"Kuenya enak." Ucap Izza setelah membuka kaca helm nya lalu setelah berbicara dia langsung melaju tanpa menunggu jawaban Ara. Ara terdiam mendengar perkataan Izza lalu tanpa disadar pipinya sedikit memerah.
Disisi lain Arlan yang tadinya ingin menyambut Ara terdiam di gerbang enggan untuk merusak suasana disana.
"Lemah." Gista menepuk kencang pundak Arlan dan langsung memanggil Ara dan berlari kearahnya.
"Sialan." Arlan tersenyum kecil karna mengerti makna dari apa yang dikatakan sepupunya itu.
Kembali ke Ara.
"Araaa." Gista berlari ke Arah Ara.
"Ngapain lari-lari kaya anak kecil kamu gis."
"Ga salah kamu nyebut aku anak kecil kayanya tinggian aku deh." Gista melipat kedua tangannya di depan dada.
"Cii-"
"Btw itu siapa?"
"Siapa?"
"Itu yang nganter kamu."
"Ohh itu sepupunya kak vero kamu kenal kan kak vero."
"Kok bisa bareng?"
"Ternyata kak vero itu pacarnya sahabat aku di sekolah tadi aku nemenin dia first date."
"Berarti double date dong." Gista menyenggol bahu Ara menggoda.
"Apaan sih gis ga gitu." Ucap Ara dengan wajah sedikit memerah.
"Lucu bgt sih, yaudah yuk masuk tuh Arlan udah nunggu." Gista pun mendorong punggung Ara agar berjalan terlebih dahulu memasuki rumah.
"Selamat ultah Lan Wish you All the best." Ucap Ara setelah sampai didepan Arlan diiringi dengan senyum manisnya. Lalu mengulurkan tangannya.
"Iya ra, thanks udah luangin waktu lu." Balas Arlan sambil membalas uluran tangan Ara.
"Lann liat dressnya cocok ga sama Ara? Aku yang milih loh." Gista yang berada di belakang Ara antusias menyampaikan info tersebut.
"Cocok kok."
"Harusnya lu bilang cantik." Gista berbicara tanpa suara ke arah Arlan. Arlan pun hanya mengacuhkannya.
"Btw Rafi kemana?."
"Ngambil kue ke rumah lu Ra." Jawab Arlan.
"Gw ga nyangka lu yang buatin kue buat gw. Jangan-jangan yang waktu itu beli bahan itu bahan buat kue gw?" Lanjutnya.
"Iyups betul."
"Sorry ya jadi ngerepotin."
"Ga kok masa sama temen sendiri ngerepotin."
"Pfttt." Gista yang berada di belakang Ara tertawa sambil menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.
"Buat Hoodie nya juga thanks Ra." Arlan berjalan ke arah Gista lalu mengampit leher Giata dengan senyum yang manis. Ara pun hanya mengangguk dan tersenyum.
"Haha sorry-sorry Lann." Ucap Gista.
"Dasar sepupu ga ada akhlak." Arlan pun menjitak pelan dahi Gista. Ara pun yang melihatnya hanya tersenyum tipis.
Suara klakson mobil mengalihkan pandangan mereka semua ke gerbang, mobil milik Rafi memasuki pekarangan rumah Arlan. Rafi pun keluar dengan menenteng cake yang sudah dibuat oleh Ara lalu menatap Gista mengkode agar pergi duluan. Gista yang mengerti mengambil kue di tangan Rafi lalu Gista mendorong Arlan untuk memasuki rumah. Arlan yang mengerti keadaan pun pasrah didorong.
"Kok ga minta jemput ke gw?" Ucap Arlan setelah sampai di depan Ara.
"Lu kan kurir kue gw."
"Ck dirumah sepi, pada kemana?"
"Ga tau." Ucap Ara acuh lalu berbalik dan berjalan duluan.
"Vero bilang panic attack lu kambuh." Ucap Rafi dengan nada rendah dan membuat Ara terdiam tanpa berbalik.
"Lu kenapa sih selalu bikin gw khawatir Ra, seenggaknya kabarin gitu. Kalo bukan Vero yang ketemu sama lu gimana?" Ucap Rafi memeluk Ara dari belakang sambil memejamkan matanya.
"Maaf." Ara menjawab dengan nada pelan.
"Jangan kek gini lagi Ra."
"Iya."
Disisi lain dari jauh Gista menatap sedih ke arah keduanya sedangkan Arlan menatap dengan binggung.
"Lu cemburu?" Tanya Arlan ke Gista.
"Nggak lah. Kalo dulu sih mungkin iya kalo sekarang mana bisa."
"Emang kenapa sekarang ga bisa cemburu? Kan lu pacarnya."
"Hmm karna statusnya mereka sahabat mungkin."
"Lu sendiri ga cemburu?" Lanjut Gista
"Gw? Ga sih gw juga ngangep mereka gitu, Rafi sahabat yang baik banget anjir padahal gw udah dapet restu dia eh gw nya harusn pindah lagi ke Bandung."
"Emang ldr susah? Kayaknya Ara bakal ngerti deh kalo kalian sama-sama suka."
"Ga cuma Aranya gw nya juga takut nyakitin Ara."
"Iya sih gw jadi takut." Gumam Gista pelan teringat sesuatu.
"Lagian kayanya Ara udah suka sama orang."
"Siapa? Yang tadi nganterin??"
"Mungkin? Mana gw tau." Arlan mengangkat bahunya acuh. Tapi sebenarnya dia juga ingin tau kebenarannya tapi dilihat dari ekspresi tadi seperti nya iya. Arlan bimbang harus memendamnya dan terlihat tidak ada rasa apa-apa atau mengungkapkannya dan membuat suasana jadi canggung tapi membuat hatinya lega.
Kembali lagi ke sisi Ara. Rafi melepas pelukannya lalu membalikan badan Ara.
"Tapi lu ga papa kan?" Ucap Rafi sambil menatap nya.
"Ga papa kok santai."
"Trus tadi siapa yang nganterin?"
"Sepupunya kak vero."
Suara mobil mendekat membuat Ara mengalihkan pandangannya ke belakangnya Rafi. Ara pun melepaskan tangan Rafi yang ada dipundaknya. Rafi pun ikut menoleh.
"Gw ga tau kalo ortu lu juga ikut dateng." Ucap Ara.
"Gw lupa bilang."
Dua orang keluar dari mobil tersebut dan langsung berjalan ke arah Ara dan Rafi berada. Ara memasang senyum ramahnya dan Rafi memasang wajah datar dan acuh.
"Halo Ra udah lama ga ketemu, gimana kabar kamu?" Ucap Ayah Rafi yang berdiri di hadapan Ara dan Rafi.
"Baik om, om gimana kabarnya? Tante juga gimana?" Ucap Ara sambil tersenyum menatap bergantian ke kedua orang tersebut.
"Baik, kamu makin cantik aja Ra." Ayah Rafi mengusap rambut Ara dengan lembut. Berbeda dengan ayah Rafi yang ramah mama nya Rafi tersenyum tapi ada tatapannya seperti orang yang tidak suka. Ara tau itu tapi berpura-pura tidak tahu.
"Makasih om."
Dari arah dalam rumah kedua orang tua Gista keluar dan Gista yang tadi hanya menatap dari jauh pun memberikan kue ke Arlan lalu mengikuti orang tuanya sedangkan Arlan hanya diam.
"Loh mama Rafi kok udah dateng ga langsung masuk." Ucap mama Gista menghampiri lalu cepika cepiki sama mama Rafi.
"Yaampun besan, iya nih abis sapa Ara sama Rafi dulu." Ucap mama Rafi ramah.
"Ohh iya ada Ara." Ucap mama Gista.
"Iya mi, yaudah Ara ke dalem duluan ya semuanya." Ara pun tersenyum lalu meninggalkan kedua keluarga tersebut.
"Loh lan dari tadi belum masuk?" Ara yang hendak masuk melihat Arlan masih didepan pintu.
"Iya tadi malah ngitipin lu sama Rafi."
"Awas lu bintitan." Ara sambil terkekeh pelan.
"Waduh iya juga ya jadi takut. masa abis ultah kadonya bintitan, ga elit baget."
"Yaampun ada-ada aja. Btw ortu lu kemana lan?"
"Ohh ortu gw di Bandung Ra."
"Lah berarti lu tinggal sendiri?"
"Ga sama pembantu kok."
"Ga salah sih."
Arlan pun terkekeh dan Ara tersenyum lalu menepuk pundak Arlan pelan.
"Yaudah yuk masuk. Mau bantuin gw nata kuenya ga Ra?" Ucap Arlan.
"Males sih tapi karna lu yang ultah ga papa deh."
"Spesial dong aduh jadi terharu." Arlan pura-pura mengusap air mata dengan ekspresi terharu.
"Yaampun ada-ada aja deh."