"Tidak!" Julie terbangun dan berteriak dengan sangat kencang. Alarm ponselnya berbunyi dan membuatnya mendengus dan mengeluh tidak karuan. Kota London sangat cerah hari ini, angin perlahan masuk di sela-sela jendela kamar Julie dan mengibaskan rambut panjangnya. Dia lupa untuk menutup semua jendela tadi malam. Untung saja hujan tidak merembes masuk ke kamarnya.
Julie mencari ponselnya lalu mematikan alarm yang sangat berisik. Dia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang dan mengikatnya sambil berjalan ke dapur. Julie menuangkan segelas air mineral ke cangkir dan langsung memuntahkan air itu.
"Huak!"
"Air apa ini, kenapa ada noda darah?" batinnya. Julie membuang air itu dan membiarkaan gelas bekas tergeletak di westafel tanpa di cuci sekali pun. Kepala Julie sangat berat dan sekarang dia sangat kehausan.
"Apakah tadi aku mimpi?" batinnya. Bayangan lelaki misterius yang datang ke rumahnya sangat jelas di ingatannya. Bahkan wajah dan sayap makhluk itu masih teringat jelas sampai sekarang.
Julie menuju meja makan dan sama sekali tidak melihat cangkir dan piring bekas sarapannya pagi ini. Julie segera belari kembali ke kamar dan dia juga sama sekali tidak melihat buku tua itu di tepi kasurnya. Buku tua itu berada di meja belajarnya dan tertutup rapat. Julie menyergitkan dahi terheran.
"Jadi, tadi hanya mimpi?" batinnya. Julie lalu mengambil baju ganti dan segera pergi ke rumah Helen untuk menceritakan pengalaman mistisnya hari ini. Seharusnya Helen percaya dan tidak menyebutnya gila. Semua orang akan menyebutnya gila jika dia bercerita tentang makhluk gaib bahkan kehidupan dunia lain.
Miss Deboran dan Derlina selalu menuduhnya sebagai penderita Maladaptive Daydreaming syndrome. Maladaptive Daydreaming (MD) adalah kondisi dimana seseorang kecanduan berfantasi dan terjebak di dalamnya. Penderita MD sering sekali menghabiskan waktu mereka dengan sendiri bahkan berhayal. Penderita MD menyadari bahwa khayalan mereka tidaklah nyata tetapi sering sekali dilakukan.
Hanya Helen yang akan percaya cerita Julie hari ini. Tidak semua orang di bumi akan menerima nasib menjadi Julie yang penuh dengan teka-teki hidup. Saat ini dia melihat makhluk aneh itu dan sekarang berkas darah sangat banyak berceceran di dapurnya.
Helen terlihat sangat cantik karena perempuan itu akan menghadiri pesta dansa yang dilaksanakan di hotel bintang lima. Undangan dari Tuan Albert yang merupakan bapak angkat Helen.
Gadis itu mengerutkan kening saat melihat Julie berlari dari ujung jalan sambil membawah ransel. Wajahnya sangat pucat dan keringat membanjiri pelipisnya.
"Ada apa?" tanya Helen. Jeana mengatur nafasnya sebelum dia benar-benar bercerita kepada Helen tentang kejadian yang baru saja dialaminya.
"Rumahku penuh darah!" ucapnya. Mata Helen membola mendengarkan pernyataan Julie yang tidak masuk akal.
"Sejak kapan?" tanyanya. Julie menghela nafas pelan-pelan dan segera duduk di teras rumah.
"Aku tidak tahu, tapi aku melihat sosok lelaki yang memakai sayap!" jelas Julie. Helen semakin bingung dan semakin menyipitkan mata menatap Julie. Dia meletakkan tangannya di kening Julie dan memeriksa suhu tubuh perempuan itu.
"Kamu agak demam?" gumam Helen. Julie menatap Helen dengan tatapan tajam dan penuh keyakinan.
"Aku tidak lagi sakit, Helen!" jawab Julie.
"Aku melihat lelaki itu bersayap dan memegang tongkat emas serta bajunya serba putih," jelas Julie lagi.
"Lalu dia.."
"Malaikat?" potong Helen.
"Bukan, malaikat tidak akan mengeluarkan darah," cetus Julie. Dia ingat betul bahwa lelaki itu memiliki taring satu dan ada bercak darah di sudut bibirnya.
"Dia bukan malaikat?" tanya Helen bingung.
"Dia lelaki tetapi tatapannya aneh, dia selalu menyebut kata hola lalu pergi begitu saja," ujar Julie. Helen menghembuskan nafas panjang dan menyentuh jari Julie yang kedinginan.
"Apakah kamu mengambil buku Tuan Smith?" tanya Helen curiga dan khawatir. Julie menganggukan kepala dan menyerahkan buku tua itu. Helen mengamati tiap sisi buku itu dan membuka lembaran pertama. Julie sedikit gugup karena terakhir kali dia membacanya, bau amis begitu semerbak tercium.
"Aku tidak merasakan apa-apa selain bahwa buku ini hanyalah buku tua biasa," cetus Helen sambil membuka beberapa halaman selanjutnya.
"Jangan buka halaman selanjutnya!" perintah Julie. "Di halaman ke sembilan, makhluk itu keluar dan menampakan wujudnya, aku takut Helen!" ucapnya lirih. Helen tidak mengindahkan perintah Julie, tangannya membuka halaman ke sembilan dan halaman selanjutnya tetapi sama sekali tidak ada apa-apa di sana.
"Tidak ada yang terjadi kan?" gumam Helen. Matanya berfokus pada tulisan di halaman ke sepuluh. Halaman itu menjelaskan pertemuan Tuan Smith dan Rubi. Sebuah cerita romantisme dan cerita duka. Kisah Tuan Smith dan perjalanan Tuan Smith menemani Rubi berobat. Kanker servix itu merengut nyawa istrinya di tanggal sembilan bulan sembilan.
"Hmm," Helen menghela nafas panjang dan menutup buku tua itu segera. Dia memasukan buku itu kedalam tas ransel milik Julie.
"Aku sudah menanyakan ke salah satu petugas keamanan bahwa tidak ada seorang pun pihak kepolisian yang menjaga rumah Tuan Smith," jelas Helen. Kalimat itu sontak membuat Julie kaget setengah mati. Bukankah perempuan paruh baya yang kemarin mengaku sebagai pihak keamanan.
"Jadi yang kemarin?"
"Dia adalah pemburu barang antik yang mengaku sebagai petugas keamanan," sambung Helen.
"Tuan Smith memiliki asset barang-barang kuno yang seharga 100 juta USD dan membuat orang-orang penasaran dan memburu rumahnya," jelas Helen sambil memberikan sebuah koran tua kepada Julie. Julie bergeming, dia sama sekali tidak bisa berkata apapun sekarang.
"Tuan Smith melakukan percobaan sederhana untuk menyelamatkan istrinya. Tetapi ilmunya memang tidak memadai dan akhirnya istrinya bertambah parah dan bahkan sampai tewas di tangannya."
"Koran itu sudah sangat lama dan membuat Tuan Smith terpuruk bahkan jatuh sakit sampai berbulan-bulan," jelas Helen lagi.
"Jadi boneka besar itu…" kata-kata Julie mengambang di udara.
"Yap, itu benar tetapi itu sudah terjadi 5 tahun lalu dan sekarang dia tidak melakukannya," jelas Helen. Dia melirik sekilas dihalaman rumahnya lalu mendekatkan wajahnya di telinga Julie.
"Konon, Tuan Smith sendiri yang memindahkan kuburan istrinya dari pemakaman umum dan berpindah di samping rumahnya," bisik Helen sangat pelan. Mata Julie terbelalak dan mengatupkan kedua bibirnya karena terkejut.
"Sst," Helen meletakan ujung jarinya di bibir Julie.
"Ini rahasia dan kamu jangan katakan ke siapa pun," ujar Helen. Julie mengangguk dan dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Tuan Smith yang semakin mencurigakan. Tetapi bayangan makhluk aneh itu tidak pernah sedikit pun menghilang dari pikirannya.
"Dia mengali kuburan istrinya dan memakamkannya lagi," ucap Helen, suaranya sangat pelan.
"Boneka yang kita lihat kemarin itu adalah mayat?" tanya Julie.
"Ia,"
Brakk!!
Pintu rumah Helen terbuka dengan tiba-tiba dan membuat mereka berteriak dan terperanjak dari tempat duduknya.
"Siapa itu?" teriaknya.
Bersambung….