Begitu sampai di depan apartemennya, Elliana segera masuk ke dalam. Bagas dengan setia mengikutinya karena ingin meminta penjelasan kenapa Elliana menangis. Setelah mengunci pintu apartemen Elliana, Bagas mengikuti gadis itu masuk ke kamarnya.
Bagas hanya bisa menghela napas saat melihat gadis itu duduk di pinggir tempat tidur sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tak memiliki pilihan lain, akhirnya Bagas juga duduk di sebelah gadis itu.
Mata Bagas memandang sekeliling kamar Elliana, kalau saja lampu di kamar ini menyala pasti mata Bagas akan sedikit sakit karena warna merah muda yang memenuhi kamar ini. Dia jadi teringat saat Elliana baru pertama kali pindah kemari, saat mereka bertengkar apakah akan menggunakan warna merah muda atau putih di kamar ini. Dan Ellianalah pemenangnya, lagipula ini memang kamar Elliana, kan?
"Bagas," panggil Elliana tiba-tiba.
Lamunan Bagas menghilang, ia segera menoleh ke arah Elliana. Lagi-lagi tatapan mata itu, begitu menyedihkan, begitulah pikir Bagas. Tanpa bisa ditahan, tangan Bagas mengusap pelan pipi Elliana, "Kau kenapa lagi, Elli?"
Selama beberapa detik, Elliana terus menatap Bagas. Dia sudah memikirkannya, satu-satunya cara untuk melupakan Kendrick adalah dengan memiliki lelaki yang terikat dengannya sama seperti Kendrick yang memiliki ikatan dengan Devika. Karena itu...
"Bagas, tidurlah denganku, menyatulah denganku," ucap Elliana mantap.
Mata Bagas melebar mendengar ucapan Elliana. Dia segera menurunkan tangannya dari wajah Elliana. Kedua tangannya kali ini berpindah ke atas pundak Elliana, "Apa yang sedang kau bicarakan, hah?!" bentak Bagas sambil menggoyang-goyangkan kedua pundak tersebut.
"Aku ingin melupakan Kendrick. Karena itu, aku ingin kau mengikat dirimu denganku. Aku yakin dengan itu aku akan bisa melupakan Kendrick," sahut Elliana dengan suara yang sama kerasnya dengan suara Bagas barusan. "Aku mohon, Bagas," pinta Elliana memelas.
Bagas mengerutkan dahinya, "Tetap saja, itu tidak benar."
Melihat Bagas yang tidak mau mengabulkan permintaannya, Elliana mengambil langkah lebih dulu. Dengan cepat, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Bagas dan mencium bibir laki-laki tersebut.
Dengan cepat pula, Bagas mendorong Elliana sehingga ciuman mereka terlepas. "Sadar, Elliana. Kau sudah gila!"
Elliana menepis tangan Bagas, "Aku tidak gila, Bagas," sahut Elliana dengan suara parau. "Kalau ... kalau kau mau melakukannya, aku akan menerima pernyataan cintamu, Bagas. Jadi, kumohon."
Lagi Elliana mendekatkan wajahnya ke Bagas dan menciumnya kembali. Kali ini, gadis itu bahkan berani melumat pelan bibir Bagas. Sedangkan Bagas hanya terdiam begitu mendengar kata-kata Elliana barusan. Tubuhnya tiba-tiba saja kaku. Bukankah dulu dia pernah berkata bahwa ia rela menjadi pelampiasan Elliana asalkan dia bisa bersama Elliana? Lalu sekarang?
Dari pandangannya, Bagas dapat melihat Elliana yang sedang berusaha merangsangnya. Dengan pelan, Bagas menjauhkan wajah Elliana darinya. Ditatapnya mata gadis itu lekat-lekat dengan lembut. "Baik, kau menang, Elliana," ucap Bagas.
Dengan perlahan Bagas mencium dahi Elliana kemudian hidungnya, pipinya dan berakhir di bibir Elliana. Ciuman itu begitu lembut bahkan Elliana tidak sadar kalau dia sudah terlentang di atas kasurnya dengan tubuh Bagas yang berada di atasnya.
Bagas sudah tidak menciumnya, mereka hanya saling menatap. Baik Elliana maupun Bagas dapat merasakan degup jantung mereka yang semakin keras. Kedua pasang mata tersebut berusaha saling menyelami emosi satu sama lain.
"Tumpahkan semua perasaanmu padaku, Bagas," ucap Elliana dan ia segera menerima ciuman dari Bagas lagi. Kali ini ciuman Bagas sudah menjadi lumatan lembut hingga membuat Elliana melenguh.
"Mnn... Hhnnn..."
Kali ini, lidah Bagas berhasil masuk ke dalam bibir Elliana. Entah mengapa, tiba-tiba saja suasana di sekitar mereka terasa begitu panas. Ciuman Bagas pun semakin menggebu-gebu, laki-laki itu berusaha semakin menekan kepalanya agar bisa lebih jauh menjelajahi bibir Elliana. Tak jarang, kedua lidah itu saling membelit.
Karena kebutuhan oksigen, Bagas mengangkat wajahnya. Lagi mereka saling memandang kali ini dengan senyuman yang terbingkai di kedua wajah mereka. Senyuman yang memberikan pengertian dan kehangatan. Masing-masing dari diri mereka sudah yakin bahwa mereka tidak akan menyesali perbuatan ini.
Kembali Bagas mencium Elliana dengan penuh sayang. Ciuman yang lembut, hangat dan menyenangkan. Perlahan-lahan, hati Elliana mulai meleleh dengan sikap Bagas yang begitu lembut padanya. Selagi mencium Elliana, kedua tangan Bagas melepas satu per satu kancing kemeja Elliana.
Bagas mengangkat wajahnya saat kulit putih Elliana terlihat. Wajah Bagas memerah, "Kulitmu indah sekali, Elli," ucapnya.
Wajah Elliana juga bersemu, "Jangan terus melihatku seperti itu, Gas," balasnya dengan malu.
Bagas terlihat menelan ludah, "Sekarang aku hanya perlu melepas pengait bramu, kan?" tanyanya dengan satu tangannya yang menyelinap di balik punggung Elliana lalu melepas pengait bra berwarna merah muda yang dikenakan Elliana.
Begitu pengait bra Elliana terlepas, Bagas mengangkat bra Elliana ke atas sehingga dua payudara Elliana terlihat jelas dalam mata Bagas. Wajah Bagas semakin memerah saat melihat payudara Elliana yang montok dan kenyal itu.
"Elliana, a-aku... kau cantik," ucap Bagas gugup sambil tangan kanannya meremas pelan payudara kiri Elliana.
Sedangkan Elliana hanya bisa mendesah dengan perlakuan Bagas. "Hmm... Uhh..." lenguh Elliana ketika bibir Bagas mengulum puting payudara kanan Elliana.
"Kau tampak manis, aku akan terus membuatmu nyaman, Elli," ucap Bagas di sela-sela kulumannya.
"Hmm... terus, Bagas..."
Setelah puas mengulum, Bagas mengangkat wajahnya dan mencium Elliana kembali. Ciumannya itu semakin ganas. Kedua tangan Elliana berada di belakang kepala Bagas dan menekannya agar ciuman mereka lebih memuaskan. Sedangkan kedua tangan Bagas tak tinggal diam, kedua tangan itu terus meremas kedua payudara Elliana.
"Hm, hm, ahh..." Elliana sedikit menjerit saat Bagas memelintir puting Elliana.
"Putingmu sudah mengeras, Elliana," ucap Bagas kemudian bangun dari posisinya.
"Jangan berkata seperti itu, aku malu," balas Elliana sambil memperhatikan Bagas yang sedang melepas baju dan celananya. Mata Elliana sedikit membesar saat melihat penis Bagas yang tegak berdiri.
Gadis berambut sebahu itu segera memalingkan wajahnya ke samping. Sedangkan Bagas sudah naik ke atas kasur kembali dan melepaskan celana panjang serta celana dalam Elliana. Kulit wajah Bagas yang berwana cokelat itu menjadi sedikit merah saat melihat tubuh Elliana yang telanjang bulat.
"Jangan tatap aku terus, Bagas. Aku malu," ucap Elliana.
Bagas kembali memosisikan dirinya di atas Elliana. Tangan kanannya menyentuh dagu Elliana dan memaksa gadis itu untuk menatapnya. Bagas kembali melumat bibir Elliana.
"Mhhnn..."
Ciuman Bagas kemudian turun ke dagu dan leher Elliana. Walaupun bibir Bagas sibuk menandai leher Elliana dengan kissmarknya, kedua tangan Bagas tidak diam. Tangan kanan pemuda itu terus meremas payudara Elliana sedangkan tangan kirinya meraba-raba perut Elliana hingga turun ke bagian kemaluannya.
Baru saja jari-jari Bagas menyentuh bibir vagina Elliana, gadis itu dengan cepat mengapitkan kedua pahanya hingga tangan Bagas terjepit.
"Ba-Bagas, jangan sentuh aku di situ, aku malu," suara Elliana sedikit bergetar. Bagas hanya tertawa kecil kemudian menjauhkan tangan kirinya dari kemaluan Elliana. "Engg... Ahh..." Suara lenguhan Elliana kembali tersengar saat kedua tangan Bagas menyerang kedua payudaranya sedangkan mulutnya masih asyik menjilat dan menghisap leher Elliana.
Pemuda berambut hitam berantakan itu memosisikan dirinya di antara kedua kaki Elliana sehingga penisnya yang berdiri itu bisa bergosokkan dengan bibir vagina Elliana. "El-Elliana..." panggilnya tiba-tiba sambil menahan sesuatu.
"Mmnn?" sahut Elliana di antara desahannya.
"Apa aku sudah boleh memasukannya? Aku-"
"Tentu, Bagas," sahut Elliana sambil mengalungkan tangannya di leher Bagas.
Kedua sejoli itu saling bertatapan. "Aku mulai memasukkannya." Dan Bagas pun mulai memajukkan tubuhnya sedikit demi sedikit. "Grr..." geramnya.
"Engg... Akh!" erang Elliana saat kepala penis Bagas memasuki lubang peranakannya. Rasanya sakit dan terasa begitu aneh. Inilah ikatan yang mulai Elliana dan Bagas bangun. Ikatan yang Elliana percayai dapat membuatnya melupakan Kendrick.
"Ahh..." Bagas sendiri juga ikut mendesah. Pemuda itu kemudian meneruskan penyatuan tubuhnya dengan Elliana. Penis Bagas yang panjang itu baru berhasil masuk setengah saja ke dalam lubang vagina Elliana.
"Shhh... El-Elliana, aku akan masukkan seluruhnya," geram Bagas. Elliana hanya bisa mengangguk sambil menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya.
JLEB!
"AKKHHHH! Sa-sakit..." erang Elliana.
Dalam sekali hentakkan, penis Bagas berhasil masuk seluruhnya. Darah selaput dara Elliana terlihat membasahi penis Bagas. "Apa aku sudah bisa bergerak?" tanya Bagas.
"A-aku tidak tahu, Bagas." Elliana terus berusaha menstabilkan detak jantungnya. Bagian bawahnya terasa berdenyut-denyut menyakitkan. Penis Bagas yang memasuki tubuhnya terasa begitu aneh dan memenuhinya. Begitu panas dan berurat-urat.
Akhirnya Bagas memilih untuk menggerakkan tubuhnya perlahan-lahan. Keluar kemudian masuk, begitu seterusnya. "Mhhh... Arrgg..." Bagas menggeram saat vagina Elliana terasa menjepit penisnya. Rasanya begitu nikmat.
Elliana yang awalnya merasakan sakit, sekarang sudah bisa mendesah sesuai dengan tempo gerakkan Bagas. "Ah! Ah! Ahhh... Akh!" Elliana sedikit terkejut saat Bagas mempercepat gerakannya. Begitu cepat sampai Elliana merasa berada di udara. Rasanya ia seperti melayang.
"Elliana, Elliana, Elliana..."
"Ba-Bagas... Ahhhkk..."
Begitu seterusnya, tubuh mereka terguncang-guncang sesuai dengan hentakan Bagas. "Shhh... Ah, Elliana... Aku..." Bagas semakin mempercepat genjotannya saat ia merasakan sesuatu akan keluar dari tubuhnya.
"Bagas, ahhh... a-ada sesuatuhhh... Ahk... yangg ahhh..." ucap Elliana tidak karuan, sebentar lagi ia akan merasakan orgasme.
"Oh! Ellianaa..."
"Bagas..."
Teriak mereka berdua bersamaan dengan klimaks mereka masing-masing. Sperma hangat Bagas terasa menyembur beberapa kali ke dalam tubuh Elliana. Elliana bahkan merasa kalau rahimnya sudah dipenuh oleh sperma Bagas.
Setelah klimaks yang mereka rasakan, kedua remaja itu hanya bisa terengah-engah. Kedua mata mereka saling menatap dengan wajah yang sama-sama memerah.
"Elliana, aku mencintaimu," ucap Bagas sembari mengulum bibir Elliana.
Sesudah menyelesaikan lumatan lembut itu, Bagas melepaskan penyatuan mereka hingga ada cairan sperma yang keluar dari vagina Elliana.
"Terima kasih, Bagas. Aku bahagia," balas Elliana dan kemudian mereka pun tertidur dengan Elliana yang berada dalam pelukan Bagas.
Hari itu, akhirnya ikatan antara Elliana dan Bagas pun tercipta. Andai saja ini benar-benar bisa membuat Elliana melupakan Kendrick.