"Lalu .... Amy? Dimana dia?" tanya Alex yang sepertinya takut untuk menerima jawaban dari Violet.
"Kak Amy udah meninggal setelah melahirkan Nicho. Dia mengalami pendarahan." jawab Violet.
"Apa kamu tahu kalau Amy pernah menghubungi Demian sebelum dia melahirkan?" tanya Alex.
"Gak. Kak Amy tidak memberitahuku. Jika aku tahu pasti aku akan menghalanginya. Tapi untuk apa kak Amy menelepon nya?" tanya Violet.
"Mungkin untuk memberitahu Demian soal kehamilan nya." jawab Alex
"Pantas saja hari itu dia kerumahku untuk mencari kak Amy. Tapi ... jika Demian sudah tahu tentang kehamilan kak Amy, berarti keberadaan Nicho sudah terancam. Dia pasti akan merebut Nicho dariku." ucap Violet.
"Aku rasa tidak selama Amy tidak mengatakan kapan dia akan melahirkan." jawab Alex berusaha menenangkan Violet.
"Ya .... mudah-mudahan saja." ucap Violet.
Setelah Alex dan Violet mengobrol, dia pun pulang membawa Nicho diantar Vincent. Dalam perjalanan pulang, Vincent tidak bertanya apapun karena dia tahu kalau Violet pasti akan bicara. Sesampainya dirumah, Violet turun dari mobil dan masuk kedalam rumah. Dia berusaha untuk tidur setelah menidurkan Nicho di box nya.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali pintu rumah Violet sudah diketuk seseorang dengan begitu kerasnya. Violet pun dengan langkah malas bangun dan melihat lewat jendela kamar siapa pagi-pagi datang. Alangkah terkejutnya dia saat melihat Demian sudah didepan pintu. Dia pun berpikir untuk diam saja. Tapi setelah dipikir-pikir, diam bukanlah jalan keluar. Maka dia pun memutuskan untuk keluar.
"Mau apa kamu datang kemari?" tanya Violet ketus.
"Dimana Amy?" tanya Demian.
"Mau apa cari kakakku? Bukankah kalian sudah gak ada hubungan ya?" tanya Violet lebih lanjut.
"Aku tidak merasa kalau aku telah memutuskan Amy. Justru kamu yang pisahkan kami." jawab Demian sambil menunjuk Violet.
"Ok. Aku ngaku kalau aku yang memisahkan kalian. Tapi apa kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan ke kakakku? Kamu memukul kakakku dikala kamu gak senang. Bukan itu aja, kamu juga menampar kakakku di depan umum. Apa itu seorang lelaki? Orang tua kami aja gak pernah memperlakukan kami seperti itu." ucap Violet.
"UDAH JANGAN BANYAK BACOT!! SEKARANG KATAKAN DIMANA AMY ATAU KALAU TIDAK AKU ACAK-ACAK RUMAH KAMU!!" teriak Demian.
"Silakan aja kamu acak-acak. Jangan salahkan aku kalau aku lapor polisi. Mau?" ancam Violet.
"AAAAKKKHHH! PEREMPUAN SIALAN!! Dengar ya, jangan kamu kira pacaran dengan keluarga Wang kamu sudah aman ya. Suatu saat aku pasti bisa membinasakan semua anggota keluarga Wang." ancam Demian kembali.
"Coba saja. Sepertinya sebelum kamu berhasil membinasakan mereka, kamu duluan yang sudah dipenjara." ucap Violet dengan wajah nyengir.
"Sekarang katakan dimana Amy?" tanya Demian sambil menggenggam keras bahu Violet.
"Heh?! Amy?? Hahahahhahaha .... cari saja sana sendiri." jawab Violet tertawa keras.
"Dimana aku harus menemukan nya?" tanya Demian.
"Bukannya dulu kamu pernah bilang kalau kamu dan kakakku mempunyai telepati? Kamu pasti bisa tahu dimana keberadaan kakakku tanpa kamu harus menelepon nya. Sekarang carilah sendiri menggunakan telepatimu." jawab Violet yang tetap bungkam.
"Anggap saja itu sebagai bualanku. Sekarang katakan dimana Amy berada?" tanya Demian.
"Hahahhahaha .... dasar laki-laki buaya. Kamu tidak tahu bagaimana menderitanya kakakku saat tidak ada kamu yang dia cintai berada di sisinya. Dia harus berjuang untuk hidup dan sekarang..."
"Sekarang apa? Dimana dia sekarang?" tanya Demian penasaran.
"Dia berada di..."
"Dimana? Dimana Amy?" tanya Demian tidak sabar.
"Di...kak Amy berada di ...."
"Dimana? Cepat katakan dimana Amy? Brengsek!" maki Demian.
"Dia sudah berada di sebuah tempat dimana kalian pernah berjanji untuk sehidup semati. Dimana itu tentu kamu masih ingat kan?" tanya Violet sambil masuk kedalam dan membanting pintu.
"Tempat dimana kami pernah berjanji untuk sehidup semati? Aaakkkhhh ... sialan. Vio pasti membohongiku.." jawab Demian sambil beranjak pergi dari rumah Violet. Sementara Violet menangis tatkala mengingat sang kakak yang berjuang untuk melahirkan Nicho.
'Nicho sayang, tante janji akan selalu menyayangimu seperti anak kandung tante sendiri. Tante tidak akan mengatakan siapakah ayah kandungmu. Jika kamu sudah dewasa dan mengerti semuanya, kemungkinan tante akan mengatakan siapa ayah kandungmu yang sebenarnya.' batin Violet sambil mengusap halus kening Nicho yang sedang tertidur.
"Tok ... tok ... tok..."
"Siapa lagi sih? Apa masih belum cukup Demian mengganggu ketenanganku?" marah Violet sambil berjalan ke depan pintu.
"Pagi sayang.." sapa Vincent sambil membawakan bubur ayam untuk Violet.
"Vincent...." panggil Violet sambil memeluk lelaki itu yang sepertinya begitu takut kehilangan dia.
"Sayang ... ada apa? Kamu punya masalah? Masuk dulu yuk cerita sama aku siapa yang udah berani mengganggu kesayanku ini." hibur Vincent sambil mengusap halus punggung Violet.
"Tadi Demian datang mencari kak Amy lagi. Benar apa kata kak Alex kalau Demian sepertinya tidak tahu tentang Nicho." jawab Violet.
"Terus kamu bilang kak Amy sudah meninggal?" tanya Vincent sambil menyiapkan mangkuk untuk bubur Violet.
"Gak. Aku permainkan dia. Aku bilang saja sama dia kalau dia dan kakakku pernah berjanji di suatu tempat untuk sehidup semati." jawab Violet.
"Tempat mereka berjanji untuk sehidup semati? Memangnya dimana tempat itu?" tanya Vincent penasaran.
"Kuburan. Aku ingat kakakku waktu itu pernah melayat ke makam teman nya. Terus Demian bilang kalau setelah mereka meninggal, kuburan mereka akan berdampingan." jawab Violet sambil menikmati buburnya.
"Pantas saja.." ucap Vincent.
"Tapi sepertinya dia pasti sudah melupakan hal itu." ujar Violet.
"Tentu saja. Dulu aku juga begitu membenci dia yang suka memutuskan wanita tanpa sebab yang jelas. Sekarang setelah aku tahu ceritanya, aku menjadi kasihan pada Demian." ucap Vincent.
"Tidak usah kasihan sama dia, Vin. Dan juga kamu harus hati-hati karena tadi dia sempat ngancam akan membunuh seluruh keluargamu." ujar Violet.
"Maka dari itu yang buat aku kasihan sama dia. Apapun rencana yang ada didalam otaknya, tidak pernah terwujud." jawab Vincent.
"Kenapa?" tanya Violet heran.
"Karena dia berada dibawah tekanan sang ayah, Diablo yang sangat menguasai dirinya dan selalu menekan Demian sehingga membuat Demian menjadi sangat liar diluar sana." jawab Vincent.
"Apa dia takut sebegitu takut dengan ayahnya?" tanya Violet.
"Tentu saja. Ayahnya bukan seperti orang tua pada umumnya yang jika seorang anak melakukan kesalahan maka akan diberi penjelasan. Tapi ayahnya ini memakai pistol untuk mengajari sang anak. Justru karena itulah ibunya pergi meninggalkan Diablo dan lebih memilih menikah dengan musuh suaminya." jawab Vincent.
"Apa setelah itu dia tidak menikah lagi?" tanya Violet.
"Ada. 4 istrinya mati di tangan nya. Wanita pertama mati karena selingkuh di belakang nya, wanita kedua mati hanya karena tidak sengaja menjatuhkan teh panas dan terkena kakinya, wanita ketiga mati karena memakai pakaian yang terlalu sexy. Karena wanita itu pelayan bar. jadi wajar kalau memakai pakaian sexy. Dan wanita terakhir mati karena tidak bisa memasak. Semua istri-istrinya itu ditembak mati didepan Demian." jawab Vincent.