Cleo berdiri melamun, dia masih tak percaya dengan ajakan Laksa mengenai menonton. Dia … belum pernah diajak menonton oleh pria lain selama ini. Dirinya sampai gugup ketika menunggu Laksamana yang katanya tengah mengambil motor miliknya.
Selagi dia menunggu, selama itu juga pikirannya terus melanglang buana.
"Menonton?" gumamnya seorang diri.
Dia meremas tali tas yang dipakainya. Tersampir menyerong di bahunya. Dia mengetuk-ketuk dagunya dengan telunjuknya. Berpikir keras.
"Kenapa dia mau ajak aku menonton? Memangnya dia tak punya pacar ya?" Dia semakin bertanya-tanya.
Suara deru motor semakin mendekat. Motor sport milik Laksa sudah berhenti di hadapannya berikut orang yang mengendarainya. Laksa membuka kaca helm yang menutupi wajahnya.
"Ayo, naik!" ucapnya memerintah.
"Eh? Tapi …." Cleo melihat ke belakang Laksamana. "Aku tidak pakai helm?" tanyanya.
Laksa terkekeh mendengarnya. Baru kali ini dia mendapati gadis yang terlalu polos, melebihi wanita-wanita yang dikencaninya.
"Ini helm-nya." Laksa menyerahkan helm yang sedari tadi tersampir di stang motornya.
Cleo tersenyum, menerima helm itu. "Terima kasih," ucapnya.
"Kembali kasih," seloroh Laksa menjawab ucapan gadis yang masih berdiri itu.
Selagi menunggu Cleo mengenakan helm, dia melihat ke seluruh tubuh Cleo. Dia memandangi bawah Cleo lama. Membuat Cleo yang sudah mengenakan helm pun menarik tasnya agar menutupi bagian perutnya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Sebentar."
Cleo bingung menatap Laksamana yang turun dari motornya. Dia melihat Laksamana melepaskan jaket denim yang dikenakannya. Dia menyodorkannya kepada Cleo.
"Pakai ini."
"Untuk apa?" Cleo menatap bingung tak kunjung mengambil jaketnya.
Laksa pun melangkah mendekat, membentangkan jaketnya di belakang Cleo. Dia mendekatkan tubuhnya pada Cleo, membuat gadis itu menahan napasnya saat Laksamana seperti tengah memeluknya.
Laksa membuat ikatan di kedua lengan jaket di pinggul Cleo. Cleo bersemu malu memikirkan hal yang tidak-tidak. Pipinya memanas saat menyadari kalau Laksamana hanya membantu mengikatkan jaketnya.
"Ayo naik."
Laksa mencoba menambahkan penutup di kaki Cleo, agar saat menaiki motornya, sebagian paha Cleo yang nampak akan terhalang oleh jaketnya. Entah kenapa dia tak senang saat memikirkan Cleo yang berpakaian terbuka.
Cleo pun sudah duduk di belakang Laksamana. Mencoba bernapas seperti biasanya meskipun gugup karena untuk kali ini, dia berboncengan dengan Laksamana.
"Pegangan!" seru Laksamana saat mulai memutar gas dan membuat motornya melaju di kemacetan yang menghias Ibu Kota.
Cleo yang tersentak pun spontan melingkarkan tangannya di perut Laksamana. Perut datar di balik kaus yang berkibar terkena hembusan angin itu.
Jantung Cleo berdebar kencang saat memikirkan tangannya yang memeluk perut Laksamana. Dia tak bisa berkata-kata sama sekali. Entah kenapa dia yang memeluk Laksamana karena keadaan pun malah menjadi bersemu malu.
Mereka sudah memasuki gedung mall. Laksa pun bertanya, "kita mau menonton apa?"
Cleo menoleh, dia menatap bingung Laksamana. "Tidak tahu." Karena memang dia juga tak berniat untuk pergi ke teater.
Laksa terkekeh mendengarnya. "Ada film yang ingin lo tonton?"
Cleo menatap barisan film yang akan tayang di kubikel besar yang tertempel di dinding. Dia membacanya satu per satu dan dia kebingungan.
Dia meringis, menggelengkan kepalanya, "aku tidak tahu. Seharusnya kita menonton yang mana?" Dia balik bertanya kepada Laksamana.
"Bagaimana kalau menonton Ada Apa dengan Cinta 2?"
"Euhm … boleh." Cleo mengangguk saja, dia tak mau bertanya opsi lain karena memang dia kudet mengenai film-film nasional maupun western.
"Oke, lo tunggu aja di sini. Gue beli tiketnya dulu."
Cleo pun menurut. Dia duduk menunggu. Memperhatikan sekelilingnya.
Dia melihat sepasang kekasih yang berjalan bersisian. Sang wanita memeluk lengan pacarnya. Dia cemberut seketika. Merasa cemburu saat melihat orang lain berpacaran.
"Ck, di sini mataku ternoda," selorohnya.
Dia beralih, berusaha mencari jejak Laksamana. Dia melihat pria itu masih antre untuk membayar tiket dan juga membeli popcorn. Menunggu sepuluh menit membuatnya menjadi nelangsa.
Ada satu keluarga kecil yang juga sedang berbincang mengenai film apa yang akan mereka tonton. Ada juga sekelompok orang yang bersiap memasuki teater. Lalu banyak pasangan yang juga menonton.
"Apa ini malem minggu ya?" Kembali dia bertanya-tanya, melihat smartphone miliknya, memastikan hari dan tanggal saat ini.
"Weekend ternyata," lirihnya.
Dia menunggu. Tak lama melihat Laksamana yang berjalan menghampirinya dengan dua tangannya sedang sibuk memegangi satu cup besar popcorn dan dua gelas cola.
Pria itu tersenyum lebar kepadanya. Seketika Cleo tertegun melihatnya, dia merasakan dadanya berdebar hebat seiring melihat wajah Laksamana yang semakin dekat dan jelas. Saat melihat bibir Laksamana tersenyum lebar, pusat pandangannya kini terpenjara oleh wajah adonis pria itu. Semakin dia tertawan saat melihat pria itu tersenyum kepadanya. Bahkan dia merasakan perutnya mulas seketika.