"Boneka yang kita lihat kemarin itu adalah mayat?" tanya Julie.
"Ia,"
Brakk!!
Pintu rumah Helen terbuka dengan tiba-tiba, membuat mereka berteriak dan terperanjak dari tempat duduknya.
"Siapa itu?" teriaknya. Julie dan Helen sontak berdiri dari kursinya lalu segera mendekati pintu itu. Helen melihat kiri dan kanan serta mengamati seisi rumahnya. Dia terakhir kali mengunci rumahnya sebelum Julie datang dan menghampirinya di teras.
"Siapa itu?" ulang Helen. Jantungnya memompa cepat dan keringat berjatuhan dari dahinya. Ada Julie yang mengikuti langkahnya dari belakang. Helen melihat gembok rumahnya terbuka bahkan patah. Jadi makhluk seperti apa yang berhasil mendobrak pintu rumahnya? Helen berjalan pelan dan masuk ke ruang tamu.
"Tidak ada siapa pun, Julie!" gumamnya. Julie mengangguk lalu mereka kembali keluar dan duduk di kursinya semula. Helen menghembuskan nafas lega dan sedikit khawatir sekarang.
"Tadi itu apa?" tanyanya. Julie hanya menggelengkan kepala tanda tidak tahu, wajahnya pucat pasi.
***
Malam benderang dan Julie masih belum mengantuk. Dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut lalu menghembuskan nafas panjang dan berharap kelelahannya segera sirna. Dia melirik ke kanan dan ke kiri. Andai saja Helen mau menginap dengannya malam ini maka dia tidak akan ketakutan sendiri.
Bunyi lolongan anjing sedikit membuatnya merinding. Dia menutup matanya rapat-rapat namun sangat susah untuk terlelap. Semilir angin malam mengibaskan jendela kamarnya. Julie sengaja membuka jendela karena dia sering kepanasan. Julie sudah tidak memasang ac karena tungakan yang kian menumpu
"Ho-la?" suara itu terdengar nyaring dan mengagetkannya. Julie berdiri dan matanya terbelalak melihat lelaki misterius itu. Dia langsung mengambil gunting yang berada di sampingnya. Julie sengaja meletakan benda tajam itu agar bisa melindungi dirinya jika makhluk aneh itu datang lagi.
"Ho-la?" ucapnya. Tubuh makhluk aneh itu berada di depan pintu kamarnya dan menatap Julie dengan ekspresi bahagia. Sangat berbeda dengan ekspresi pertama saat Julie bertemu dengannya.
"Kamu?" tanya Julie lembut. Makhluk itu mengikuti arah bola mata Julie. Julie melirik buku tua itu namun buku tua itu tidak terbuka. Julie melirik ke tongkat emas makhluk itu tetapi tidak ada bercak darah lagi.
"Ho-la?" sapannya.
"Owh, mungkin dia ingin menyapaku," batin Julie. Makhluk aneh itu mengayunkan tangannya dan memegang tangan Julie. Jarak mereka hanya tiga langkah sekarang.
"Ho-la?" dia mengeja kata yang di keluarkannya. Julie mengerutkan kening dan sama sekali tidak mengerti maksud ucapan makhluk aneh itu.
"Ho-la," makhluk itu menunjuk liontin love yang dikenakan Julie di leher. Kalung itu yang di temukan Helen di rumah tua Tuan Smith.
"Maksud kamu ini?" tanya Julie. Makhluk aneh itu mengangguk dan tersenyum sesaat. Julie melepaskan liontinya dan memberikan kepada lelaki misterius itu. Wajah lelaki itu pucat dan taringnya hanya satu. Bukan seperti vampir atau drakula di film-film yang biasa dia lihat. Lelaki itu mengepal liontin yang di berikan Julie dan tersenyum.
"Jadi dia mau liontin itu?" batin Julie terheran. Lelaki misterius itu kemudian duduk di tepi ranjang Julie dan pandangannya terfokus pada buku yang berada di meja belajar saat ini.
"Itu juga milikmu?" tanya Julie lagi. Lelaki misterius itu mengelengkan kepala dan matanya melotot tajam. Ekspresinya berubah seketika saat Julie mengangkat buku dan mendekatkan ke tubuhnya.
"Hola-hola!" sahut lelaki itu lalu mengibaskan sayap putihnya.
"Kamu sebenarnya siapa dan dari mana?"
"Kenapa bisa menakutiku tadi malam?" tanya Julie sambil menatap lekat-lekat wajah lelaki misterius yang sedang duduk di sampingnya.
"Kamu manusia?" sambung Julie. Lelaki itu mengelengkan kepala dan menghindari tatapan Julie yang menyelidikinya. Makhluk asing itu tersenyum dan memperlihatkan taringnya yang penuh bercak darah.
"Terus kamu siapa?" tanya Julie terheran . Makhluk itu mengibaskan sayapnya dan berdiri lalu berjalan keluar dari kamar Julie. Dia menatap Julie sekilas lalu tersenyum misterius.
"Kamu mau pulang?" tanya Julie mengikutinya dari belakang. Langkah lelakinya sangat pelan dan menatap wajah Julie dengan perasaan iba. Saat tepat berada di depan pintu rumah, makhluk itu mengibaskan sayapnya dan menghilang entah kemana.
Julie mengerutkan kening dan memutuskan kembali ke kamar. Jejak langkah kaki yang ditinggalkan menjadi hilang seketika.
Julie menatap buku tua milik Tuan Smith dan membuka halaman ke sebelas. Tulisan itu berisi gambar makhluk dengan sayap dan pedang. Julie berangapan bahwa lelaki tadi adalah makhluk yang telah dijelaskan pada buku ini.
"Tetapi kenapa dia datang?"
"Dari mana asalnya dan buat apa dia mengambil kalung milik Haris?" batin Julie bingung. Dia memukul pipinya bolak balik dan memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi sekarang. Buku itu di letakkan kembali ke tempatnya dan Julie memilih untuk mengistirahatkan kepalanya yang terasa berat. Julie memijit pelipisnya dan menghembuskan nafas lelah.
Esok harinya, Julie bergegas menuju rumah Tuan Smith dan bermaksud mengembalikan buku tua yang sudah di ambilnya. Sudah dua hari dia tidak tidur karena makhluk aneh yang datang tiba-tiba di rumahnya.
"Siapa pun dia dan apa pun yang dilakukan, lelaki misterius itu adalah makhluk yang tidak sama sekali menakutkan," batinnya.
Julie berjalan melewati hutan belantara yang di tumbuhi rumput liar dan beberapa suara anjing hutan yang bersautan. Kali ini, dia tidak ingin mengajak Helen karena sahabatnya itu sangatlah penakut.
"Siapa kalian?" perempuan paruh baya yang sedang memegang tongkat tua mengintip dari balik pintu rumah Tuan Smith. Wajahnya sangat keriput dan dia kaget saat melihat Julie sedang menatapnya.
"Nona, aku mencari seorang anak," ujarnya dan berjalan mendekati Julie. Julie mundur beberapa langkah dan menghindarinya.
"Jangan dekati aku!" teriak Julie.
"Apakah kamu melihatnya?" tanyanya lagi. Julie mengelengkan kepala dan dia sama sekali tidak mengerti maksudnya.
"Kenapa kamu di sini?" perempuan tua itu berbalik bertanya. Dia memegang tongkat yang sama persis seperti yang digunakan makhluk aneh yang ada di rumahnya. Julie menyipitkan mata mengamati perempuan paruh baya itu dari atas sampai bawah.
"Ini adalah rumah professor Tuan Smith," sambungnya. Julie mengangkat salah satu alisnya dan menatapnya dengan pandangan tajam.
"Di mana dia?" tanya Julie.
"Dia sudah pindah bersamaan dengan itu," perempuan paruh baya itu menunjuk salah satu kuburan tua di samping rumah Tuan Smith.
"Maksudnya?"
"Dia membawah istrinya bersama dengan dirinya," sambung perempuan paruh baya. Kulit perempuan paruh baya itu sama persis dengan kulit lelaki misterius yang mengunjunginya tadi malam. Apakah mereka dating dari tempat yang sama? Apakah mereka ibu dan anak yang sedang tersesat? Apakah mereka adalah hasil eskperiment Tuan Smith yang gagal? Begitu banyak pertanyaan yang membuat Julie bingung dan kepalanya sangat sakit sekarang.
"Jangan pernah pegang buku tua milik Tuan Smith!" bentaknya saat melihat Julie memegang buku tua yang berdebu.
"Pergi!" serunya. Wajahnya berubah menjadi gusar dan sangat tidak nyaman di dekat Julie.
"Pergi!" ucapnya lagi dan memperlihatkan eskpresi tidak suka. Taring giginya muncul tiba-tiba. Julie mundur beberapa langkah menhindari perempuan paruh baya itu yang sedang berjalan ke arahnya. Perempuan paruh baya itu berjalan menuju hutan belantara melewati pagar rumah Tuan Smith dan menghilang dengan tiba-tiba.
"Apakah dia juga memiliki sayap?"
"Mengapa dengan buku ini?" batin Julie.
Bersambung….