"Kak, jujur saja kalau aku bukan orang yang sehat juga. Aku juga sakit. Diluar saja aku kelihatan sehat, tapi sebenarnya aku sakit." jawab Violet menunduk.
"Sakit apa kamu, Vio?" tanya Vincent.
"Di rahimku ada kista dan terkadang aku bisa merasakan sakit yang sangat saat haid." jawab Violet jujur.
"Tidak apa-apa sayang. Kita akan saling menjaga dan tidak akan pernah terpisahkan. Ok?" ujar Vincent dengan semangat nya.
"Ya..." jawab Violet yang langsung dipeluk Vincent.
"Hei ... hei, apa tidak ada tempat bagi kalian untuk bermesraan? Vincent, bawa Violet makan malam sana. Nicho biar aku dan Calvin yang menjaganya saja." saran Alex yang langsung diangguki oleh si empunya.
Vincent dan Violet pun keluar dari ruang kerja Alex menuju ke mobil untuk bersama-sama makan malam. Sementara Alex tidak tahu apakah dia harus menyetujui hubungan mereka ataukah malah memisahkan mereka.
Tok .. tok .. tok...
"Masuk.." jawab Alex sambil membenarkan duduknya.
"Lex ... dimana Vio dan Vincent?" tanya Calvin sambil menggendong Nicho.
"Sedang makan malam berdua." jawab Alex.
"Apa kamu sudah menyetujui hubungan mereka?" tanya Calvin kembali.
"Disitulah aku merasa bingung. Apakah aku harus menyetujui ataukah memisahkan mereka.." jawab Alex dengan nada bingung.
"Lex, jangan pernah kamu memisahkan mereka. Jika kamu lakukan itu maka bisa dipastikan kamu akan kehilangan Vincent untuk selamanya. Apa itu yang kamu mau? Kamu belum lupa kan dengan apa yang dikatakan Kenny soal keadaan Vincent?" tanya Calvin.
"Ya ... tentu saja aku masih ingat. Tapi ... tapi aku takut kalau Vio hanya memanfaatkan nya saja." jawab Alex.
"Lex, hanya waktu yang bisa membuktikan nya. Aku tidak percaya kalau Vio gadis seperti itu." ucap Calvin.
"Semoga saja apa yang kamu bilang itu benar dan Vincent akan hidup bahagia bersamanya." harap Alex.
Vincent dan Violet pun sampai di sebuah restoran mewah di kota itu. Interior dari restoran itu juga sangat mewah. Kedatangan Vincent dan Violet pun disambut ramah oleh para pelayan yang kemudian mengantar kan mereka ke sebuah ruangan VIP dan menyerahkan menu untuk dipilih oleh mereka.
Makan malam mereka merupakan sebuah moment yang sangat indah yang tidak pernah dirasakam dalam kehidupan Violet sebelumnya. Sekali-kali terlihat sebuah senyuman tergores di wajahnya yang mulus dan glowing.
"Malam pak Vincent.." sapa seorang pria yang membuat wajah Violet kaget.
"Malam pak...."
"Demian. Namaku Demian.
"Iya. Kamu kesini dengan siapa?" tanya Vincent.
"Tentu saja dengan pacar baruku. Rose. Bahkan dalam beberapa minggu ini kami akan segera melangsungkan pernikahan." jawab Demian dengan wajah yang bahagia.
"Oh. Selamat kalau begitu." ucap Vincent yang hendak bersalaman dengan Demian dan disambut si empunya.
"Makasih pak. Ngomong-ngomong anda kesini bersama siapa?" tanya Demian.
"Pacarku, Violet.." jawab Vincent.
"Oh Violet. Gadis galak itu ya. Hati-hati pak. Dia gadis yang sangat kasar. Aku aja pernah ditampar sama dia." hasut Demian sambil memandang kearah Violet.
"Dasar laki-laki mata keranjang!!" maki Violet.
"Hei kamu gadis kampungan, jangan mentang-mentang kamu mendapatkan pacar orang kaya kamu jadi seenaknya maki calon suamiku ya. Asal kamu tahu aja kalau calon suamiku ini juga bisa membeli perusahaan pacar kamu." hardik Rose yang langsung disiku oleh Demian.
"Ehm ... maafkan kelancangan pacarku pak. Maaf...." ucap Demian dengan wajah menahan malu.
"Hahahahhaha ... gak pa-pa. Ngomong-ngomong, aku tunggu kamu untuk membeli perusahaanku ya. Berusahalah untuk mencari uang yang banyak agar kamu bisa menggantikan posisi pak Alex. Ayo sayang kita pergi." ujar Vincent yang mengajak Violet pergi dari restoran tersebut.
"Demian, kamu apa-apaan sih! Ngapain juga kamu melarangku untuk bicara seperti itu tadi? Kalo kamu gak mampu beli perusahaan mereka, aku mampu. Aku yang akan beliin untuk kamu." ujar Rose dengan nada marah.
"Iya sayang. Aku tahu kamu mampu. Tapi gak semua bisa dibicarakan ke orang lain kan? Kan seharusnya kita ngasih kejutan untuk 2 bersaudara itu supaya bisa kita menendang mereka ke jalanan tanpa mereka sadari. Bener gak?" tanya Demian sambil menyentuh halus kepala Rose.
"Bener juga ya. Kamu memang paling pintar sayang. Aku cinta kamu.." ucap Rose yang mendusel manja di lengan Demian yang kini wajahnya berubah menjadi sangar.
'Lihat saja Violet. Aku akan mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi milikku.' batin Demian dengan wajah yang mendendam.
Didalam mobil Violet dan Vincent tidak bicara apapun. Segala pertanyaan Vincent yang diajukan pada Violet, tidak pernah dijawab oleh si empunya. Vincent tahu kalau Violet belum siap untuk bercerita padanya dan dia pun akan menunggu sampai Violet benar-benar siap.
"Sayang, kita udah.....hmm .. udah tidur dia." ujar Vincent sambil memandang Violet secara dekat.
"Hhhmmmpppphhhh.....kita udah sampai ya Vin?" tanya Violet yang membuat Vincent menjauh.
"Iya sayang. Baru aja." jawab Vincent.
"Aku ambil Nicho dulu ya. Malu dititip ama Calvin." ucap Violet.
"Gak pa-pa sayang. Mereka juga gak keberatan kok dititipin anak kecil. Malah mereka senang." jawab Vincent.
Didalam rumah terlihat sangat sepi dan pelayan tergopoh-gopoh keluar dari dalam untuk menyambut mereka berdua.
"Nicho dimana bik?" tanya Violet.
"Tadi sama pak Calvin dan pak Alex di ruang tamu. Sekarang kayaknya udah tidur." jawab bik Imah.
"Oh. Ya sudah bik. Bik Imah istirahat aja." pinta Vincent.
"Baik pak. Malam pak.." ucap Bik Imah sambil menunduk dan berjalan pergi.
"Mungkin sebaiknya kamu nginap aja di rumahku. Karena gak mungkin kan kamu pergi tanpa Nicho. Ayo ikut aku ke kamar tamu" ajak Vincent.
"Baik.." jawab Violet mengikuti Vincent sampai ke sebuah kamar yang mewah dan luas, dihiasi dengan lampu-lampu yang indah serta tempat tidur king size.
"Kamu istirahat ya. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa ketuk pintu kamarku yang ada di sebelahmu." ujar Vincent.
"Thanks ya Vin. Soal Demian..."
"Udah. Gak usah kamu pikirin. Aku tahu kalau kamu belum siap untuk bercerita. Gak pa-pa kok." ujar Vincent yang berusaha menenangkan Violet.
"Thanks ya Vi udah ngertiin aku. Aku hanya bisa mengatakan kalau Demian itu bukan orang yang baik. Jangan terlalu mempercayai dia." ucap Violet.
"Jangan khawatir sayang. Alex juga sudah lama ingin mengeluarkan dia dari perusahaan, karena dugaan korupsi. Banyak pegawai yang merupakan bawahan nya melapor pada Alex. Tapi dia pintar menyembunyikan nya sampai membuat dirinya tidak bersalah dan Alex pun tidak ada alasan untuk memenjarakan nya dan memecat nya." jawab Vincent.
"Apa tidak ada cara lain?" tanya Violet.
"Cara lain sih ada, tapi belum kepikiran." jawab Vincent.
"...."
"Ya sudah. Ini udah tengah malam. Kamu istirahat ya. Malam sayang." ucap Vincent.
"Malam Vin.." jawab Violet.