(1 Minggu Yang Lalu)
Desa Alvilix yang berada di Inggris tengah dihebohkan dengan kabar bahwa Tuan Smith sudah membongkar makam istrinya yang bernama Ruby dan mengawetkan mayat tersebut. Beberapa kesaksian warga menyebutkan bahwa Tuan Smith sudah tidak waras sama sekali.
"Aku melihat boneka besar di rumahnya!" teriak salah satu perempuan itu. Dia mengigit bibirnya karena ketakutan setengah mati. Kakinya memerah karena berlari meninggalkan rumah Tuan Smith.
"Bagaiman bisa Tuan Smith membongkar makam istirinya?" sahut salah satu dari mereka. Ada Helen yang mengendap-gendap mendengarkan pembicaraan tersebut.
"Boneka tua dengan mata membulat itu sedang dibersihkan Tuan Smith. Dia tidak mungkin hanya sekedar boneka!" cetusnya. Kedua perempuan itu saling berdebat dan tidak mau kalah. Helen terdiam sejenak dan mencari info penting itu.
Ketiga perempuan itu adalah maniak barang antik yang bermaksud ingin mengunjungi rumah Tuan Smith. Tetapi lelaki itu mengunci pintunya dan sedang tidak ingin diganggu. Salah satu wanita itu mengendap-ngendap dan mengintip dari sela jendela. Mata dan mulutnya mengangga melihat boneka besar dengan gaun pengantin tidur dengan Tuan Smith.
"Serius, aku melihatnya!" sahutnya lagi. Perempuan itu menatap penuh keyakinan kepada salah satu temannya yang berkuncir kuda. Dia tidak ingin di sangka sedang berbohong saat ini.
"Lelaki itu tidak waras, kita batalkan saja untuk mengunjungi rumahnya lagi," sahut salah seorang dari mereka lagi.
Helen mengangguk-ganggukan kepala mendengarkan percakapan itu. Dia yakin bahwa Tuan Smith benar-benar tidak waras dan isu ini benar adanya.
"Aku melihat dua gelas wine dan lilin di atas meja makannya. Itu adalah bekas makan malam."
"Bagaimana bisa Tuan Smith memutar tembang lagu kenangan sambil berdansa dengan boneka besar berbaju pengantin?" giliran perempuan berkuncir kuda yang membuka suara.
"Benar-benar aneh!" batin Helen.
Tuan Smith selalu membawah bunga mawar ke dalam rumahnya jika dia selesai berkunjung dari pasar. Tuan Smith tidak akan berhenti tersenyum dan menghirup aroma mawar itu sebelum dia membuka pintu rumah dan dia juga memakai wewangian. Kejadian itu terjadi setelah anak angkatnya menghilang dan dilaporkan tewas karena kecelakaan. Beberapa warga sangat engan berkunjung atau sekedar basa-basi untuk melihat pekaragan Tuan Smith. Mantan Profesor itu menjadi buah bibir desa Avelifix karena kegiatan anehnya.
"Hai! Apakah kalian membicarakan Tuan Smith?" Helen menyapa mereka bertiga.
"Kamu mengenal lelaki itu?" perempuan berkuncir kuda memandangi Helen. Helen mengangguk dan memberikan selembar foto kepada mereka. Mereka sempat kaget bahkan membuka mulutnya dan segera berkatup. Foto yang diberikan Helen adalah foto Tuan Smith dengan Haris.
"Aku mencari pria ini!" tunjuk Helen sambil mengarahkan tanganya ke wajah Haris.
"Aku tidak melihatnya!" perempuan berkuncir kuda itu menggelengkan kepala. Dia kemudian memberikan foto itu ke pada salah satu temannya yang berdiri di samping.
"Aku juga," sahutnya.
"Aku juga tidak melihatnya, maaf Nona!" seru mereka. Setelah melihat foto itu, mereka pergi dan meninggalkan Helen dengan guratan kebingungan. Dia harus menceritakan hal ini kepada Julie. Berita ini sangat penting dan tidak masuk akal di pikirannya.
***
Julie menatap dinding kamarnya yang telah dia sewa selama dua tahun ini. Beberapa foto Haris terpajang di kamar itu. Helen sudah sangat sering memarahi Julie jika dia menatap foto Haris sambil menangis. Hal itu di benci oleh Helen karena bisa membuat Julie kembali frustasi dan meraung.
Tangan Julie menyentuh beberapa buku yang telah di tulisnya beberapa bulan lalu. Seharusnya buku ini menjadi kado terindah kepada Haris sebelum lelaki itu meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Kecelakaan tragis yang menewaskan Haris membuat Julie frustasi dan belum bisa berpikir jernih dari sekarang.
Haris adalah pendengar sejati untuk Julie. Pendengar sejati mengenai teori The Key yang biasa dia ceritakan kepada Haris.
"Mengapa meninggalkanku?" sahutnya. Bulir air mata menetes di pipinya lagi. Ini sudah kesekian kalinya dia menangis dan belum bisa move on.
Bibirnya mengecup foto lelaki itu lalu diletakan di dada. Dia benar-benar belum percaya bahwa Tuhan menakdirkan dirinya kehilangan Haris. Cinta pertama dan terakhir dalam hidupnya.
"Tuan Smith harus bertanggung jawab mengenai ini!" batinnya. Tapi di mana dia akan menemui Tuan Smith. Lelaki itu sudah menghilang bahkan pergi entah kemana sekarang. Orang-orang tidak mengetahui keberadaanya kali ini.
Desa Alvilix tidak lain seperti desa kecil yang berada di pelosok Inggris. Julie lahir di desa ini dan ibunya meninggalkan dirinya setahun setelah kelahirannya. Dia tinggal sebatang kara dan hidup dari berjualan atau menjadi kasir minimarket. Sejak kecelakaan Haris, Julie berhenti dari kerjaanya dan memilih melanjutkan bakatnya sebagai penulis buku.
"Menulis buku tidak membuatmu kaya bukan?" tanya Helen suatu hari.
"Tapi bisa membuatku makan!" jawab Julie sambil mengetik buku terbarunya.
Hidupnya benar-benar hancur sekarang. Hanya lelaki itu yang mengerti Julie, hanya lelaki itu yang siap membantu dan menganggap Julie unik bukan gila. Apakah dia sudah gila seperti Tuan Smith? Apakah dia sudah tidak waras dengan menaganggap hidup ini bukan hanya di bumi? Tuan Smith selalu bercerita bahwa kehidupan yang terjadi di masa lalu adalah sesuatu yang sangat muda di kunjungi melalui eksprimen sederhananya suatu saat nanti.
"Esperiment sederhana?" kening Julie berkerut sesaat dia mengingat kata-kata itu terlontar dari mulut Tuan Smith. Julie pernah bahkan sangat sering menghadang lelaki itu jika ingin ke pasar. Tetapi lelaki tua itu hanya mengatakan eksprimen sederhana atau sesuatu yang berbau ruang dan waktu. Julie sangat bingung dan sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Tuan Smith.
"Cinta selalu membuat orang bodoh dan terlihat gila," salah satu kata-kata yang di lontarkannya Tuan Smith dua hari yang lalu.
Dringg…
Telepon itu berbunyi dan seketika hayalan Julie tengant Haris sirna. Dengan tidak bergairah, dia mengambil ponsel itu dan di dekatkannya di telinga.
"Halo?"
"Kenapa Helen?" tanyanya segera.
"Kamu tahu?"
"Tuan Smith pernah menyimpan mayat istirinya di rumah tua yang kemarin kita kunjungi!" jelas Helen. Suaranya sangat jelas ketakutan.
"Dari mana kamu tahu?"
"Jangan buat cerita lain, itu tidak baik!" cetus Julie. Matanya fokus pada kalung berhias love yang di pegangnya.
"Serius Julie, aku tidak membohongimu. Tuan Smith menyimpan mayat istirinya di rumah!" jelas Helen lagi.
Julie menghembuskan nafas panjang. Dia sudah sangat sering mendengarkan cerita mengenai Tuan Smith yang menyimpan mayat istirinya di rumah tetapi dia sama sekali tidak percaya gossip itu. Mereka sama-sama di juluki sudah gila. Baik Tuan Smith dan Julie, mereka tidak pernah peduli gossip murahan seperti itu.
"Itu sudah sering aku dengar, tetapi kemarin tidak ada kan?" jelas Julie. Dia melirik kiri dan kanan memandangi seisi kamarnya. Bulu kuduknya sedikit merinding saat ini.
"Julie, sejak kapan kamu tidak percaya aku?"
"Mereka, para pemburu barang antik itu melihat sendiri!" sahut Helen lagi. Dia ingin Julie mempercayainya dan tidak mengunjungi rumah bekas Tuan Smith lagi.
"Helen, itu hanya gossip!" sahutnya kemudian.
Bersambung…