Chereads / Princess Of The Time / Chapter 8 - Buku Dewa-Dewi

Chapter 8 - Buku Dewa-Dewi

Julie menghela nafas panjang dan mengikuti langkah kaki nyonya Derlina yang mengantarnya ke sebuah perpustakaan mini. Dia harus bekerja di toko lama ini untuk melanjutkan hidupnya. Nyonya Derlina membebaskan makan siang untuk Julie jika dia bersedia bekerja dengannya.

"Nona Juliet?" sapa salah satu pengunjung. Lelaki itu memakai topi hitam dengan jengot putih yang bergantungan. Di sisi kanannya terdapat tongkat putih dan dia menggunakan masker hitam yang menutupi setengah wajahnya.

"Maaf, saya Julie, bukan Juliet!" protes Julie sambil melihat netra lelaki itu. Tuan Alexsander tersenyum saat melihat ekspresi Julie yang sinis dan suaranya yang ketus.

"Maaf, saya salah menyebutkan namamu Nona manis," serunya. Julie menghela nafas panjang sambil memberikan nota bayaran. Dia sangat tidak peduli dengan tatapan intimidasi dari kedua mata Tuan Aleksander.

"Maaf Tuan Alexander, anda sudah terlambat mengembalikan buku dalam satu minggu ini. Aku akan memberikan nota untuk membayar tungakannya," jelas Julie tanpa memandangi wajah Tuan Alexander. Julie sangat benci berhadapan dengan seseorang yang mengintimidasinya.

"Tapi…"

"Anda akan bayar di sebelah sana Tuan Alexsan," potong Julie segera dan menunjukan meja bertuliskan loket pembayaran. Julie sangat berharap lelaki itu segera menghilang dari hadapannya.

"Maaf, aku Alexsander bukan Alexsan," protes lelaki itu sambil tersenyum. Julie menghela nafas panjang lalu mengembalikan kartu perpustakaan kepadanya.

"Oke, maafkan aku, setidaknya kita satu sama Tuan," jawab Julie. Lelaki itu menganggukan kepala dan berjalan menuju meja kasir untuk membayar tungakannya. Setelah lelaki itu berdiri agak jauh dari Julie, dia secara misterius tetap memandang wajah Julie.

Sudah delapan jam Julie bekerja di perpustakaan milik Nyonya Derlina dan sudah tiga orang yang membuatnya jengkel hari ini. Julie lalu berdiri dari kursinya dan mengambil satu buku dalam bahasa Yunani. Buku itu berisi simbol fisika tetapi dalam bahasa Yunani Kuno. Beberapa buku di perpustakaan Nyonya Derlina adalah buku bacaan yang tidak laku di pasaran.

"Kenapa dia memesan banyak buku lama?" batin Julie.

"Apakah dia tidak akan tahu bahwa orang-orang tidak suka buku lama?" sambungnya. Julie menyukai bekerja di perpustakaan ini karena dia bisa membaca banyak buku secara gratis tetapi dia benci dengan pelangan yang selalu mengodanya.

Julie mencoba mengambil 3 buku tua yang sudah tidak laku dan berada di pojok perpustakaan untuk di datanya segera. Ketiga buku itu juga menarik perhatian Julie karena sampulnya yang berwarna hijau lumut.

"Nephalme?" bacanya. Julie menyergitkan dahi dan mencoba menelusuri penjelasan dari buku itu. Dia kemudian memilih duduk di meja yang semula dan mencoba membuka satu per satu halaman

"Nona Julie, belum pulang?" sapa Bibi Lala yang merupakan rekan kerjanya. Julie tersenyum sambil mengelengkan kepala tanpa bersuara.

"Jangan terlalu lama pulang, kamu harus istirahat. Aku pulang dulu!" sahutnya lalu berjalan menuju pintu keluar. Tidak lupa Bibi Lala meninggalkan sebuah Apple dan melambaikan tangan ke arah Julie.

"Thanks!" sahut Julie sambil membalas lambaian tangan perempuan paruh baya itu. Bibi Lala adalah salah satu rekan kerjanya yang akan mengurus perpustakan yang hamper tutup ini.

"Klik!" Julie mematikan lampu meja kerja Bibi Lala lalu kembali ke mejanya semula. Dia penasaran membaca buku yang baru saja didapatnya hari ini.

"Naphalem."

"Naphalem adalah sebutan setengah iblis dan setengah malaikat?" batin Julie, dia lalu melanjutkan menusuri tiap point penjelasan dari buku itu lagi. Beberapa penjelasan mengenai dewa-dewi Yunani kuno seperti penjelasan mengenai dewi Artemis, dewi Venus dan masih banyak lagi.

"Huah!" Julie menguap. Dia sudah membaca buku itu hampir setengah halaman. Pikirannya berpusat kepada lelaki asing yang mengunjunginya kemarin malam. Apakah dia jelmaan dewa-dewi juga? Apakah dia seorang yang menjelma dari iblis menjadi manusia dan menakutinya? Banyak pertanyaan yang menumpuk di pikirannya sekarang.

"Aku harus pulang, sudah larut malam," Julie memasukan Ketika buku itu kedalam ranselnya dna mematikan lampu perpustakaan. Dia melangkah pelan lalu menutup pintu serta tidak lupa menguncinya.

Kota London di malam hari masih ramai dengan hiasan lampu yang terang benderang di setiap sisi jalan. Untung saja dia membawa sepeda sehingga Julie tidak terlalu khawatir ketinggalan bus jika pulang selarut ini.

Dring…

Julie menatap lemas benda persegi yang bergetar di tangannya. Nama Helen jelas tertera dan membuat Julie terheran. Perempuan itu tidak pernah menghubunginya selarut ini. Apa yang terjadi?

"Halo?"

"Ada apa Helen?" sahut Julie.

"Kamu tahu berita terbaru?" pekik Helen panik. Deru nafasnya jelas terdengar dan membuat Julie kebingungan.

"Apa.."

"Apa yang terjadi?" tanya Julie terbata-bata. Perasaanya sangat tidak enak mendengarkan suara Helen yang panik.

"Aku lagi di luar dan aku masih di jalan…"

Brakk!!

Sepeda Julie menabrak seseorang berbaju hitam. Matanya terbelalak melihat lelaki itu secepat kilat menghilang dari hadapannya. Apa yang terjadi? Siapa dia? Ada apa dengan semua ini?

"Julie?"

"Halo Julie?" teriak Helen semakin panik.

"Ia, aku jatuh. Coba kamu lanjutkan," ucap Julie dengan suara sedikit bergetar. Dia membersihkan noda darah dari lututnya sambil mendengarkan Helen melalui sambungan telepon.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Helen lagi.

"Ia, tidak, cepat kamu lanjutkan! Apa yang ingin kamu katakan!" seru Julie. Dia mencoba menahan perih di lututnya yang sudah tergores dan sudut siku yang lecet.

"Tuan Smith bunuh diri!"

"Apa?"

"Di mana?"

"Ini bohongan kan, aku tidak percaya lelaki itu meninggal," pekik Julie. Darah segar masih mengalir dari lututnya. Dia berusaha berdiri dan memperbaiki posisi sepedannya. Tetapi mendengarkan kabar bahwa lelaki tua itu telah meninggal membuat jantungnya bergetar lebih cepat.

"Helen, jelaskan!" perintahnya. Deru nafas Helen sangat jelas terdengar. Dia menarik nafas sejenak dan mencoba menjelaskan peristiwa yang menimpa Tuan Smith.

"Dia bunuh diri!" ucap Helen hati-hati.

Julie memeriksa kolom berita yang ada di ponselnya. Dia memutuskan sambungan telepon dari Helen dan mencoba mencari kebenaran berita ini.

'Koran kota London menginfokan bahwa seorang ilmuan meninggal di sebuah apartemen yang baru disewanya dua minggu lalu. Lelaki yang di taksir usianya sekitar 56 tahun itu melompat dari gedung tinggi.'

"Apa?"

"Dia benar-benar meninggal?" batin Julie. Dia segera mengoes sepedanya, sesampai di rumah, Julie meninggalkan begitu saja di sepedanya. Dia masuk ke rumah kecil dan membuang tas ranselnya entah kemana. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Tuan Smith. Mengapa harus bunuh diri? Mengapa harus melompat?

Tetapi, sebuah keanehan yang di alaminya hari ini saat dia melihat lelaki berjubah hitam itu secara misterius menghilang di hadapannya. Bulu kuduk Julie seketika merinding mengingat kejadian itu lagi.

Dia kemudian mengambil tas ransel dan membuka ketiga buku yang baru saja di pinjam.

"Dewa-dewi Yunani," ejanya pada sampul buku itu.

Satu cover buku itu berwarna hijau lumut yang menjelaskan teori fisika dan mati-matika yang di gambarkan dalam simbol Yunani kuno sedangkan buku yang kedua menceritakan mengenai makhluk halus.

"Apa ini? Mengapa ada buku seperti ini?" sahutnya. Jendela rumahnya bergetar tiba-tiba akibat angin kencang yang menjatuhkan pot-pot hias di kamarnya. Julie sedikit ketakutan tetapi dia berusaha untuk berani melanjutkan bacaanya. Hatinya menjerit tetapi tangannya segera menutup jendela itu seketika.

Bersambung…