Jam alarm yang berbunyi pukul 05.00 waktu London membuat Julie bermalas-malasan untuk mematikannya. Bukan karena dia lagi malas untuk bagun tetapi hari ini dia tidak punya jadwal sama sekali. Kuliah yang dulu di bangakannya harus pupus di tengah jalan.
Tok Tok
"Nona Julie?" suara itu membuat Julie secara sigap menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya. Dia tahu bahwa Miss Debora sudah menagih uang bulanan rumah kecil yang sudah disewanya. Dengan sedikit tergesa-gesah dan rambut masih berantakan, dia membuka pintu dan tersenyum ramah.
"Sudah berapa lama kamu tidak membayar tagihan ini?" sahut perempuan paruh baya itu dengan tegas. Lembaran kertas tagihan terpampang jelas di hadapan Julie sekarang.
"Sorry miss, saya tidak punya uang hari ini," kata Julie lirih. Perempuan paruh baya itu membulatkan mata dan menatapnya dengan sinis. Julie menyadari bahwa sudah tiga bulan dia menungak uang tagihan.
"Aku akan kasih kamu kesempatan untuk bulan ini. Tetapi bulan depan kamu harus membayarnya!" cetus Debora dan membalikan badan meninggalkan Julie yang terpatung di depan pintu rumah.
"Serius?" batinnya. Julie merasa heran karena Miss Debora tidak memgusirnya bulan ini. Julie kemudian menutup pintu dan bergegas ke kamar dan menghembuskan nafas lega. Matanya menyipit saat melihat buku tua itu sudah terbuka di tepi kasur. Terakhir malam dia menutup buku itu dan meletakkan di pinggir kasur. Dia sama sekali belum menyentuhnya.
Julie merasa heran dan bulu kuduknya berdiri. Dia melihat buku itu terbuka di halaman ke delapan. Halaman itu secara jelas mengambarkan wajah makluk aneh. Dahi Julie menyergit dan mencoba mengambil buku tua itu dan meletakkan di pahanya.
"Kemarin malam, aku membaca buku ini sampai di halaman ke tujuh," pikirnya.
Halaman ke delapan dari buku itu mengisahkan kehidupan Tuan Smith. Julie merasa heran karena buku itu mengeluarkan bau amis secara tiba-tiba dan membuat bulu kuduknya merinding. Apa yang terjadi? Buku semacam apa yang sudah dia baca? Apakah buku itu adalah buku kematian?
Julie menutup buku itu dan segera melatakkan di sudut meja belajar. Dia tidak akan membukanya lagi sampai keberaniannya terkumpul. Julie bergegas ke dapur dan membuat secangkir cokelat panas dan roti bakar selai keju. Dia menatap nanar segelas cokelat panas yang terhidangkan di depannya. Seharusnya dia tidak mengambil barang aneh milik Tuan Smith. Julie merasa ada yang aneh dari semalam.
Dapurnya yang sangat berukuran kecil tiba-tiba berubah menjadi bau amis dan darah menempel di salah satu rak piringnya. Dia tidak pernah melihat bercak darah itu ada di sana. Julie juga merasa heran karena kamarnya tiba-tiba menjadi sangat berdebu dan beberapa tikus lalu lalang di bawah kasurnya.
Julie meninggalkan sarapannya dan mencoba membersihkan bagian kasurnya. Tikus itu berjumlah 5 ekor dan sedang berburu makanan. Sepotong daging berulat terletak di bawah kasurnya. Julie mengambil sapu dan membersihkan daging itu. Daging busuk yang sudah di selimuti belatung.
Julie menahan rasa mualnya. Dia berusaha membuang daging itu dan kemudian menyemrotkan wangi lavender di tiap sisi kamarnya.
"Pantas saja berbau amis," batinnya.
Bayangan hitam tiba-tiba saja terlintas di belakang tubuh Julie. Dia berbalik arah dan menatap Julie sekilas lalu berlari ke ruang tamu. Dia meninggalkan jejak kaki di tiap pijakannya. Julie merasa bahwa sepasang mata selalu mengawasi gerak-geriknya dari semalam. Bulu kuduknya berdiri lagi dan membuatnya semakin berhalusinasi.
"Apakah ada makhluk lain di rumah ini?" batin Julie, tetapi dia sama sekali tidak merasa takut. Julie bahkan sangat takut terhadap manusia di bandingkan hantu. Manusia bisa membunuhnya sedangkan hantu masih bisa di atasi dengan berdoa. Itu yang di pikirkan Julie sampai sekarang.
Julie segera menuju dapur untuk melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda. Matanya fokus melihat jejak kaki berwarna cokelat di tiap sudut meja makan. Secangkir cokelat panasnya yang tinggal setengah cangkir kini habis tidak tersisa. Julie semakin heran dan penasaran dengan hal itu. Roti selai cokelatnya hanya meninggalkan serbuk saja. Sama sekali tidak tersisah bahkan sepotong pun.
"Hai, apakah ada orang?" teriak Julie. Dia menatap intens tiap sisi di rumah kecilnya dan menyadari bahwa bukan hanya ada dia seorang.
Semilir angin mengibaskan jendela Julie dan menimbulkan suara gemerisik. Julie kemudian menutup jendela rumahnya dan berbalik arah menuju kamar. Dapurnya sangat berantakan sekarang padahal tadi malam dia sempat membersihkan semuanya.
Dengan sayup-sayup, Julie mendengarkan langkah kaki yang semakin lama semakin jelas. Lampu gantungnya bergetar dan alarmnya tiba-tiba berbunyi tanpa komando. Julie semakin panik di buatnya. Keringat meluncur dari pelipisnya. Jantungnya berdebar dengan cepat.
"Ada orang?" ulangnya. Langkah kaki yang dari tadi terdengar jelas perlahan menghilang. Julie memutuskan kembali ke kamar dan memeriksa barang berharganya. Dia sangat kuatir jika ada pencuri mengendap masuk dan mengambil barangnya. Laptop adalah satu-satunya barang berharga milik Julie.
Julie menyipitkan mata dan memanangi selimutnya yang berserakan kini sudah terlipat rapih. Buku yang di letakkan di meja belajar terbuka dengan misterius. Julie melihat bahwa halaman ke sembilan buku itu jelas terpampang nyata sekarang.
"Apakah dia menyuruhku melanjutkan membaca buku ini?" batin Julie.
Julie kini membaca sebuah pesan yang tertulis di halaman ke 9 dari buku kuno itu. Di sana terdapat rumus-rumus fisika yang tertulis dalam bahasa Yunani Kuno. Jejak telapak tangan dengan segumpal darah yang terlihat jelas di setiap sudut halaman. Ada tanda tangan Tuan Smith di bubuhi dengan simbol love dan nama Rubi.
"Ha-lo?" suara itu sekilas membuat Julie terperanjak dan serasa jantungnya sudah copot sekarang. Matanya terbelalak melihat makhluk berbaju putih dengan rambut cokelat berdiri di depannya. Julie mundur beberapa langkah.
"Siapa kamu?"
"Don't touch me!" perintah Julie. Makhluk aneh itu malah mendekati dirinya dan melihat wajah Julie dengan eskpresi kebingungan.
"Ha-lo," suaranya terdengar lirih dan penuh penekanan. Makhluk aneh itu malah menatap wajah Julie seperti menatap dengan eskpresi takjub.
Di samping makhluk aneh itu, terdapat tongkat berlapis emas dan dia memiliki sayap berwarna putih. Hanya saja baju yang berwarna putih itu penuh dengan noda darah. Bau amis tiba-tiba tercium oleh Julie. Julie hampir saja muntah di buatnya.
"Siapa kamu?" sahut Julie. Keringat sudah memenuhi wajahnya dan tubuhnya bergetar hebat. Dia berlari di sudut lemari dan mengambil gunting untuk mengancam makhluk itu. Dia bukan manusia karena manusia tidak memiliki sayap. Kulitnya pucat dan dia memiliki satu taring yang sangat jelas. Rambutnya berwarna cokelat dan ikal.
"Ha-lo?"
Julie mengacungkan gunting tajam ke arahnya tetapi makhluk itu malah mendekati tubuhnya. Kamarnya sangat sempit sehingga dia sangat susah berlari. Makhluk jadi-jadian itu sudah berdiri di depan pintu dan semakin lama-semakin mendekati tubuh Julie. Dia hanya mengucapkan kata halo sembari menunjukan ekspresi kebingungan.
"Apakah maksudnya dia menyapaku?" pikir Julie.
"Kamu bukan manusia kan?" tanya Julie. Gunting tajam itu siap merobek perutnya jika dia nekat melukai Julie.
"Ha-lo?" sahutnya lagi.
"Benar-benar aneh!" batin Julie.
Makhluk itu kemudian berbalik arah dan berjalan menuju pintu keluar dan meninggalkan Julie yang sangat ketakutan. Kakinya sangat kecil bahkan berukuran dua kali lipat dari kaki Julie. Di depan pintu rumahnya, makhluk itu mengepakkan sayap lalu melambaikan tangan kepada Julie dan segera menghilang tanpa bekas. Seharusnya jejak telapak kakinya masih berbekas tetapi tiba-tiba saja menghilang. Dan buku tua itu tiba-tiba saja tertutup dan menimbulkan suara yang mengagetkan.
Brak!
Bersambung