"Duduk," pinta Laksamana yang terbilang lebih pada memerintah. Cowok itu menarik kursi plastik untuk diduduki oleh Cleo.
Cleo tersenyum dan mengangguk canggung. Dia sedikit menahan bawah dressnya lalu duduk di kursi yang sudah usang itu.
"Gue pesen dulu ya?" ucap Laksa yang lalu meninggalkan Cleo sendirian, dia menuju ke arah gerobak yang melewati tiga meja dari Cleo, jaraknya.
Cleo duduk menunggu, jari-jarinya terpilin karena gugup. Memikirkan apa yang akan Laksa lakukan padanya setelah ini. Lama-lama otaknya berpikir soal hal-hal parno yang tadi dijelaskan oleh Tatu, sahabatnya yang mendadak diculik oleh teman Laksamana yang bernama Elang.
Laksa kembali dengan dua botol teh instant di tangannya. Cleo menatapnya sedikit bingung saat cowok itu malah tersenyum kepadanya.
Dia menundukkan kepalanya sesaat setelah melihat senyuman maut milik Laksamana.
Trek.
"Ini, minum dulu." Laksamana menyodorkan satu botol untuk Cleo.
"Terima kasih," cicit Cleo sambil menarik botol langsing itu, dia segera menyedot isinya.
"Sorry, tempatnya kumuh ya?" sesal Laksamana saat melihat wajah tak nyaman Cleo. "Apa kita pindah, cari tempat makan yang better?" usulnya.
Cleo segera menggelengkan kepalanya cepat, "enggak usah, di sini saja."
Dia diam sejenak, merasa menyesal dengan jawabannya. Padahal dia tak nyaman dengan tatapan para pelanggan di sana.
Laksamana terkekeh mendengarnya, "yakin?" tanyanya dengan nada menggoda.
"I--iya."
Jawaban yang sebenarnya jauh dari rasa tak nyaman yang dirasakan oleh gadis itu.
Selagi menunggu, Laksamana tak melewatkan kesempatan untuk mengajak gadis itu berbicara dengannya.
"Kok bisa kenal Tatu?" tanyanya.
Cleo tersentak mendengarnya, dia pun tersenyum saat memikirkan Tatu. "Dia sahabat yang selalu ada denganku sejak SMP sih, hanya saat kuliah saja kami berbeda jalan hidup," tuturnya.
Lasksamana terdiam, dia membeku dengan senyum yang baru saja terbit dari bibir cantik Cleo. Dia benar-benar berdesir seiring dengan senyuman kecil yang ditujukan bukan padanya itu.
"Gue malah aneh, cewek bar-bara kayak dia punya sahabat kayak lo," kekehnya.
Cleo menunduk, merasa malu mendengar ucapan Laksamana. Dia tahu maksud ucapan cowok itu.
"Ini mi ayamnya ya, dua mangkuk kan?" tanya pelayan yang mengantarkan pesanan Laksa.
Laksa tersenyum, mengangguk, "iya Mbak. Thanks ya?" ucap cowok itu sembari menyodorkan satu mangkuk ke dekat Cleo dan membukakan bungkus sumpit yang terbuat dari bambu itu ke arah Cleo.
Cleo menerimanya, merasa sedikit canggung dengan tatapan pelayan yang masih berdiri di dekat mereka.
Wanita yang umurnya lebih tua itu menyenggol bahu Laksa dengan nampan yang baru saja dia pakai, "tumben lo bawa cewek, pacarnya ya?" godanya.
Laksa tertawa mendengarnya, "maunya begitu. Lagi usaha Mbak."
Blussh! Pipi Cleo merona seketika, merasakan panas luar biasa setelah mendengar pernyataan Laksamana itu.
Dia berpura-pura tak mendengar dan sibuk dengan menuangkan saus dan sambal ke mangkuknya. Dia menggembungkan pipinya, berusaha menghilangkan panas di wajahnya.
Tanpa tahu kalau Laksa menatapnya penuh rasa gemas, melihat wajah berparas cantik yang nampak menggoda di matanya itu.
Namun dia berusaha menahan diri. Sibuk memakan pesanannya sampai habis dan membiarkan gadis itu tenang terlebih dahulu. Dia merasa bersalah kalau Cleo sampai takut padanya karena sikapnya yang mungkin mengejutkan bagi gadis itu.
Cleo berusaha menghabiskan namun tak sanggup. Dia memandang mangkuknya yang masih menyisakan setengah makananya. Sayangnya dia sudah tak berselera, rasa dan juga penampilannya memang sudah jauh dari indera pengecapnya.
Dia mengambil sehelai demi sehelai mi dengan sumpitnya, berusaha memakannya meskipun perutnya sudah meronta. Merasa sungkan dan malu kalau dirinya sampai tak menghabiskan makanan itu.
Laksa melihat gelagat Cleo yang tak nyaman, mulutnya berkomat-kamit tanpa suara. Dia terkekeh lalu bertanya, "kenapa makanannya? Kok dijampi-jampi?"
Seketika Cleo mengerjap, memandang bingung Laksamana yang tersenyum kepadanya.
"Sini." Tiba-tiba Laksamana menarik mangkuk miliknya.
Mata Cleo terbelalak melihatnya, "eh, mau apa?" tanyanya.
"Gue tau lo enggak habis kan? Jadi biar gue yang habisin," seloroh Laksamana yang mulai menuangkan saus.
Cleo terperanjat mendengarnya, "tapi … itu bekas aku?"
Laksa mengangkat pandangannya, menatap Cleo terang-terangan. "Lalu kenapa? Kamu rabies?"
Cleo menggeleng tegas.
Segera Laksamana melahapnya tanpa bersisa. Cleo ternganga melihatnya, antara kagum dan … merasa aneh. Seberapa besar lambung cowok itu?
"Maaf, malah tidak habis," cicit Cleo merasa sungkan setelah mereka keluar dari warung kecil beratap terpal itu.
Laksamana terkekeh, "santai aja. Tapi … kayaknya lo harus bayar deh?"
"Berapa?" Segera Cleo merogoh tas kecil miliknya, mencoba mengambil dompetnya.
"Hahaha!" Tawa Laksamana pecah saat melihat reaksi panik Cleo.
Cleo terdiam, memandang bingung.
"Temenin gue nonton, itu bayarannya."
"Eh?" Cleo membesarkan matanya seketika saat mendengar penuturan Laksamana.