, aku tidak apa-apa. ada apa memangnya? " jawab Juni.
" Hany saja kau tampak seperti orang asing bagi ku. " kata ku lagi pada Juni.
" Berhentilah berpikir seperti itu. aku tidak memiliki masalah sama sekali. sebaiknya kau istirahat sekarang. " pesan Juni kepada ku.
" Mm, baiklah. " sahut ku.
Juni kemudian pergi meninggalkan ku sendiri agar aku bisa beristirahat dengan nyaman. sementara itu, kapten Santoso sedang memikirkan apalagi senjata yang harus dia bawa saat itu. dia berpikir untuk menyuruh Jopardi membawa senapan AK-47 sebanyak dua buah saja. dia pun akan membekali Jopardi dengan beberapa granat juga.
Keesokan harinya.
Jopardi telah bersiap dengan segala perlengkapan yang dia miliki. seperti biasanya dia selalu membawa sebuah pistol dan sebilah pisau di saku rompi nya. Jopardi akan segera bersiap untuk melakukan percobaan keempat. dia pikir mungkin kali ini dia akan menghadapi masalah yang lebih besar lagi.
Aku mulai keluar dari ruangan kamarku dan menemui kapten Santoso di ruang kontrol. kami selalu membicarakan terlebih dahulu sebelum kami melakukan eksperimen uji coba selanjutnya. kapten Santoso menjelaskan kepada ku bahwa aku akan membawa dua buah senapan AK-47 sebanyak dua buah dan juga granat sebanyak lima buah.
" Letnan, kali inikau pastikan untuk menggunakan granat mu, mengerti? " kata kapten Santoso mengingatkan ku.
" Siap Kapten. " jawab ku dengan lantang.
Kemudian aku juga menjelaskan bahwa pada percobaan sebelum nya aku telah membuat monster laba-laba kehilangan satu kakinya. dan pada kakinya mengandung aliran listrik yang cukup tinggi sehingga bisa menyetrum siapapun yang memegangnya.
Kapten Santoso pun terlihat sangat panik saat itu. namun dia berkata kepada ku tidak perlu khawatir. karena senapan AK-47 kemungkinan bisa untuk mengalahkan monster tersebut ditambah lagi dia juga membekali ku lima buah granat yang bisa menghancurkan monster laba-laba tersebut.
Setelah cukup berdiskusi, kami pun segera melancarkan aksi kami. dimana kapten Santoso bersiap untuk membuka lubang waktu sementara aku pergi mengambil senjata yang akan ku bawa saat itu. di ruang senjata, Juni tiba-tiba menghampiri ku. belum selesai aku bertanya apa yang dia lakukan di sini, dia pun menghampiri ku lalu mengecup bibir ku.
" Aku harap kau akan kembali dengan selamat. berhati-hatilah. " ucap Juni berpesan kepada ku setelah dia mencium ku.
Aku yang saat itu begitu terkejut hanya menjawab sekedarnya saja. aku tidak menyangka bahwa Juni akan bertindak seberani itu. aku merasa lebih bersemangat setelah Juni mencium ku saat itu. aku pun segera bergegas pergi setelah menaruh senjata di punggung ku.
Aku dan juga beberapa anggota yang lain pergi ke atas markas dimana lubang waktu akan terbuka. sementara kapten Santoso mengawasi ku dari ruang kendali. aku mulai berkonsentrasi penuh sambil memejamkan kedua mataku. angin mulai berhembus saat pintu memasuki lubang hitam telah terbuka. aku pun mulai memasang aba-aba untuk masuk dengan mengangkat sebelah tangan ku dan menyentuh lubah hitam tersebut.
" Bzzzzzt ... " suara seperti listrik menyambar terdengar di telinga ku saat aku memasuki lubang hitam tersebut. dan dalam waktu sepersekian detik saja aku kembali ke masa depan lagi.
Kapten Santoso kembali memastikan bahwa Jopardi telah keluar dari radar, itu tanda nya dia sudah pergi ke masa depan. Kapten pun segera menghampiri dimana lubang hitam di buka untuk memastikan apakah senjata yang di bawa oleh Jopardi berhasil ia bawa. setelah menelusuri sekitarnya, ternyata tidak ada senjata apapun di temukan. kapten Santoso berasumsi bahwa Jopardi kembali berhasil membawa senjata tersebut.
Aku yang pada saat itu telah memastikan bahwa senjata ku terbawa oleh ku, merasa sangat lega. aku pun kemudian mulai kembali ke dalam markas yang sangat gelap itu. aku memutuskan untuk tidak mengubur senjata tersebut karena ku pikir mungkin nanti aku akan bertemu dengan monster laba-laba itu lagi.
Aku mulai menyusuri jalan yang tidak ada penerangan sama sekali. aku hanya mengandalkan insting ku saat itu. setelah beberapa saat berjalan, aku melihat seperti ada sebuah sinar merah lewat di kejauhan. aku merasa penasaran dan mencoba untuk menghampirinya. aku pun terkejut saat melihat bahwa monster laba-laba itu berada di dekat ku.
karena reflek aku pun mulai bersembunyi di balik dinding yang ada di depanku dan mulai menembak secara membabi buta. terdengar suara pantulan peluru demi peluru yang ku tembakkan pada saat itu. ku pikir mungkin saja akan mengnai laba-laba tersebut dan mengalahkan nya.
Namun setelah aku kehabisan peluru, aku mencoba untuk mengintip, dan ternyata monster laba-laba tersebut tidak juga bisa di kalahkan dengan senjata AK-47 sekalipun.
Bagaimana ini? senjata ini ternyata tidak mempan dengan laba-laba itu. apa yang harus ku lakukan sekarang? haruskah aku melemparkan granat ini? tapi, jika aku melemparkan nya, aku akan ikut meledak juga di sini karena sepertinya aku berada di dalam sebuah lorong.
Aku mulai merasa dilema saat itu dan tidak bisa berpikir dengan jernih. akhirnya aku memberanikan diri untuk melempar granat namun ku pikir harus lebih mendekat pada laba-laba tersebut agar bisa mengenainya. aku mulai mendekat pada arah sinar merah yang berasal dari kedua mata monster laba-laba itu dan melemparkan salah satu granat yang ku punya.
" Boom !!! "