Chapter 14 - Episode 14

Ruangan kamar dengan nomor E1/3 yang sudah kembali di huni oleh tiga remaja perempuan setelah pulang dari Akademi sama sekali tak menunjukkan suasana berbeda setiap kali mereka berkumpul, selalu hening jika tidak ada yang membuka suara lebih dulu.

Moonbot, Power Sphera itu masih setia memandangi layar kartu hologram yang telah di rubah menjadi tablet hologram setipis kertas yang berada di tangan tuannya. Sedari tadi, Moonbot hanya melihat beberapa tulisan dari layar yang di tampilkan telah di klik untuk di kirimkan ke data Kelas Tambahan Akademi, tapi kemudian, kembali di batalkan lagi, terus seperti itu.

Moonbot menatap si tuan dengan bingung saat mendengarnya mendengus kasar, bertanya. "πš‚πšŠπš–πš™πšŠπš’ πš”πšŠπš™πšŠπš— πš”πšŠπšž πšŠπš”πšŠπš— πšœπšŽπš™πšŽπš›πšπš’ πš’πšπšž, π™½πšŠ? πšƒπš’πšπšŠπš” 𝚊𝚍𝚊 πš”πšŽπš›πš“πšŠπšŠπš— πš•πšŠπš’πš— πšŠπš™πšŠ?"

Alna melirik Moonbot malas. "Aku tidak tahu harus memilih Kelas Tambahan yang mana?"

Saat di KBM kedua tadi, Miss Alexandra hanya memberitahukan informasi mengenai Kelas Tambahan yang akan di ikuti oleh seluruh murid. Kelas Tambahan itu juga dapat di pilih sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka masing-masing, dengan memilih lewat kartu hologram lalu mengirimkan data mereka ke data Kelas Tambahan, waktu yang di jalankan pada pukul setengah tiga sore hingga matahari terbenam.

Itu yang sedang Alna pikirkan sekarang, banyak sekali mata pelajaran yang juga masuk dalam kategori Kelas Tambahan. Berulang kali mengirim, lalu kembali di batalkan beberapa detik kemudian.

Ia mendengus kasar, tidak tahu harus memilih Kelas Tambahan yang mana, semuanya tampak berbeda dari pemikirannya. Ada beberapa pelajaran yang memang ia kenali juga masuk dalam kategori, seperti Sejarah, Matematika, Sains, Perpustakaan, Bahasa, Penulis, dan juga beberapa mata pelajaran asing yang hanya ada di Akademi ini, Simulasi Bertarung, Teknologi, Alam dan Kehidupan, Malam dengan gelapnya, Siang dengan cahayanya, dan beberapa mata pelajaran lainnya.

"π™ΊπšŠπšž πš–πšŠπš‘πš’πš› πšπšŠπš•πšŠπš– πš–πšŽπš—πšžπš•πš’πšœ, πš–πšŽπš—πšπšŠπš™πšŠ πšπš’πšπšŠπš” πš’πšπšž πšœπšŠπš“πšŠ?" Tanya Moonbot setengah kesal melihat tingkah tuannya.

Alna tak menjawab, ia kemudian memilih bertanya pada duo Z yang sedang bersantai dalam pikiran mereka masing-masing. "Zahra, Zrine, kalian berdua masuk Kelas Tambahan mana?"

"Simulasi Bertarung, kenapa memang?" Jawaban dengan tambahan pertanyaan dari Zrine, ia sedang membaca buku sembari tengkurap di atas kasurnya.

"Hanya bertanya, kalau kau, Ra?" Matanya beralih menatap Zahra yang sedang menulis sesuatu di atas meja belajar.

"Sama dengan Zrine. Kau sendiri, pilih kelas mana?" Alna sedikit berpikir sebelum menjawab. Alih-alih ia menjawab, malah balik bertanya.

"Kenapa kalian pilih Kelas Tambahan itu? Bukankah kalian mahir dalam bidang Perpustakaan dan Matematika?"

Zahra dan Zrine saling tatap, mereka tak berniat menjawab. Beberapa tahun mereka di beri Misi untuk tinggal di Bumi membuat mereka jarang melatih Teknik Bertarung mereka, mengasah kekuatan mereka pun jarang, tidak seperti di Stadion Three P.S di luar angkasa yang memiliki Ruang Latihan Tempur tersendiri, mereka lebih fokus pada misi mereka untuk mencari tahu tentang Alna.

Alna kembali menatap layar tabletnya, sedikit ragu untuk memilih, tapi keputusannya sudah bulat, biarkan saja dengan yang terjadi nanti, toh itu resikonya,bukan? Beberapa detik selanjutnya, muncul notifikasi pesan dari data yang ia kirimkan ke data Kelas Tambahan.

Alisa A

Anda telah terdaftar dalam data Kelas Tambahan Simulasi Bertarung. Selamat bergabung!

Itu yang Alna pilih, setelah menimbang-nimbang lagi memang tidak terlalu sulit, ia memang juga suka berlatih beladiri sejak kecil. "Aku sudah memilih Kelas Tambahan yang akan aku ikuti."

Zahra dan Zrine serempak mengangguk, apapun keputusan yang Alna pilih semoga bisa di jalankan dengan baik, setidaknya tidak menyulitkan dirinya, itu yang mereka pikirkan.

Ting...

Surat dentingan notifikasi dari masing-masing kartu hologram mereka mengalihkan pembicaraan. Ada sebuah pesan yang di tampilkan di notifikasi kartu.

Data pengiriman yang di kirim ke Kelas Tambahan sudah diterima, seluruh murid dapat mengikuti Kelas Tambahan dengan baik dan menaati peraturan yang ada, Kelas Tambahan akan di mulai besok pada pukul setengah tiga sore. Selamat menjalankan aktivitas kembali, Terimakasih.

Tertanda,

Alexandra

Kepala Akademi

"Sepertinya, pengumuman ini terhambat karena kau, Na." Alna menaikkan satu alisnya menandakan ia bingung dengan ucapan Zrine.

"π™³πšŠπšœπšŠπš› πšπš’πšπšŠπš” πš™πšŽπš”πšŠ! π™Όπš’πšœπšœ π™°πš•πšŽπš‘πšŠπš—πšπš›πšŠ πš–πšŽπš—πšžπš—πšπšπšžπš–πšž πšœπšŽπš•πšŽπšœπšŠπš’ πš–πšŽπš–πš’πš•πš’πš‘ π™ΊπšŽπš•πšŠπšœ πšƒπšŠπš–πš‹πšŠπš‘πšŠπš— πšœπšŽπš‹πšŽπš•πšžπš– πš–πšŽπš—πšπš’πš›πš’πš–πš”πšŠπš— πš™πšŽπš—πšπšžπš–πšžπš–πšŠπš— πš’πšπšž. π™³πšŠπš— πš”πšŠπšž πš–πšŽπš—πšπš‘πšŠπš–πš‹πšŠπš πš—πš’πšŠ." Sahut Moonbot terang-terangan. Alna menatapnya datar sebelum berlalu pergi keluar kamar.

Zahra bertanya saat melihat Alna melangkah ke arah pintu. "Kau mau kemana, Na?" Tidak ada sahutan dari Alna. Mungkin anak itu sudah berlalu pergi.

***

Alna :

Entah aku harus kemana sekarang? Terlalu kesal karena Moonbot tadi, aku memilih keluar kamar. Mungkin aku bisa mendapatkan hal-hal baru saat aku keluar dari kamar, ini masih jam setengah empat, tidak ada kegiatan atau aktivitas lain yang bisa aku lakukan saat ini.

Langkahku bergerak tanpa arah, tentu saja, karena aku tidak tahu harus mengarahkan langkahku itu kemana? Ku turuti saja langkahku hingga ke perbatasan Asrama, gedung besar berbentuk balok dengan dinding kaca yang besar menjadi fokus tujuanku. Aku melangkah ke dalam gedung itu melewati pintu otomatis yang akan terbuka melewati akses kartu hologram murid.

Ratusan rak buku tersusun rapi di gedung ini, beberapa berjejer di bagian tengah, ada yang tertempel di dinding sisi kanan dan kiri, meja dan bangku juga memenuhi gedung, ribuan jumlahnya. Aku bahkan baru tahu, ada tiga lantai yang terbangun di dalam gedung ini. Akademi ini memberikan jadwal waktu untuk mengunjungi perpustakaan Asrama ketika pulang sekolah pada pukul dua belas siang hingga pukul dua siang, di teruskan pada pukul delapan malam hingga sepuluh malam, tapi karena hari ini masih bebas tanpa aktivitas, tak sedikit dari mereka yang mengunjungi Perpustakaan.

Melihat beberapa rak-rak yang tersusun lebih dekat, kebanyakan beberapa rak di sini tersusun buku-buku yang berbentuk hologram, bukan kertas. Aku mengambil salah satu yang berada di dekat pintu masuk gedung, benar saja jika buku ini berbentuk hologram, bentuknya persegi panjang dengan lebar lima senti dan panjang sepuluh senti dengan tebal dua senti. Buku ini tidak seperti kertas yang dapat di bolak balik, seperti tablet penggunaannya, tinggal masukkan data akses kartu murid lalu akan muncul tulisan-tulisan yang di tampilkan pada layar buku, sama seperti buku berbahan kertas, hanya ada satu judul atau satu wacana baca dalam buku hologram.

Saat selesai membaca buku, lebih tepatnya keluar dari data akses. Sedikit bingung saat membaca buku hologram dengan judul Teori Alam ini, walaupun sudah ku artikan ke dalam bahasa Planet ini, tetap saja aku tidak mengerti maksud yang tertulis di buku ini.

Aku ingin mengembalikan buku hologram ini ke tempatnya, tapi urung saat aku mendengar langkah kaki cepat seseorang yang menuju ke arahku. Saat menoleh kesamping aku terkejut, ada seorang remaja laki-laki sedang berlari ke arahku dengan kecepatan tinggi, kakinya memang mengarah pada tempatku berdiri, tapi tatapannya fokus ke arah belakang sehingga ia tidak tahu ada benda di depannya yang akan ia tabrak.

Tak sempat menghindar dari remaja laki-laki yang berlari kencang, aku telak bertubrukan dengannya hingga tersungkur di lantai perpustakaan.

Bruk...

Syukur tidak ada yang melihat karena tertutup oleh satu rak buku tinggi di belakangku, buku hologram yang aku genggam memang terlepas dari genggamanku, tapi tak rusak sedikitpun karena mengambang kembali menduduki barisan buku hologram lainnya.

Aku menggeram kesal, ingin ku layangkan pukulan sayang -ralat, kasar- pada remaja yang menabrakku tadi.

"Kau itu punya mata atau tidak, sih?" Tanyaku kesal pada remaja yang tersungkur di samping kiriku.

Kaos putih berlengan pendek yang di balut jaket biru dengan beberapa tambahan warna lainnya, seperti hitam dan abu-abu, celana Chino yang senada dengan warna rompinya. Lebih heran lagi saat aku melihat warna rambut remaja itu, warna biru langit malam dengan beberapa helai berwarna putih -hei, itu seperti warna rambutku! Bagaimana bisa? Aku berpikir positif, mungkin saja dia mengecat warna rambutnya.

Remaja itu masih tetap diam, aku beranjak dari posisiku, menepuk-nepuk pakaianku sembari berdiri. Kenapa dia tidak menjawab? Setidaknya, lihat orang yang sudah ia tabrak tadi.

Aku kembali berseru, tidak kencang-kencang juga. "Hei! Dasar tidak bertanggung jawab! Bukannya minta maaf, malah diam saja."

Remaja itu mendengus kesal mendengar ocehan tak Terima dariku, ia beranjak berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya juga sepertiku tadi.

"Iya, iya, maaf! Salah sendiri ngalangin jalan orang,"

"Enak saja! Kau yang menabrakku, mengapa aku yang kau salahkan?" Setelah selesai menepuk-nepuk pakaiannya, barulah ia menatapku.

Aku terpaku diam saat ia menatapku. Aku bisa melihat wajahnya jelas sekarang, wajah yang sama saat aku tidak sengaja menabrak senior remaja laki-laki di Koridor Lord Akademi.

"Hei! Kau kenapa menatapku seperti itu?" Aku tersadar saat ia melambaikan telapak tangannya di depan wajahku.

"Tidak ada," Jawabku ragu. Masih menatap remaja itu bingung.

Tak sengaja, aku menatap iris mata biru sapphire miliknya. Bukankah saat aku menabraknya kemarin iris matanya berwarna merah delima? Kemarin ia juga begitu menakutkan sekali saat aku menabraknya, mengapa jadi menjengkelkan seperti ini?

Lagi-lagi remaja di depanku melambaikan telapak tangannya di depan wajahku, aku kembali tersadar dari lamunanku. "Siapa kau?"

Aku diam, tak bermaksud menjawab remaja itu dan berlalu pergi. Tapi langkahku terhenti karena ia menarik tangan kananku. "Dasar tidak sopan! Begitu 'kah sikap yang orang tuamu ajarkan saat bertemu orang asing?"

Aku sedikit tersentak dengan pertanyaanya, sekaya apapun Papa dan Mama memang tidak pernah mengajarkanku hal buruk, tentang apapun itu. Tapi bukankah aku sudah bebas dari pengawasan mereka sekarang, toh itu bukan masalah, remaja ini bahkan menjengkelkan sekali. Dia bahkan berani menyentuhku,seharusnya ia tahu hukumnya, penduduk Planet ini 'kan juga menganut banyak agama, pasti tahu hukumnya.

"Aku tidak punya orang tua, lupakan hal tadi!" Jawabku sekenanya sambil menepis genggaman tangannya. Jujur saja aku sedikit menyesal mengatakannya, aku masih memiliki orang tua meskipun bukan status kandung, 'kan.

Entah apa yang ada di pikirkan remaja di belakangku, ia mungkin sedikit merasa bersalah mendengar jawaban dariku. "Maaf! Aku tak bermaksud menyinggungmu."

Tepat sekali, sesuai apa yang aku pikirkan tadi. "Tidak masalah." Jawabku lembut, sedikit memberikan sensasi manis untuk menambah rasa bersalah remaja itu.

"Sungguh! Kalau begitu, terimakasih! Oh, ngomong-ngomong, siapa namamu?" Sedikit melembutkan suaranya, ingat! Sedikit saja.

Aku mendengus kasar sebelum menjawab. "Alisa A, Kelas 1/Lisensi-E." Setelahnya, aku berlalu pergi meninggalkan remaja itu.

Saat langkahku hampir menuju pintu gedung Perpustakaan, remaja itu berseru kencang memberitahu namanya.

"NAMAKU, BELIUNG, KELAS 1/LISENSI-A. SENANG BERTEMU DENGANMU GADIS CANTIK!" Entah mengapa? Aku tersenyum senang ia berteriak menyerukan nama dan kelas tingkatnya. Dalam hati, aku juga membalas seruan yang sama dengannya.

Senang bertemu denganmu juga, kakak ganteng, aku tertawa kecil saat mengakuinya.

***

Next episode 15...