Aku mulai berpikir apakah percobaan akan di lakukan secara terus menerus sampai akhirnya aku akan kehilangan nyawa ku? dan apakah aku hanya bisa kembali ke masa di mana aku berasal dengan cara bunuh diri? apakah mungkin tidak ada alat yang bisa membuat ku kembali tanpa harus menyakiti diriku? aku sering kali berpikir bahwa aku bukanlah diriku lagi. aku pikir aku adalah bahan eksperimen yang di jadikan seperti tikus percobaan yang ada di sebuah lab.
Namun aku berpikir bahwa hal itu harus ku lakukan demi negara ku agar di masa depan tidak hancur seperti sebelumnya yang sudah ku lihat. aku pun rela meski tubuh ku penuh luka karena perjalanan waktu yang ku lakukan. karena hanya aku saja yang bisa melakukan nya dari seluruh organisasi yang ada.
Kapten Santoso berpikir untuk melakukan percobaan ketiga, aku pun disuruhnya untuk beristirahat dengan cukup agar aku bisa kembali berenergic seperti sebelumnya. terus terang saja hampir di setiap bagian tubuh ku ada bekas luka sayatan yang bisa dibilang membekas dan tidak bisa hilang. aku takut jika Juni sering melihatnya maka dia akan memutuskan untuk mundur dari sisi ku.
Kekhawatiran itu tidak terlalu menganggu di pikiran ku sebenarnya, hanya saja yang mengganggu pikiran ku saat ini adalah suatu saat bisa saja aku terperangkap di dalam dimensi lain seperti kapten Kim Bum.
***
Hari telah berganti, sudah saatnya aku melakukan percobaan ketiga. kali ini kapten Santoso berkata kepada ku untuk membawa beberapa senjata seperti, Pistol Glock 20 Sf 10mm sebanyak empat buah, peluru 49 buah, satu buah granat dan sebilah pisau. aku pun memulai pergi di tempat biasa lubang hitam di buka. dimana posisinya masih sama seperti biasanya yaitu di atas markas.
Seperti biasa nya aku mulai berkonsentrasi, kapten Santoso memulai komando nya untuk segera membuka lubang hitam. aku mulai merasakan hembusan angin yang sangat kencang menghempas ke tubuh ku. aku pun mulai memejamkan kedua mata ku sambil menyentuh lubang hitam yang saat itu telah muncul di depan ku.
" Bzzzzztt!!! " aku pun akhirnya melintasi ruang dan waktu melalui lubang hitam tersebut dan kembali ke masa depan.
Seperti biasanya aku mengecek sekeliling ku dan melihat apakah aku dalam kondisi yang aman dan tidak ada apapun di sekitar ku yang mungkin akan menyerang ku. setelah aku memastikan diriku aman, aku pun mengecek isi ransel ku. dan ternyata semuanya masih lengkap bahkan jumlah peluru yang ku bawa tidak kurang satu pun. ku pikir sepertinya percobaan kali ini telah berhasil.
Lalu, aku memutuskan untuk mengubur tiga buah pistol beserta peluru cadangan yang ku miliki saat itu agar sewaktu-waktu aku kembali aku memiliki senjata cadangan. saat ini aku hanya membawa sebuah pistol, sebuah granat dan sebilah pisau. kemudian aku mencoba untuk kembali ke markas yang sebelum nya pernah ku datangi. aku merasa penasaran apakah mungkin monster yang ku temui saat itu masih berada di sana.
Karena situasi keadaan yang terlalu gelap, sebenarnya aku sedikit enggan untuk masuk ke dalam markas, namun karena aku sudah di perbekali oleh kemampuan ku semasa pelatihan dulu, aku memberanikan diri untuk menelusuri markas tersebut. pertama aku mulai menembakkan sesuatu ke arah ujung jalan, aku berpikir dengan adanya percikan dari peluru yang ku tembakkan, aku akan mengetahui apakah ada jalan menuju ke depan ku.
Aku akhirnya berhasil menemukan sebuah jalan, aku mulai merayap memegang apapun yang ada di sampingku dan terus melangkah maju. namun aku menemukan sebuah tembok besar, ku pikir saat itu aku menemukan jalan buntu. kemudian saat aku berbalik ke arah kanan, ternyata aku menemukan kembali sebuah jalan. aku pikir jalan tersebut seperti berbentuk sebuah lorong.
Aku pun mencoba untuk menembakkan peluru lagi ke arah dalam untuk memastikan apakah ada jalan lagi ke dalam. aku pun menembak sambil memperhatikan sekitarnya, dan saat percikan dari peluru yang bergesekan dengan tiang besi terlihat oleh ku, ada sebuah cahaya merah yang berbentuk seperti mata.
Aku pun mulai merasa gugup. ku pikir ada sesuatu di ujung sana yang sedang memperhatikan ku, namun semakin aku melihat dengan jelas, cahaya tersebut seolah-olah semakin mendekat ke arah ku. dan benar saja, monster laba-laba itu muncul kembali di hadapan ku.
Aku mulai menembaki nya sambil mencari tempat untuk bersembunyi. aku melihat laba-laba itu tidak terlalu besar seperti yang ku lihat seperti waktu itu. kira-kira laba-laba itu memiliki tinggi dua orang dewasa. aku tahu meskipun laba-laba itu terlihat kecil, namun aku yakin dia pasti kuat juga.
Aku mulai berperang sendiri melawan seekor monster laba-laba yang cukup besar. namun laba-laba itu menyerang ku dengan sangat agresif di kegelapan. aku pun merasa tubuh ku mulai sedikit melemah, bahkan peluru ku tersisa hanya 1 butir saja di dalam pistol ku.
Napas ku mulai terengah-engah. aku mencoba bersembunyi di balik rereuntuhan yang ada tepat di samping ku saat itu. aku mencoba mengatur napas ku lebih dulu, namun laba-laba itu masih bisa menemukan ku. aku pun mulai cemas dan hampir kehabisan tenaga.
Sementara itu, kapten Santoso saat ini tengan menunggu kembali nya Jopardi dengan perasaan yang cemas. selain itu dia bahkan tidak menemukan senjata yang tertinggal di sekitar lubang hitam, sehingga dia berpikir mungkin saja Jopardi berhasil membawa seluruh senjata tersebut.
Kapten Santoso pun kemudian menyuruh Juni untuk berjaga di ruang kontrol, karena siapa tahu saja Jopardi akan muncul disana. Juni pun mendengarkan apa yang di perintahkan kapten Santoso pada saat itu.
Sementara itu Jopardi yang saat itu berpikir sudah bebas dari monster laba-laba, rupanya tidak demikian. laba-laba itu hampir saja menerkam nya namun Jopardi dengan sigap menembak nya dan mengenai satu kaki nya hingga terlepas. laba-laba itu pun mengeluarkan suara aneh dan pergi menjauh begitu saja.
Saat itu aku berpikir bahwa laba-laba sepertinya sudah menjauh. aku pun tidak nampak melihat cahaya merah lagi. dan aku melihat potongan kaki laba-laba yang cukup besar di dekat ku. aku pun menyadari bahwa saat itu aku masih memiliki granat di saku rompi ku.
" Ah, ternyata aku masih memiliki granat. tahu begini aku tidak perlu menghabiskan peluru ku. " gumam ku.
Aku pun menghampiri kaki laba-laba besar itu. aku merasa penasaran apakah laba-laba tersebut adalah laba-laba sungguhan ataukah robot. dan ketika aku menyentuh nya, aku pun di kejutkan dengan listrik statis yang ada pada kaki laba-laba tersebut sehingga membuatku pingsan dan kembali ke masa ku semula.
Saat itu Juni menemukan ku pingsan di depan pintu ruang kontrol. seperti biasanya Juni terlihat sangat mengkhawatirkan ku. Juni pun langsung membaringkan ku di tempat tidur dan memeriksa ku. percobaan selama 45 menit itu terasa cukup lama bagi ku. kapten Santoso yang telah mengetahui bahwa Jopardi sudah ada dalam radar, segera menghampiri nya di ruang kontrol.