Sesampainya di rumah, Vio pun mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di bibir Amy akibat tamparan dari Demian. Vio bisa melihat bagaimana kakaknya sangat stress karena sudah berpisah dengan Demian.
"Vio, saat ini kakak tidak bisa melepaskan Demian." ujar Amy yang membuat Vio berhenti sebentar.
"Kenapa kak? Dia sudah menampar dan memukul kakak seperti ini. Masa kakak masih tetap mau sama dia?" tanya Vio dengan kesalnya.
"Bukan begitu, Vio. Tapi....."
"Tapi apa kak?" tanya Vio dengan penasaran.
"Vio ..... kakak ..."
"Kenapa kak? Bilang aja ada apa kak?" tanya Vio menggebu-gebu.
"Vio, kakak udah hamil anak Demian." jawab Amy.
"A-apa? Ha-hamil anak De-Demian? trus Demian nya udah tahu belum ka?" tanya Vio tergagap.
"Belum. Kakak berencana akan memberitahu dia sewaktu ulang tahun nya minggu depan." jawab Amy.
"Kak, Demian gak perlu tahu kalau kakak hamil anaknya. Kita sama-sama besarkan anak kak Amy ya. Kita akan jadi orang tua yang baik untuk anak kakak nantinya. Aku gak rela kakak dipukul sama pria kurang ajar itu. Kakak mau kan?" tanya Vio sambil mengelus perut rata Amy.
"Kamu gak malu kalau kakak hamil diluar nikah? Apa kata pasanganmu nantinya kalau tahu rahasia keluarga kita?" tanya Amy.
"Kak, yang paling penting bagiku sekarang adalah kakak dan calon ponakan yang ada dalam perut kakak. Peduli setan dengan pasanganku kelak. Dia mau terima syukur, gak mau terima juga gak pa-pa kok." jawab Vio santai.
"Maaf ya Vio. Kakak udah buat kamu malu." sesal Amy.
"Kakak ngomong apa sih? Kakak gak buat aku malu kok. Justru sebaliknya kalau aku serahkan kakak ke Demian, itu berarti aku serahkan kakak ke mulut harimau dan aku bisa pastikan kalau kakak pasti akan dihajar habis-habisan oleh Demian itu." ucap Vio dengan kesal.
"Iya. Kakak tahu kalo kamu baik dan masih mau mengakui aku sebagai kakakmu. Tapi kakak juga gak mungkin tinggal di kota ini." imbuh Amy.
"Benar juga. Bagaimana kalau kita tinggal di Austria saja sampai ponakanku lahir? Disana aku juga bisa sekalian kerja sambil kuliah culinary lagi. Itung-itung perdalam bakat." ajak Vio yang membuat kak Amy ketawa, kemudian mengangguk.
Keesokan harinya Vio pun ke toko dan membayar semua gaji karyawan nya. Vio berbohong mengatakan kalau dirinya telah menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliah culinary di Austria. Mereka pun mendoakan agar dia berhasil. Lalu Vio mencari developer untuk menyewakan tempat usaha nya. 3 hari kemudian, developer menelepon nya mengatakan kalau sudah ada yang mau sewa toko nya selama 2 tahun. Dia pun sangat bahagia dan pergi mengatur segala sesuatunya.
Setelah selesai menangani semuanya, Vio dan Amy pun berangkat ke Austria. Di airport dia bertemu dengan Demian yang sedang bersama seorang pria. Dari belakangnya sepertinya itu Vincent. Tapi mungkin itu khayalan nya saja yang terlalu merindukan sosok Vincent. Dia pun mengajak Amy menuju ruang tunggu. Lalu Amy pamit ke toilet sebentar, karena dia merasakan mual yang sangat. Maklum saja kalau usia kandungan Amy sudah memasuki bulan ke 3.
Penerbangan ke Austria yang memakan waktu selama berjam-jam, Vio menyuruh Amy untuk tiduran saja. Sementara Vio melihat novel karya John Grisham. Malamnya penerbangan mereka sampai di Austria dan Vio pun membangunkan Amy. Setelah urusan bagasi selesai, mereka pun menuju villa peninggalan ayah mereka. Memang agak kotor dan butuh dibersihkan sedikit. Karena mereka juga sudah lelah, akhirnya Vio pun mengatakan pada Amy agar pembersihan dilakukan besok saja. Untuk sementara mereka tidur di lantai beralaskan karpet yang sudah di bersihkan Vio.
Keesokan paginya Vio bangun duluan menyiapkan sarapan untuk bumil. Terlihat debu dimana-mana dan perabot lemari juga sudah usang dimakan rayap. Vio berencana membeli perabot baru nantinya. Tak berapa lama Amy bangun dan dia pun mengajaknya untuk sarapan diluar sekalian pergi membeli perabotan baru. Terlihat selera makan dari Amy yang sudah kembali dan sepertinya kemungkinan Amy sudah melupakan apa yang terjadi padanya demi anak dalam kandungannya.
"Gimana ponakanku hari ini?" tanya Vio sambil mengelus perut kak Amy yang sudah membuncit.
"Baik, tante Vio.." jawab kak Amy sambil menirukan suara anak kecil
"Bagus deh. Adek baik-baik ya didalam sana dan jangan nyusahin mama ya.." ucap Vio yang membuat mata Amy memerah.
"Terima kasih ya Vio. Kamu sudah mau menerima kakak yang hamil diluar nikah ini." ucap Amy.
"Kakak ngomong apa sih? Kak Amy adalah kakak kandungku dan gak mungkin bagiku untuk membuang kakakku sendiri gegara pria kurang ajar itu." ujar Vio dengan nada kesal.
"Iya. Kakak percaya." jawab Amy.
"Bagaimana kalau kita memulai hidup baru disini aja? Aku bisa kok kuliah sambil bekerja." tanya Vio dengan semangatnya.
"Maaf kalau seandainya kakak gak bisa ikut membantumu. Ngomong-ngomong kamu sudah mutusin untuk kursus dimana?" tanya Amy.
"Aku sedang mencari kak. Kemungkinan sih di "Taste & Cook with Bianca" aja. Karena menurut teman-temanku yang lain kalau dia juga tamatan sana." jawab Vio sambil nyari-nyari alamatnya.
"Oh. Biayanya berapa?" tanya Amy.
"Kalau di rupiahkan mencapai jutaan kak dan aku juga berencana mencari tempat yang cocok untuk buka usaha disini." jawab Vio dengan wajah yang berbinar.
"Maafin kakakmu yang gak berguna ini ya Vio. Dengan keadaan kakak sekarang, kakak gak bisa membantu kamu." ucap Amy mengelus perut buncitnya sambil menunduk.
"Gak pa-pa kak. Aku ngerti kok kondisi kakak. Oh ya, aku juga udah temukan dokter kandungan yang terbaik di Austria. Nanti sore kita pergi mencarinya ya. Namanya Szilvia"
"Baiklah.." jawab Amy.
Setelah menghabiskan sarapan, mereka pun segera menuju sebuah tempat dimana menjual perabotan. Disana mereka mulai memilih-milih perabotan yang akan mereka beli dan Vio juga membeli box bayi untuk ponakan nya yang akan lahir 4 bulan lagi. Hatinya sangat gembira menyambut ponakan kecil nya itu. Bagi Vio cowok atau cewek tidak menjadi masalah. Setelah puas membeli, mereka pun makan siang dan mengelilingi Austria, sampai waktunya membawa Amy ke dokter kandungan.
Tiba disana mereka melihat banyak ibu-ibu hamil yang sudah menunggu. Rata-rata dari mereka membawa suaminya dan ini membuat Amy merasa rendah diri. Vio pun mencoba menenangkan Amy kalau tidak menjadi masalah membawa suami atau tidak. Tiba giliran Amy untuk masuk dan dokter pun memeriksa kandungan nya. Dokter mengatakan kalau janin kak Amy sangat sehat ditambah anak dalam kandungan nya juga sangat sehat. Dokter juga menyarankan agar Amy tidak stress. mereka pun ditanya apakah perlu melihat jenis kelamin pada bayi yang ada dalam kandungan Amy dengan memakai alat USG. Mereka katakan biar itu menjadi kejutan.