Chereads / Kita, Kamu, dan Dia / Chapter 3 - Bab 3

Chapter 3 - Bab 3

Kalau bukan karena ancaman ayahnya yang katanya akan menyakiti Elliana, Kendrick mungkin tidak berada di sini. Kendrick Byantara, pemuda berumur 19 tahun itu sedang berdiri di sebuah gedung apartemen mewah yang sebenarnya cukup dekat dengan kampusnya.

Dengan wajahnya yang selalu menampakkan ekspresi dingin, Kendrick terus menatap pintu lobi apartemen tersebut. Saat matanya berhasil menangkap sosok gadis berambut hitam panjang itu, ia segera masuk ke dalam mobilnya.

Gadis itu juga menyadari kehadiran Kendrick dan segera masuk ke dalam mobil Kendrick. "Kalau bukan karena ayahku, aku tidak akan mau menjemputmu, Devika," ucap Kendrick dingin begitu gadis itu duduk di kursi penumpang di sebelahnya.

"Aku juga. Kalau bukan karena mobilku sedang di bengkel, aku pasti akan menolakmu, Kendrick," balas Devika pelan. Tapi saat mengingat apa sebenarnya alasan ia sengaja membuat lecet mobilnya itu Devika tersenyum.

Senyuman itu sedikit mengusik Kendrick. "Kenapa kau tersenyum?" tanya Kendrick kemudian menjalankan mobilnya.

Devika semakin melebarkan senyumnya saat mengingat Bagas. "Aku sedang memikirkan cara agar kita bisa bebas dari pertunangan ini," sahut Devika sambil tersenyum ke arah Kendrick.

Kendrick menaikkan salah satu alisnya dengan bibirnya yang tersenyum miring, "Benarkah? Aku akan sangat menantikannya, Devika."

Setelah itu, tidak ada percakapan lagi yang terlontar di antara keduanya hingga mereka akhirnya sampai di dalam kampus mereka. Setelah memakirkan mobilnya, Kendrick dan Devika keluar dan memasuki gedung bersamaan.

Belakangan ini memang sudah tersiar kabar mengenai pertunangan Kendrick dan Devika. Saat melihat kedua orang ini berjalan bersama seperti sekarang ini tak pelak membuat hampir semua mahasiswa berbisik-bisik layaknya suara lebah yang sibuk berdengung.

Elliana yang baru saja keluar dari kelasnya juga melihat Devika dan Kendrick yang sedang menaiki tangga. Sambil berusaha untuk tidak menghiraukan mereka, Elliana menuruni tangga. Saat mereka berpapasan, Kendrick benar-benar tidak memandangnya padahal sebulan yang lalu mereka adalah sepasang kekasih.

"Elliana bodoh!" bisiknya pada dirinya sendiri kemudian mempercepat langkahnya. Setelah sampai di bawah, napasnya memburu seperti seseorang yang baru saja menuruni 1000 anak tangga. Begitu banyak perasaan yang berkecamuk dalam hatinya. Padahal dirinya sedang berusaha untuk melupakan Kendrick tapi kenapa setiap melihat laki-laki itu perasaannya tetap sesakit ini?

Karena ingin cepat pergi dari sana, Elliana tanpa sengaja mendengar desas-desus beberapa mahasiswi yang berkumpul di pojok tangga. "Wah? Benarkah? Jadi Kendrick dan Devika itu sudah tidur bersama?"

DEG!

Seketika itu juga mata Elliana terasa memanas. Dengan segera dia melanjutkan langkah kakinya bahkan mempercepatnya. Hatinya terlalu sakit.

Berhubung dia sudah tidak ada kelas lagi, Elliana memilih untuk segera pulang. Saat ia baru saja sampai di depan pintu gerbang sekolahnya tiba-tiba saja pendengarannya menangkap suara bel motor yang ditujukan kepadanya.

Dengan setengah kesal, Elliana mengangkat kepalanya kepada pengendara motor yang sudah mengganggunya itu. Tapi saat melihat siapa pengendara motor tersebut, perasaan kesal Elliana menghilang. Bahkan tanpa sadar, gadis itu segera memeluk pemuda tersebut.

"Aku mohon, Bagas. Bawa ... bawa aku pergi dari sini," pinta Elliana memelas.

"He-hei, kau kenapa, Elliana?" Bagas hanya bisa kebingungan melihat tingkah Elliana. Dengan perlahan, Bagas menjauhkan wajah Elliana dan betapa kagetnya Bagas saat melihat wajah itu mengeluarkan air mata.

Pandangan mata Bagas melembut, "Kalau begitu cepat naik, aku memang sengaja datang menjemputmu, Elliana."

Dan begitulah, akhirnya Bagas mengantar Elliana pulang ke gedung apartemen mereka yang sangat sederhana. Dalam perjalanan itu, Elliana terus memeluk Bagas berusaha menumpukan semua bebannya pada Bagas. Di saat itu, tiba-tiba saja terbesit suatu hal yang mungkin akan dapat membuat dirinya lupa akan Kendrick.

.

.

.

Begitu sampai di lantai dua, Kendrick tak lantas membawa langkahnya ke dalam kelasnya. Tapi dia menatap ke bawah, menatap ke arah gadis berambut sebahu yang baru saja melewatinya beberapa saat barusan.

Devika yang berada di sebelahnya juga ikut berhenti dan menatap wajah Kendrick. Devika tercengang saat melihat ekspresi Kendrick yang melembut. Tapi, apa yang sedang dilihatnya?

Gadis itu pun mengikuti arah pandang Kendrick. Setelah melihat objek yang sedang dilihat Kendrick, Devika tersenyum simpul. "Jadi gadis itu ya?"

Kendrick segera menoleh ke arah Devika sambil menaikkan salah satu alisnya.

Lagi-lagi Devika tersenyum misterius, "Bukan apa-apa, Kendrick. Aku akan benar-benar pastikan pertunangan kita batal."

Kendrick hanya mendengus mendengar perkataan Devika tapi dalam hati dia merasa sangat senang karena dirinya sudah tidak bisa menentang perintah ayahnya ini. Ayahnya itu sudah berani mengancamnya dengan menggunakan Elliana. Bahkan demi melindungi Elliana, Kendrick rela untuk menjauhi gadis itu dan membiarkan hatinya sakit setiap melihat Elliana.

Melihat tunangannya sedang terlarut dalam emosi perasaannya, Devika memilih masuk lebih dulu ke dalam tapi dia tidak masuk ke kelas melainkan ke kantin. Di sana, dia akhirnya menemukan orang yang sedari tadi ia cari. "Ria, apa kau mendapatkan apa yang kuminta?" tanya Devika bersemangat sambil duduk di hadapan gadis berkacamata itu.

"Tentu, Nona Hanasta. Ini vitamin C yang kau minta," sahut Ria sambil menyerahkan sekotak obat berisi pil. "Khasiatnya bertahan sangat lama, Devika."

"Terima kasih," balas Devika kemudian pergi dari sana. Dalam hati, dia merasa sangat senang karena obat yang sedang ia bawa bukanlah vitamin C. Sebentar lagi, dia bisa menjalankan rencananya. Jika rencana ini berhasil, maka dia bisa bebas dari pertunangannya dengan Kendrick dan ia akan bisa bersama dengan orang yang ia cintai.